tag:blogger.com,1999:blog-61116821194897525502024-03-19T05:54:18.632-07:00yuk ngentotnewszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comBlogger68125tag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-75975919936421721802012-01-05T10:55:00.001-08:002012-04-16T18:42:05.944-07:00Ngentot ABG<div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Aku terbangun karena telpon genggamku berdering. Kulihat Fifine, anak ABG yang entot semalem, masih terlelap. Payudaranya yang montok bergerak seiring dengan tarikan napasnya. Pengen aku menggelutinya lagi, tetapi temanku Erick sedang menunggu diujung hp. Aku keluar kamar supaya Fifine gak terganggu dengan pembicaraanku.</span><br />
<a name='more'></a></div><blockquote style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-image: initial; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; border-right-color: rgb(221, 221, 221); border-right-style: solid; border-right-width: 2px; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-top-width: 2px; font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 15px; margin-left: 25px; margin-right: 25px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 15px; padding-right: 20px; padding-top: 10px;"><span style="background-color: black; color: white;">“Baru bangun ya”, terdengar suara Erick diujung sana.</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">“Iya, mau ngapain pagi gini dah nelpon, masih ngantuk”, jawabku.</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">“Gini hari baru bangun, udah jam 10 nih. Pasti ngegarap abg ya”.</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">“La iya lah”, jawabku. “Ada apa”.</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">“Tukeran abg yuk, aku semalam main ama pembantu sebelah”.</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">“Pembantu? emangnya gak ada cewek yang lain”, kataku, rada kesel. Masak Fifine mau dituker ama pembantu.</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">“Tunggu dulu, biar pembantu Nuri cantik kaya anak gedongan. Bodinya montok banget dan napsunya gede banget, maunya terus2an main. Kamu pasti puas lah main ama dia”.</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">“Masak sih, kalo cewekku Fifine, anak skolahan, montok dan binal kalo di ranjang”, jawabku lagi.</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;">“Ya udah, kita tukeran aja, mau enggak. Kalo mau aku ama Nuri cabut kerumahmu sekarang”.</span></blockquote><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Aku tertarik juga dengan tawaran, pengen juga aku ngeliat kaya apa sih pembantu yang katanya kaya anak gedongan, “Ok, dateng aja”. Pembicaraan terhenti. Aku kembali ke kekamar. Fifine udah bangun.</span></div><blockquote style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-image: initial; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; border-right-color: rgb(221, 221, 221); border-right-style: solid; border-right-width: 2px; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-top-width: 2px; font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 15px; margin-left: 25px; margin-right: 25px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 15px; padding-right: 20px; padding-top: 10px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Ada apa om, mau maen lagi gak”, katanya sambil tersenyum.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Belum puas semalem ya Fin. Temen om tadi nelpon ngajakin om tuker pasangan. Fifine mau gak maen ama temennya om. Dia juga ahli kok nggarap cewek abg kaya Fifine”, jawabku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Kalo nikmat ya Fifine sih mau aja”, Fifine bangun dari tempat tidur dan masuk kamar mandi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Aku menyusulnya. Sebenarnya aku napsu lagi ngeliat Fifine yang masih telanjang bulat, tetapi karena Nuri mau dateng ya aku tahan aja napsuku. Kita mandi sama sambil saling menyabuni sehingga kontol ku ngaceng lagi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Om, kontol nya ngaceng lagi tuh, maen lagi yuk”, ajak Fifine sambil ngocok kontolku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Kan Fifine mau maen ama temennya om, nanti aja maennya. Temen om ama ceweknya lagi menuju kemari”, jawabku.</span></div></blockquote><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Sehabis mandi, kita sarapan dulu. Fifine tetep aja bertelanjang bulat sementara aku cuma pake celana pendek saja. Selesai makan aku menarik Fifine saung dipinggir kolam renang yang ada dibelakang rumahku. Fifine kupeluk dan kuciumi sementara tanganku sibuk meremes2 payudara montoknya. Fifinepun gak mau kalah, kontol ku digosok2nya dari luar celana ku.</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;"><br />
</span><br />
<span style="background-color: black; color: white;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6111682119489752550&postID=7597591993642172180&from=pencil" name="more" style="text-decoration: none;"></a></span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Sedang asik, Erick dan Nuri datang. Erick sudah biasa kalo masuk rumahku langsung nyelonong aja kedalem, karena kami punya kunci rumah masing2. Nuri ternyata cantik juga, seperti bintang sinetron berdarah arab yang aku lupa namanya. Nuri make pakean ketat, sehingga payudaranya yang besar tampak sangat menonjol. Pantatnya yang besar juga tampak sangat menggairahkan. Nuri terkejut melihat Fifine yang bertelanjang bulat. Kuperkenalkan Fifine pada Erick, Erick langsung menggandeng Fifine masuk ke rumah.</span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"></div><blockquote style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-image: initial; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; border-right-color: rgb(221, 221, 221); border-right-style: solid; border-right-width: 2px; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-top-width: 2px; font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 15px; margin-left: 25px; margin-right: 25px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 15px; padding-right: 20px; padding-top: 10px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Ri, Erick bilang dia nikmat banget ngentot sama kamu, Memek kamu bisa ngempot ya, aku jadi kepingin ngerasain diempot juga”, kataku sambil mencium pipinya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Ri, kamu napsuin banget, Toket besar dan pantat juga besar”.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;"> “Fifine kan juga napsuin pak”, jawabnya sambil duduk disebelahku di dipan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;"> “Jangan panggil pak dong, panggil om. Kan saya belum tua”, kataku sambil memeluknya.</span></div></blockquote><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Kucium pipinya sambil jemariku membelai-belai bagian belakang telinganya. Matanya terpejam seolah menikmati usapan tanganku. Kupandangi wajahnya yang manis, hidungnya yang mancung lalu bibirnya. Tak tahan berlama-lama menunggu akhirnya aku mencium bibirnya. Kulumat mesra lalu kujulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tidak beraturan. Sesaat ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi dan lagi. Kubelai pangkal lengannya yang terbuka. Kubuka telapak tanganku sehingga jempolku bisa menggapai permukaan dadanya sambil membelai pangkal lengannya.</span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;"><br />
</span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Bibirku kini turun menyapu lehernya seiring telapak tanganku meraup payudaranya. Nuri menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutnya di saat lidahku menjulur menikmati lehernya yang jenjang. “Om….” Nuri memegang tanganku yang sedang meremas payudaranya dengan penuh napsu. Bukan untuk mencegah, karena dia membiarkan tanganku mengelus dan meremas payudaranya yang montok.</span></div><blockquote style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-image: initial; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; border-right-color: rgb(221, 221, 221); border-right-style: solid; border-right-width: 2px; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-top-width: 2px; font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 15px; margin-left: 25px; margin-right: 25px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 15px; padding-right: 20px; padding-top: 10px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">”Ri, aku ingin melihat payudaramu”, ujarku sambil mengusap bagian puncak payudaranya yang menonjol. </span></div></blockquote><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Dia menatapku. Nuri akhirnya membuka tank top ketatnya di depanku. Aku terkagum-kagum menatap payudaranya yang tertutup oleh BH berwarna hitam. Payudaranya begitu membusung, menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasnya yang memburu. Sambil berbaring Nuri membuka pengait BH-nya di punggungnya. Punggungnya melengkung indah. Aku menahan tangan Nuri ketika dia mencoba untuk menurunkan tali BH-nya dari atas pundaknya. Justru dengan keadaan BH-nya yang longgar karena tanpa pengait seperti itu membuat payudaranya semakin menantang.</span></div><blockquote style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-image: initial; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; border-right-color: rgb(221, 221, 221); border-right-style: solid; border-right-width: 2px; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-top-width: 2px; font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 15px; margin-left: 25px; margin-right: 25px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 15px; padding-right: 20px; padding-top: 10px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“payudaramu bagus, Ri”, aku mencoba mengungkapkan keindahan pada tubuhnya.</span></div></blockquote><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Perlahan aku menarik turun cup BH-nya. Mata Nuri terpejam. Perhatianku terfokus ke putingnya yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Kuusap putingnya lalu kupilin dengan jemariku. Nuri mendesah. Mulutku turun ingin mencicipi payudaranya.</span></div><blockquote style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-image: initial; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; border-right-color: rgb(221, 221, 221); border-right-style: solid; border-right-width: 2px; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-top-width: 2px; font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 15px; margin-left: 25px; margin-right: 25px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 15px; padding-right: 20px; padding-top: 10px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Egkhh..” rintih Nuri ketika mulutku melumat putingnya.</span></div></blockquote><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Kupermainkan dengan lidah dan gigiku. Sekali-sekali kugigit putingnya lalu kuisap kuat-kuat sehingga membuat Nuri menarik rambutku. Puas menikmati payudara yang sebelah kiri, aku mencium payudara Nuri yang satunya yang belum sempat kunikmati. Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan keluar dari mulut Nuri. Sambil menciumi payudara Nuri, tanganku turun membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahan turun mengitari lembah di bawah perut Nuri. Kubelai pahanya sebelah dalam terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba Memeknya yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Nuri. </span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;"><br />
</span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Aku secara tiba-tiba menghentikan kegiatanku lalu berdiri di samping dipan. Nuri tertegun sejenak memandangku, lalu matanya terpejam kembali ketika aku membuka jeans warna hitamnya. Aku masih berdiri sambil memandang tubuh Nuri yang tergolek di dipan, menantang. Kulitnya yang tidak terlalu putih membuat mataku tak jemu memandang. Perutnya begitu datar. Celana jeans ketat yang dipakainya telihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatnya yang sempurna. Puas memandang tubuh Nuri, aku lalu membaringkan tubuhku disampingnya. Kurapikan untaian rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leher Nuri. Kubelai lagi payudaranya. </span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;"><br />
</span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Kucium bibirnya sambil kumasukkan air liurku ke dalam mulutnya. Nuri menelannya. Tanganku turun ke bagian perut lalu menerobos masuk melalui pinggang celana jeans Nuri yang memang agak longgar. Jemariku bergerak lincah mengusap dan membelai selangkangan Nuri yang masih tertutup CDnya. jari tengah tanganku membelai permukaan CDnya tepat diatas Memeknya, basah. Aku terus mempermainkan jari tengahku untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuh Nuri. Pinggul Nuri perlahan bergerak ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang dialaminya.</span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;"><span id="more-267"></span>aku menyuruh Nuri untuk membuka celana jeans yang dipakainya. Tangan </span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;"><br />
</span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">kanan Nuri berhenti pada permukaan kancing celananya. Nuri lalu membuka kancing dan menurunkan reitsliting celana jeansnya. CD hitam yang dikenakannya begitu mini sehingga jembut keriting yang tumbuh di sekitar Memeknya hampir sebagian keluar dari pinggir CDnya. Aku membantu menarik turun celana jeans Nuri. Pinggulnya agak dinaikan ketika aku agak kesusahan menarik celana jeans Nuri. Akupun melepas celana pendekku. Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan CD. Tubuhnya semakin seksi saja. Pahanya begitu mulus. Memang harus kuakui tubuhnya begitu menarik dan memikat, penuh dengan sex appeal. Kami berpelukan. Kutarik tangan kirinya untuk menyentuh kontol ku dari luar CD ku. “Oh..” Nuri menyentuh kontol ku yang tegang.</span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"></div><blockquote style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-image: initial; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; border-right-color: rgb(221, 221, 221); border-right-style: solid; border-right-width: 2px; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-top-width: 2px; font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 15px; margin-left: 25px; margin-right: 25px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 15px; padding-right: 20px; padding-top: 10px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Kenapa, Ri?” tanyaku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Nuri tidak menjawab, malah melorotkan CD ku. Langsung kontol ku yang panjangnya kira-kira 18 cm serta agak gemuk dibelai dan digenggamnya. Belaiannya begitu mantap menandakan Nuri juga begitu piawai dalam urusan yang satu ini.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Tangan kamu pintar juga ya, Ri,”´ ujarku sambil memandang tangannya yang mengocok kontol ku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Ya, mesti dong!” jawabnya sambil cekikikan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Om sama Fifine semalem maen berapa kali?” tanyanya sambil terus mengurut-urut kontol ku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Kamu sendiri semalem maen berapa kali sama Erick?” aku malah balik berrtanya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Mendapat pertanyaan seperti itu entah kenapa nafsuku tiba-tiba semakin liar. Nuri akhirnya bercerita kalau Erick napsu sekali tadi malem menggeluti dia. Mau berapa kali Arif meminta, Nuri pasti melayaninya. Mendengar perjelasan begitu jari-jariku masuk dari samping CD langsung menyentuh bukit Memek Nuri yang sudah basah. Telunjukku membelai-belai i tilnya sehingga Nuri keenakan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Kamu biasa ngisep kan, Ri?” tanyaku. Nuri tertawa sambil mencubit kontol ku. Aku meringis.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Kalo punya om mana bisa?” ujarnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Kenapa memangnya?” tanyaku penasaran.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Nggak muat di mulutku,” selesai berkata demikian Nuri langsung tertawa kecil.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Kalau yang dibawah, gimana?” tanyaku lagi sambil menusukkan jari tengahku ke dalam Memeknya.</span></div></blockquote><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Nuri merintih sambil memegang tanganku. Jariku sudah tenggelam ke dalam liang Memeknya. Aku merasakan Memeknya berdenyut menjepit jariku. Ugh, pasti nikmat sekali kalau kontol ku yang diurut, pikirku. Segera CD nya kulepaskan.</span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;"><br />
</span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Perlahan tanganku menangkap payudaranya dan meremasnya kuat. Nuri meringis. Diusapnya lembut kontol ku keras banget. Tangannya begitu kreatif mengocok kontol ku sehingga aku merasa keenakan. Aku tidak hanya tinggal diam, tanganku membelai-belai payudaranya yang montok. Kupermainkan putingnya dengan jemariku, sementara tanganku yang satunya mulai meraba jembut lebat di sekitar Memek Nuri. kuraba permukaan Memek Nuri. Jari tengahku mempermainkan i tilnya yang sudah mengeras. kontol ku kini sudah siap tempur dalam genggaman tangan Nuri, sementara Memek Nuri juga sudah mulai mengeluarkan cairan kental yang kurasakan dari jemari tanganku yang mengobok-obok Memeknya. Kupeluk tubuh Nuri sehingga kontol ku menyentuh pusarnya. </span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;"><br />
</span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Tanganku membelai punggung lalu turun meraba pantatnya yang montok. Nuri membalas pelukanku dengan melingkarkan tangannya di pundakku. Kedua telapak tanganku meraih pantat Nuri, kuremas dengan sedikit agak kasar lalu aku menaiki tubuhnya. Kaki Nuri dengan sendirinya mengangkang. Kuciumi lagi lehernya yang jenjang lalu turun melumat payudaranya. Telapak tanganku terus membelai dan meremas setiap lekuk dan tonjolan pada tubuh Nuri. Aku melebarkan kedua pahanya sambil mengarahkan kontol ku ke bibir Memeknya. Nuri mengerang lirih. Matanya perlahan terpejam. Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju birahinya yang semakin kuat. Nuri menatap aku, matanya penuh nafsu seakan memohon kepadaku untuk memasuki Memeknya.</span></div><blockquote style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-image: initial; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; border-right-color: rgb(221, 221, 221); border-right-style: solid; border-right-width: 2px; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-top-width: 2px; font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 15px; margin-left: 25px; margin-right: 25px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 15px; padding-right: 20px; padding-top: 10px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">”Aku ingin mengentotmu, Ri” bisikku pelan, sementara kepala kontol ku masih menempel di belahan Memek Nuri.</span></div></blockquote><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Kata ini ternyata membuat wajah Nuri memerah. Nuri menatapku sendu lalu mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. aku berkonsentrasi penuh dengan menuntun kontol ku yang perlahan menyusup ke dalam Memek Nuri.</span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;"><br />
</span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Terasa seret, memang, nikmat banget rasanya. Perlahan namun pasti kontol ku membelah Memeknya yang ternyata begitu kencang menjepit kontol ku. Memeknya begitu licin hingga agak memudahkan kontol ku untuk menyusup lebih ke dalam. Nuri memeluk erat tubuhku sambil membenamkan kuku-kukunya di punggungku hingga aku agak kesakitan. Namun aku tak peduli.</span></div><blockquote style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-image: initial; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; border-right-color: rgb(221, 221, 221); border-right-style: solid; border-right-width: 2px; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-top-width: 2px; font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 15px; margin-left: 25px; margin-right: 25px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 15px; padding-right: 20px; padding-top: 10px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Om, gede banget, ohh..” Nuri menjerit lirih.</span></div></blockquote><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Tangannya turun menangkap kontol ku. “Pelan om”. Soalnya aku tahu pasti ukuran kontol Erick tidaklah sebesar yang kumiliki. Akhirnya kontol ku terbenam juga di dalam Memek Nuri. Aku berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding Memek Nuri. Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai aku memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Kulumat bibir Nuri sambil perlahan-lahan menarik kontol ku untuk selanjutnya kubenamkan lagi. Aku menyuruh Nuri membuka kelopak matanya. Nuri menurut. Aku sangat senang melihat matanya yang semakin sayu menikmati kontol ku yang keluar masuk dari dalam Memeknya.</span></div><blockquote style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-image: initial; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; border-right-color: rgb(221, 221, 221); border-right-style: solid; border-right-width: 2px; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-top-width: 2px; font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 15px; margin-left: 25px; margin-right: 25px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 15px; padding-right: 20px; padding-top: 10px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Aku suka Memekmu, Ri.. Memekmu masih rapet” ujarku sambil merintih keenakan. Sungguh, Memek Nuri enak sekali.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Kamu enak kan, Ri?” tanyaku lalu dijawab Nuri dengan anggukan kecil. Aku menyuruh Nuri untuk menggoyangkan pinggulnya. Nuri langsung mengimbangi gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Suka kontol ku, Ri?” tanyaku lagi. Nuri hanya tersenyum. kontol ku seperti diremas-remas ditambah jepitan Memeknya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Ohh.. hh..” aku menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat. </span></div></blockquote><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Aku mencoba mengangkat dadaku, membuat jarak dengan dadanya dengan bertumpu pada kedua tanganku. Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan kontol ku ke dalam Memek Nuri.</span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;"><br />
</span></div><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Kuperhatikan kontol ku yang keluar masuk dari dalam Memeknya. Dengan posisi seperti ini aku merasa begitu jantan. Nuri semakin melebarkan kedua pahanya sementara tangannya melingkar erat di pinggangku. Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Nuri yang semakin tidak terkendali.</span></div><blockquote style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-image: initial; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; border-right-color: rgb(221, 221, 221); border-right-style: solid; border-right-width: 2px; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-top-width: 2px; font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 15px; margin-left: 25px; margin-right: 25px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 15px; padding-right: 20px; padding-top: 10px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Ri.. enak banget, kamu pintar deh.” ucapku keenakan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Nuri juga, om”, jawabnya.</span></div></blockquote><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Nuri merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan. Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata, “aduh” yang diucapkan terputus-putus. Aku merasakan Memek Nuri semakin berdenyut sebagai pertanda Nuri akan mencapai puncak pendakiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengannya, namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang kualami. Aku tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja. Aku mempercepat goyanganku ketika kusadari Nuri hampir nyampe. Kuremas payudaranya kuat seraya mulutku menghisap dan menggigit putingnya. Kuhisap dalam-dalam.</span></div><blockquote style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-image: initial; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; border-right-color: rgb(221, 221, 221); border-right-style: solid; border-right-width: 2px; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-top-width: 2px; font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 15px; margin-left: 25px; margin-right: 25px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 15px; padding-right: 20px; padding-top: 10px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Ohh.. hh.. ooommmmmmmmmmm..” jerit Nuri panjang.</span></div></blockquote><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Aku membenamkan kontol ku kuat-kuat ke Memeknya sampai mentok agar Nuri mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya kejang. Kepalaku ditarik kuat terbenam diantara payudaranya. Pada saat tubuhnya menyentak-nyentak aku tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi.</span></div><blockquote style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-image: initial; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; border-right-color: rgb(221, 221, 221); border-right-style: solid; border-right-width: 2px; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-top-width: 2px; font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 15px; margin-left: 25px; margin-right: 25px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 15px; padding-right: 20px; padding-top: 10px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Ri, aakuu.. keluaarr, Ohh.. hh..” jeritku.</span></div></blockquote><div style="font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">Nuri yang masih merasakan orgasmenya mengunci pinggangku dengan kakinya yang melingkar di pinggangku. Saat itu juga aku memuntahkan peju hangat dari kontol ku. Kurasakan tubuhku bagai melayang. secara spontan Nuri juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya. Mulutku yang berada di belahan dada Nuri kuhisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitnya. Telapak tanganku mencengkram payudara Nuri. Kuraup semuanya sampai-sampai Nuri kesakitan. Aku tak peduli lagi. Pejuku akhirnya muncrat membasahi Memeknya. Aku merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Nuri pada saat aku mengalami orgasme. Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuh Nuri. kontol ku masih berada di dalam Memek Nuri. Nuri mengusap-usap permukaan punggungku.</span></div><blockquote style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-color: rgb(221, 221, 221); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 2px; border-image: initial; border-left-color: rgb(221, 221, 221); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; border-right-color: rgb(221, 221, 221); border-right-style: solid; border-right-width: 2px; border-top-color: rgb(221, 221, 221); border-top-style: solid; border-top-width: 2px; font-family: Tahoma, Arial, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 15px; margin-left: 25px; margin-right: 25px; margin-top: 0px; padding-bottom: 10px; padding-left: 15px; padding-right: 20px; padding-top: 10px;"><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Nuri puas sekali di Entot om,” katanya. Aku kemudian mencabut kontol ku dari Memeknya. Dari dalam Erick keluar sudah berpakaian lengkap.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: white;">“Pulang yuk Ri, sudah sore”, ajaknya.</span></div></blockquote><span style="background-color: black; color: white;"><br />
</span><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://deamericansingles.blogspot.com/2012/01/free-online-dating-for-american-singles.html" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="background-color: black; color: white;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-hRbfCIf0bkk/TwXx-30sgqI/AAAAAAAABA8/sb_wpwF8eIo/s1600/1.jpg" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b><u><span style="background-color: black; color: white;">Click to get Video</span></u></b></td></tr>
</tbody></table>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-22104889367527387482011-12-25T10:07:00.000-08:002011-12-25T10:07:14.486-08:00Sensasi Ngentot Cewek Kembar<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Cerita panas ngentot cewek kembar ini adalah <strong>cerita</strong> yang unik dan menarik, bayangin aj sendiri gimana panasnya ketika 2 orang yang sama sedang main seks dengan anda, pasti mantab kan, oleh karena itu <strong>cerita panas</strong> ini kutulis sehingga anda pun dapat merasakn pengalaman saya. Cerita ini berawal saat aku masih sekolah di bandung, aku mempunyai seorang cewek yang cantik, kami berpacaran sudah cukup lama, sekitar 2 tahun yang lalu tepatnya.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Hubungan kita masih lancar-lancar saja waktu itu. Kalau nggak saya yang telepon kadang dia. Dan kalau saya kangen, pulang sekolah langsung cabut ke Bandung untuk menengok dia, pagi-pagi jam 2 langsung dari Bandung ke sekolah lagi. Soal menginap, biasanya saya sering tidur di kamarnya kalau di rumah sepi banget. Ibunya sih sudah liberal banget, maklum blasteran bule. Masih muda banget tuh ibunya<span id="more-29"></span>.</span></div><a name='more'></a><br />
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Waktu itu masih 35 tahun, kadang malah kalau jalan sama saya berdua menemani dia belanja disangka teman-teman.. “Eh James, siapa tuh cewek loe, tua amat?” Hahahahhaha… dia punya anak dua, kembar, Sisti dan Siska. Kembar, putih, tinggi, lucu, soal body nggak usah saya ceritakan deh, tahu Jeniffer Lopez? nah kayak gitu tuh si kembar. Siska juga sudah punya pacar kebetulan sobat saya juga.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Hubungan kita sudah dekat banget. Sejak awal memang saya sudah “ngeseks” sama dia. Dan orang tuanya sama saya sudah nggak ada masalah kalau misalnya salah satu datang terus menginap (soal “ngeseks” nggak tahu tentu saja). Ceritanya nich kembar berdua datang ke Jakarta mau belanja. Jadi minta ditemani oleh saya untuk jalan-jalan keliling Jakarta. Kebetulan di Jakarta rumah mereka lagi direnovasi. Saya suruh saja menginap di rumah saya. Lagian orang tua saya lagi pergi, jadi kosong. “Ok deh”, kata mereka. Malamnya terus kita jalan-jalan ke Zanzibar, janjian sama teman. Saya nggak berani minum banyak-banyak soalnya pulangnya nyetir. Tapi tuh si kembar dicekokin sama teman-teman banyak banget sampai nggak kepalang maboknya.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Akhirnya jam 4 kita pulang dan setelah berusaha keras merayu Siska buat turun joget-joget dari meja, terus menggotong Sisti ke mobil bla.. bla.. bla.. sampai deh di rumah. Sampai di kamar akhirnya tanpa ba bi bu lagi kita langsung tidur bertiga, biarpun AC jalan tapi gara-gara mabok tetap saja kepanasan. Akhirnya saya buka celana panjang saya hingga tinggal CD saja, terus saya menggeletak di tengah-tengah mereka. Tapi berhubung kepala saya pusing dan tahu dong, kalau mabok bawaannya tegang mulu. Saya mulai meraba-raba Sisti (biar mabok tapi saya bisa bedain pacar saya yang mana).</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pertama-tama saya selipkan tangan saya kedalam kemejanya. Terus jemari saya menjelajah kemana-mana di dalam BH-nya. Lama banget saya memainkan putingnya, dipelintir-pelintir terus dielus-elus lagi. “James… buka saja belakangnya biar lega”, kata Sisti tiba-tiba. “Tapi jangan ribut ya, nggak enak sama Siska, lagian kamu gila ya… sodaraku disebelah!” bisiknya. “Ah biar saja, kamu juga mau khan…” kata saya nggak sabar sambil melepaskan tali BH-nya sama buka kemejanya, habis itu saya cium-ciumi payudaranya, kadang-kadang saya jilat-jilat pentilnya pakai lidah membuat lingkaran di. Kemudian naik lagi ke lehernya, saya cium-ciumi belakang kupingnya sampai si Sisti menggelinjang-gelinjang. Lalu turun lagi ke bawah mencium-ciumi ujung dadanya yang merah kecil sambil saya cubit-cubit kecil ujung satunya dengan tangan kanan saya. “Sudah James… cepet donk… buka celanaku sudah nggak kuat nih, ahh James… tega ih kamu! jangan lama-lama dong say…!” Karena saya juga nggak tahan, saya buka juga celana hipster hitamnya sekalian sama celana dalamnya.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Terus terang saya paling suka memainkan wanita, bukan karena nikmat tapi saya suka banget lihat tampang mereka kalau dimainin pakai lidah terus bibir vaginanya digigit-gigit, sepertinya kejatuhan surga, nikmat banget.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sekitar sepuluh menit saya memainkan vaginanya sampai kepala saya didekap sama kakinya, keras banget. Tangannya mendorong-dorong kepala saya buat menjilat lebih dalam lagi. “Jamesss, masukiin dongg! cepet!” katanya. “Mm… tapi basahin dulu punyaku… mau nggak?” kata saya. “Iya… sini Sisti isepp!” Akhirnya kita tukar posisi, saya di bawah dan dia mulai menghisap penis saya. Biarpun saya sering senggama sama wanita lain, kalau soal menghisap kayaknya cewek saya masih paling jago. Penis saya sih nggak panjang-panjang amat hanya 15 cm tapi gede dan berhubung bibir cewek saya kecil jadi dia rada-rada kesusahan buat menghisapnya. Ujungnya sama dia dijilat-jilat dulu terus dimasukan sebagian. di dalamnya sama Sisti dimainkan pakai lidah, dikeluarkan lagi, dihisap lagi sampai ke ujungnya terus didiamkan di mulutnya. Yang membuat saya paling nggak kuat kalau samasaya dikenyot-kenyot kayak menghisap jolly. Serasa isinya mau keluar semua. Saking saya keenakan sampai nggak sadar tangan saya pegang kepalanya buat menahan agar penis saya nggak dikeluarkan dari mulutnya. “Aahh mm… terusss sayangg!” desah saya sambil masih menahan kepalanya, kayaknya dia sudah mulai kesusahan napas.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tiba-tiba bibir saya dicium dan begitu buka mata ternyata Siska. Dia ternyata kebangun mendengar erangan kita tapi diam saja, tapi nggak kuat juga akhirnya. Saya cium juga dia. “James, jahat ih kamu berdua… nggak mikir apa aku lagi bobo?” katanya. “Sis… sorry habis sudah konak neh…” “Tahu nggak James jadinya… Siska khan jadinya horny banget!” “Ok deh Sis… ma’ap… jadi mesti gimana dong?” “mm… kamu cium-cium punyaku kayak ke Sisti lagi dong? mau nggak?” “Ok… buka gih celananya aku isepin sini…” Siska buka celana sama kaosnya, terus naik ke atas mukaku. Sisti ternyata nggak keberatan, sama-sama sudah horny berat sih berdua. Akhirnya kita main threesome, saya hisap vagina Siska terus Sisti naik ke penis saya. “Aahh Jamesss… emang kamu top banget deh… terusss jilat itunya sayang…!”<br />
Enggak lama kita tukar posisi, saya suruh Sisti tiduran, terus Siska saya minta telungkup. Jadi saya masukin penis saya lewat belakang (doggy style), ahh ternyata nggak kalah sama vagina kembarannya, sama-sama masih rapat! Sambil saya mensetubuhi si Siska, tangan saya menjelajah vagina Sisti, saya masukan jari tengah saya kedalam sambil jari saya yang lain mulai berusaha memegang analnya, saya nggak pernah senggama lewat anal cuma kalau sekarang pegang-pegang doang sih sering, nambah sensasi</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">. Ternyata saking keenakan, mereka berdua ciuman, sambil tangannya memegang payudara kembarannya, saya jadi tambah napsu sekali melihatnya. Akhirnya saya pindah ke Sisti, saya angkat salah satu kakinya terus saya masukan penis saya dari samping. Huwiii, ini salah satu favorit saya juga. Enggak kebayang rasanya paha saya kegesek-gesek sama pahanya, terus penis saya masuk lewat pinggirnya, rasanya lain banget daripada saya di atas. Siska kemudian mulai memainkan lidahnyaSisti sambil memegang vaginanya. “Ahh Jammesss bentar lagi sayanggg… aahh…” ternyata Sisti sudah sampai klimaks, saya pindah untuk melakukan hal yang sama-sama Siska cuma kali ini saya minta dia membalikkan badan sambil tiduran, terus saya masukan dari belakang. “Aahh Jamesss tegaa ih kamu… nikmat banget tuhh truss trusss!” “Siska… rapetin kaki kamu donk… iya gitu sayang…!” Ini posisi yang buat saya cepat keluar. Kakinya dirapatkan terus saya kocok-kocok dari belakangnya. “Siska aku mau keluar nich.. di dalem yaa…” kata saya. “Jangan Jamesss!” kata Siska. “Sini aku isep saja ya.. dikeluarin di mulut Siska!” saya masukan ke mulutnya, ternyata Sisti juga nggak mau kalah, yang ada kayak rebutan. Gila juga ternyata Siska menghisapnya. Sambil menghisap tangannya mengocok-ngocok penis saya. Sisti lagi menciumi biji saya. “Ahh Siss… Jamess keluarrr nichh!” Akhirnya saya keluarkansaya di mulutnya sambil saya tahan kepalanya dia agar menghisap terus.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Selesai itu kita bertiga langsung tidur kecapaian. Pagi-paginya bangun, yang ada malah cekikikan. “Eh Siska bandel ya! ngapain saja sama si Aryo kalau berdua yo hahahah”, goda saya sama Sisti. “Ah kalian juga sama hihihihhih”, katanya.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-BWuz-GATMb4/TvdlGi2huEI/AAAAAAAAA_U/L6xOlkaQJwE/s1600/FlowMeter.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-BWuz-GATMb4/TvdlGi2huEI/AAAAAAAAA_U/L6xOlkaQJwE/s1600/FlowMeter.jpg" /></span></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://luxuryhotelandresort.blogspot.com/2011/12/kruger-national-park-hotels.html"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><img border="0" height="200" src="http://1.bp.blogspot.com/-bV55tBKPyP0/TvdldPwCxkI/AAAAAAAAA_c/vFhWZqSIRMA/s200/aa.jpg" width="200" /></span></a></div></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-70630963627034463122011-12-25T09:53:00.000-08:002011-12-25T10:08:30.082-08:00gairah adik kakak lesbi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3; font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; text-align: justify;">Cerita dewasa yang akan aku ceritakan dalam situs cerita panas ini adalah cerita tentang lesbi antara 2 kakak adik yang saling suka dan mencintai. Cerita ini diberikan oleh para pembaca cerita dewasa terbaru ini. Nah agar bisa terus memberi cerita-cerita dewasa terbaru dan cerita panas terbaru maka teman-teman saya ajak membantu kami untuk terus melakukan like pada fan page kami di facebook cerita seks indonesia. Oke deh gag usah panjang lebar lagi langsung aja saya berikan cerita dewasa lesbi tersebut.</span><br />
<div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"></div><a name='more'></a><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span id="more-101" style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></span></span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Segar sehabis mandi, Evi keluar dari kamarnya dan dari teras di depan kamarnya di lantai 2, ia melihat adiknya, Nita, memasuki rumah dengan wajah merah kepanasan, namun tampak ceria. Nita baru pulang dari sekolah, kemeja putih dan rok birunya tampak lusuh. Tak melihat siapa pun di rumah, Nita langsung naik dan masuk ke kamarnya lalu menyalakan AC. Ia mencuci muka dan tangannya di kamar mandi dalam kamarnya saat mendengar kakaknya bertanya, “Hey, gimana pengumumannya?”</span><br />
<div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Nita keluar dari kamar mandi mendapatkan Evi bersandar di pintu kamarnya dengan tangan ke belakang.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Nita diterima di SMA Theresia, Kak!” jawab Nita dengan ceria.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Evi berjalan ke arahnya dan memberikan sebuah kado terbungkus rapi.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Nih, buat kamu. Kakak yakin kamu diterima, jadi udah nyiapin ini.”</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Duuh, thank you, Kak!” Nita setengah menjerit menyambar kado itu.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Evi duduk di ranjang Nita sementara adiknya duduk di meja belajarnya membuka kado itu dan mendapatkan sebuah gelas berbentuk Winnie the Pooh, karakter kartun kesukaannya, sedang memeluk tong bertulisan “Hunny”. Kali ini Nita benar-benar menjerit, “Aaah, bagus banget! Thank you, Kak!”</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Nita melompat ke ranjang dan memeluk kakaknya erat-erat, dan dengan tiba-tiba mencium bibir Evi. Evi tersentak, bukan karena Nita menciumnya, tapi karena getaran elektrik yang ia rasakan dari bibir adiknya yang basah menyambar bibirnya dan menyebar ke seluruh tubuhnya. Ciuman yang sebenarnya hanya berlangsung beberapa detik itu membuat jantung Evi berdebar. Nita melepas ciumannya, namun tak melepas pelukannya yang erat. Evi tersenyum berusaha menutupi perasaannya, lalu mengecup bibir adiknya dengan lembut. Nita meletakkan gelas itu di meja kecil di sisi ranjangnya dan merebahkan diri. Ia menarik Evi agar berbaring di sisinya, lalu kembali memeluknya.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Kak, Nita kangen nih ama Kakak. Sejak Kak Evi pacaran ama Mbak Anna, kapan kita pernah tidur bareng lagi? Cerita-cerita sampe ketiduran? Nggak pernah kan?”</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Bukan gitu, Nit,” jawab Evi, “Kakak kan kuliahnya sibuk, bukan karena pacaran ama Anna.”</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Evi kembali merasakan dadanya berdebar hanya karena dipeluk oleh adiknya yang cantik ini. Ia baru menyadari bahwa ia memang sudah lama sekali tak pernah sedekat ini dengan Nita.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Lagian ngapain sih Kakak pacaran ama Mbak Anna? Ntar ketahuan Papa baru tahu lho!” kata Nita sambil mengernyitkan dahinya seakan memarahi kakaknya.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Wajah Nita begitu dekat dengan wajahnya, membuat Evi merasa canggung dan semakin berdebar. Evi berusaha keras meredam ketegangannya dan menutupi perasaannya dari adiknya.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Sok tahu kamu,” kata Evi, “Papa kan udah tahu Kakak pacaran ama Anna. Malah sebelum berangkat ke Jerman, Anna pernah ketemu dan ngobrol ama Papa. Sekarang Papa udah bisa kok nerima kenyataan bahwa Kakak emang lesbian.”</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Hangatnya hembusan napas Nita di lehernya membuat Evi semakin berdebar dan ia merasakan panas yang hebat dari selangkangannya. Evi tahu ia tak mampu menahan diri lebih lama lagi saat celana dalamnya mulai terasa lembab.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Sana mandi dulu kamu!” tukas Evi sambil mendorong adiknya, “Kamu bau matahari!”</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ngg..” balas Nita kolokan walau tetap melepaskan lengannya yang melingkari pinggang Evi.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Tapi Kakak jangan pergi dulu. Nita masih kangen ama Kakak,” kata Nita sambil berjalan ke kamar mandi.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Evi duduk dan melipat kedua kakinya rapat-rapat di depan dadanya. Ia memeluk kedua kakinya sambil menyadarkan dagu ke lututnya. Ia menghela napas dalam-dalam berusaha menenangkan gairahnya.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Kenapa aku sampai begitu, sih!” ia memarahi dirinya sendiri dalam hati.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Nita kan adikku sendiri!”</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Mungkinkah karena sudah hampir 4 bulan Anna pergi dan aku kangen pada pelukan dan sentuhan lembut wanita?” Evi menyelonjorkan kakinya di kasur dan mulai meraba-raba pahanya. Sambil membayangkan dada Anna yang montok, tangan kiri Evi meraba-raba dadanya sendiri, sementara tangan kanannya naik meremas-remas selangkangannya.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Evi tersentak dari lamunannya dan melepas kedua tangannya dari bagian-bagian vitalnya dan kembali menarik napas dalam-dalam. Ia tak ingin terlihat bergairah saat adiknya keluar dari kamar mandi nanti.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tak memakan waktu lama, Nita keluar dari kamar mandi dalam keadaan bugil. Ia mengambil celana dalam dan daster dari lemari. Evi menatap adiknya memakai celana dalam, jantungnya yang belum sepenuhnya kembali normal langsung berdebar lagi melihat tubuh Nita yang langsing namun berisi itu. Nita tidak mengenakan dasternya, tetapi langsung duduk bersila di sisi kakaknya di ranjang dan meletakkan dasternya di pangkuannya.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Evi tersenyum berusaha menutupi gairahnya dan membelai rambut adiknya. Nita memonyongkan bibirnya seperti orang ngambek dan berkata, “Kak Evi kok mau sih ama Mbak Anna? Dia kan..” Nita tampak agak ragu sebelum akhirnya melanjutkan, “Dia kan nggak cantik.” Bukannya marah, senyum Evi malah berubah jadi tawa, “Kamu nggak boleh menilai orang dari penampilan fisiknya. Anna kan baik banget orangnya, lembut dan penuh pengertian. Lagian fisiknya juga nggak jelek-jelek amat. Toket dan pantatnya kan gede banget, Nit. Asyik banget untuk diremas. Dan ciumannya jago banget. Dia yang ngajarin Kakak ciuman.”</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Iya sih. Toket Nita nggak gede ya, Kak?” kata Nita sambil memandang payudaranya.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Siapa bilang?” balas Evi, “Toket kamu gede lagi! Kamu tuh tumbuh melebihi orang seumurmu. Waktu Kakak 17 tahun, toket Kakak belum segede kamu.”</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dengan polos, Nita bertanya, “Emang enak, Kak, diremas ama sesama cewek?”</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Belum sempat Evi menjawab, Nita meraih tangan kakaknya dan meletakkannya di atas dadanya. Evi tersentak, namun membiarkan Nita menggerakkan tangannya berputar-putar di dada adiknya yang terasa lembab dan segar itu. “Mmmhhh…” Nita mendesah dan matanya setengah menutup. Gairah Evi yang sudah sulit dikendalikan semakin meledak melihat reaksi adiknya yang sangat merangsang itu. Evi mulai meremas-remas dada adiknya dengan lembut lalu memilin-milin puting dada Nita yang terasa semakin membesar dan mengeras.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Uhhh…” Nita kembali mendesah dan membiarkan Evi meraba dan meremas dadanya, sementara kedua tangannya sendiri meremas sprei kasurnya. Tak lagi berusaha mengendalikan gairahnya yang sudah memuncak, Evi meraih dagu adiknya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya terus meremas dada Nita dengan semakin bernafsu. Evi menarik wajah Nita dan mengecup bibirnya yang basah.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Mmmhh..” reaksi Nita yang hanya berupa desahan itu membakar nafsu Evi. Sambil meremas dada adiknya dengan bergairah, Evi mengulum bibir bawah adiknya yang segera membuat Nita membalas dengan mengulum bibir atas Evi. Kakak beradik ini saling menghisap bibir selama beberapa saat, sampai akhirnya Evi melepas ciuman mereka. Nita membuka mata mendapatkan ia dan kakaknya sama-sama terengah-engah setelah berciuman dengan penuh gairah.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ohhh, ternyata enak ya, Kak? Nita nggak nyangka deh. Kak Evi juga enak?” tanya Nita dengan polos.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Gila kamu, Nit! Dari tadi Kakak udah mau mati nahan gairah Kakak gara-gara kamu peluk, kamu cium, ngelihat kamu telanjang!” jawab Evi, “Kamu sih! Ngapain lagi kamu tarik tangan Kakak ke toket kamu?”</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Nita tampak terkejut dengan kerasnya kata-kata kakaknya, “Sorry, Kak. Nita cuma kangen aja ama Kak Evi dan pengen disentuh. Sorry…” katanya sambil menundukkan kepala.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ssstt…” Evi menarik dagu adiknya lagi hingga mereka saling bertatapan, lalu menampilkan senyumnya yang manis, “Tapi kamu suka kan?” Nita hanya membalas dengan senyuman yang tak kalah manisnya.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Evi menggeser duduknya di ranjang hingga bersandar pada dinding, “Sini,” ia menarik lengan Nita agar duduk di sisinya. Mereka duduk berdampingan, Evi membelai rambut Nita, lalu dengan tangan di belakang kepala adiknya, Evi menarik wajah Nita mendekati wajahnya, “Nih ajaran Anna. Kamu nilai sendiri enak apa nggak.” Evi kembali mencium bibir Nita.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kendali diri sudah sepenuhnya kembali pada dirinya setelah menyadari bahwa Nita juga menikmati semua ini, Evi mengatur alur percintaan tanpa tergesa-gesa. Ia tak lagi meraba-raba adiknya. Kini Evi hanya mengulum bibir adiknya, kadang seluruh mulutnya, lalu melepasnya, lalu mengulumnya lagi. Kadang ia biarkan Nita yang menghisap bibirnya dengan lebih bernafsu, lalu melepasnya untuk melihat adiknya maju mengejar mulutnya yang sedikit ia buka, memancing gairah Nita.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Evi mendorong adiknya hingga rebah di kasur. Mereka berciuman lagi dengan penuh gairah. “Kak…” Nita mendesah. Evi menjawab dengan menyelusupkan lidahnya dengan lembut ke dalam mulut Nita yang sedikit terbuka. Tenggorokan Nita tercekat saat merasakan lidahnya bersentuhan dengan lidah kakaknya. Ini perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelum ini. Ia tak menyangka akan merasakan rangsangan luar biasa sebagai akibatnya.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Jilatan lembut Evi pada langit-langit dan lidah Nita membuat Nita terangsang, namun menjadi semakin rileks karena merasa semakin menyatu dengan kakaknya. Nita mulai membalas gerakan lidah Evi dengan gerakan lidahnya sendiri. Mengetahui adiknya sudah bisa menikmati ini, Evi membelitkan lidahnya pada lidah Nita sambil menghisap bibir adiknya. Evi melepas lidahnya dari mulut adiknya, lalu berkata, “Hisap lidah Kakak, Sayang.”</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kata-kata lembut Evi membuat Nita semakin bergairah, seakan sedang bercinta dengan kekasihnya. Dengan bernafsu, ia menghisap lidah Evi yang kembali menjelajahi mulutnya. Mereka berciuman dan bergantian saling menghisap lidah untuk waktu yang lama. Merasa gairah adiknya dan gairahnya sendiri semakin membara, Evi mulai meningkatkan kecepatan percintaan dengan meraba paha dan selangkangan Nita. Nita mendesah saat merasakan sentuhan di bagian yang belum pernah disentuh siapa pun itu. Evi melepas bibirnya dari bibir adiknya, lalu mulai menjilati telinga dan leher Nita. Desahan Nita mulai berubah menjadi erangan kenikmatan.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tanpa melepas tangannya dari selangkangan Nita, Evi menurunkan jilatannya ke dada adiknya yang montok itu. “Ah..!” Nita menjerit kecil saat pertama kali lidah kakaknya menyentuh puting buah dadanya, “Ooohh… aahhh… Kak..” desahnya dengan penuh kenikmatan. Nita membuka matanya menyaksikan Evi menjilati puting dan payudara Nita dengan semakin cepat dan bernafsu, membuat putingnya membesar dan mengeras. Kadang Evi menggigit puting Nita membuat Nita menjerit kecil dan memaju-mundurkan pantatnya seirama dengan gerak tangan Evi di selangkangannya, sehingga tangan Evi terasa semakin menekan dan meremas di selangkangannya yang kini sudah basah kuyup.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Bangkit dari dada Nita, Evi menduduki adiknya dengan selangkangan tepat di atas selangkangan adiknya. Evi menarik kaosnya lalu melemparkannya ke lantai. Kedua tangan Nita meremas dada kakaknya saat Evi sedang berusaha melepas BH-nya. Evi melempar BH-nya dan Nita semakin bernafsu meremas dada dan puting telanjang kakaknya. Mereka saling menghujam selangkangan hingga saling menekan. “Hhh…” desah Evi yang menikmati remasan adiknya pada dadanya yang telah membesar dan mengeras itu. Tak tahan lagi untuk segera merasakan adiknya, Evi bangkit membuka celana pendek sekaligus celana dalamnya, lalu menarik celana dalam Nita hingga terlepas, menampilkan setumpuk kecil bulu tipis yang menutupi kemaluan yang telah membengkak penuh gairah. Bau seks menyebar dari vagina Nita, membuat isi kepala Evi serasa berputar penuh gairah tak tertahankan.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Evi meraba bibir vagina adiknya yang telah berlumuran lendir gairah. “Ohh, Kakaak!” Nita tersentak merasakan nikmatnya sentuhan di titik terlarang itu. Tak tahan lagi, Evi segera menjilati bibir vagina Nita dengan bernafsu, menikmati manisnya lendir vagina Nita. “Ah! Ah! Kak! Ah!” Nita menjerit-jerit tak tertahankan, tubuhnya menggelinjang merasakan kenikmatan yang tak pernah terbayangkan olehnya.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dua jari Evi membuka bibir vagina Nita, menampilkan klitoris yang telah membengkak keras dan teracung keluar. Lidah Evi menari pada klitoris adiknya sambil tangan kirinya naik meremas-remas payudara Nita, membuat Nita terpaksa mencengkeram sprei untuk menahan gelinjang tubuhnya yang semakin sulit dikendalikan. Ini tak membantu menahan jeritannya yang semakin keras “Aaagghhh! Aaagghh! ohh, Kakaaak! Nikmat, Kaaak! Jangan berhen.. aagghh!” Nita telah terlontar ke dalam dunianya sendiri.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Memang tak berniat berhenti, lidah Evi masuk ke dalam vagina Nita dan menjilatinya tanpa ampun. Nita meluruskan kedua lengannya di sisi menopang tubuhnya ke posisi duduk mengangkang, menyaksikan kepala kakaknya di antara kedua pahanya. Tak mampu mengendalikan kenikmatan seks yang terus meningkat ini, Nita menghunjamkan selangkangannya ke wajah kakaknya berulang kali, sementara lidah Evi semakin cepat bergetar di dalam vagina Nita, sambil menikmati lendir vagina adiknya yang terus mengalir ke dalam mulutnya.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Hunjaman selangkangan dan gelinjang tubuh Nita yang semakin kasar dan tak terkendali membuat Evi tahu bahwa adiknya tak akan tahan lebih lama lagi. Ia semakin bernafsu menjilati adiknya, di dalam vagina, bibir vagina serta klitorisnya. Tepat dugaannya, tak lama kemudian kedua paha Nita menghentak kaku menjepit kepala Evi, tubuh Nita bergelinjang semakin kasar dan liar, sementara vaginanya berkontraksi dan memuncratkan gelombang demi gelombang lendir seks yang tak mampu lagi ia bendung.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Aaakkk.. aahhh.. ahh Kakkk..” jerit Nita tak peduli lagi pada dunia, hanya kenikmatan orgasme pertamanya ini yang berarti baginya. Evi membuka mulutnya, mengulum seluruh vagina adiknya dan menenggak lendir orgasme yang membanjiri seisi mulutnya hingga sebagian menetes dari bibirnya ke dagu dan lehernya.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Orgasme demi orgasme melanda Nita selama semenit penuh, hingga akhirnya ia merasa begitu lemah sampai tubuhnya jatuh ke kasur dengan penuh kenikmatan dan kepuasan. Evi menjilati lendir yang lolos ke sisi selangkangan dan paha adiknya, lalu memanjat tubuh adiknya dan menindih tubuh adiknya. Sambil terengah-engah, ia menyaksikan Nita yang memejamkan mata penuh kepuasan. Evi mengecup bibir Nita, membuat Nita membuka matanya dan tersenyum. Ia memeluk tubuh telanjang Evi, lalu membalas kecupan kakaknya dengan ciuman penuh pada mulut Evi. Lidah mereka terpaut, Nita menghisap lidah kakaknya, lalu melepaskannya untuk menjilati wajah, pipi dan leher Evi yang berlumuran lendir orgasmenya sendiri. Lendir seks ini terasa nikmat dan manis baginya.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Nita tahu Evi terengah-engah bukan hanya karena habis memakan vaginanya dengan brutal, namun juga karena gairahnya yang telah memuncak. Nita melorotkan diri di bawah tubuh kakaknya, menggesekkan payudaranya pada payudara Evi. Wajah Nita tiba di depan payudara Evi saat Evi mengangkat tubuhnya dengan menopangkan dirinya pada sikunya. Tanpa ragu Nita mulai menjilati puting payudara kakaknya hingga napas Evi semakin tersenggal-senggal menahan gairah yang semakin melonjak dalam dirinya. Selangkangannya semakin memanas dan lendir seksnya meleleh keluar dari vaginanya, menetes-netes di paha Nita.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ohh, Sayang! Kakak nggak tahan lagi, Sayang!” erang Evi.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Memahami maksud kakaknya, Nita melorotkan tubuhnya kembali hingga wajahnya tiba di depan vagina Evi, dan tanpa menunda lagi, Nita langsung menyusupkan lidahnya ke dalam vagina kakaknya.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Aaahhh! Ahhh! Sayaaang!” Evi menjerit selagi Nita sibuk menjilati vaginanya dari dalam hingga ke klitorisnya berulang-ulang.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dengan bernafsu, Evi menduduki wajah adiknya, lalu menaik-turunkan tubuhnya, menghujamkan vaginanya ke wajah adiknya berulang-ulang. Sambil meremas pantat Evi, Nita meluruskan lidahnya hingga kaku dan menghujam wajahnya seirama dengan gerakan pantat kakaknya ini. Lendir gairah meleleh ke wajah dan pipi Nita saat ia memaikan kakaknya dengan lidahnya. Tak lama Evi mampu bertahan setelah gelombang rangsangan bertubi-tubi yang telah ia nikmati, puncak kenikmatan pun meledak dan Evi tersentak kaku di atas wajah adiknya dalam kepuasan orgasme demi orgasme yang menyemprotkan lendir panas ke dalam mulut Nita berulang kali.</span></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Nita berusaha keras menghisap dan menelan seluruh lendir orgasme Evi yang memenuhi mulutnya. Begitu banyaknya lendir kepuasan yang Evi tumpahkan ke mulut adiknya, sebagian terpaksa mengalir keluar ke pipi Nita. Dari kaku, perlahan-lahan tubuh Evi mulai melemas dan jepitan pahanya pada kepala Nita pun mulai mengendur, hingga akhirnya Evi jatuh terbaring lemas di atas ranjang. Nita mendekati wajah kakaknya yang menantinya dengan tersenyum, lalu mencium bibir kakaknya. Mereka berpelukan dan berciuman beberapa saat. Evi membelai rambut adiknya, sementara Nita meremas pantat kakaknya. Lelah berciuman, Evi menghela napas panjang sebelum akhirnya mengatakan, “Aku cinta kamu, Sayang..” Nita hanya tersenyum dan mereka terus berpelukan hingga tertidur dalam rasa lelah yang penuh dengan kepuasan.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-8HC7fpnZc1M/TvdgX6DR9vI/AAAAAAAAA_A/_--DZh-xaTU/s1600/video+lesbi.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-8HC7fpnZc1M/TvdgX6DR9vI/AAAAAAAAA_A/_--DZh-xaTU/s1600/video+lesbi.png" /></span></a></div><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://luxuryhotelandresort.blogspot.com/2011/12/kruger-national-park-hotels.html"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-9daUuWQxl_I/Tvdi4R2txqI/AAAAAAAAA_I/-7Z3qSaMycc/s1600/bb.jpg" /></span></a></div><div style="font-family: Verdana, arial, tahoma, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 18px; margin-bottom: 12px; margin-top: 12px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><br />
</div></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-62814996315208747342011-12-25T09:37:00.000-08:002011-12-25T09:38:14.146-08:00Seks terbaru di 2012<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><strong>Cerita seks</strong> ini adalah cerita yang terbaru 2012 ini, merupakan <span style="text-decoration: underline;"><em><strong>cerita sex</strong></em></span> yang paling hot dan bisa dinikmati oleh siapapun, bagi anda yang menyukai <span style="text-decoration: underline;">cerita panas</span> sepertinya <span style="text-decoration: underline;">cerita sex</span> ini sangat cocok untuk dijadikan bahan utama untuk mengak manisnya cerita seks yang membuat dada anda berdebar dan bergetar, <strong>cerita</strong> ini adalah cerita yang sungguh luar biasa, karena dalam cerita ini ada sebuah kisa unik dan menarik yang bisa anda jadikan bahan untuk anda bisa melayang dan terbang tinggi bersama imajinasi anda.</span></div><a name='more'></a><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Selama menjadi mahasiswa di ibukota provinsi ini, aku selalu dan hampir setiap hari mengunjungi perpustakaan milik pemerintah provinsi, sehingga hampir semua pegawai yang bekerja pada instansi ini mengenalku dan akrab denganku, baik yang pria dan wanitanya.<span id="more-99"></span></span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Namun dalam pikiran nakalku yang mampu menilai sesorang, hanya terdapat dua orang ( yang jelas wanita ) yang mampu menarik perhatianku sehingga aku selalu memberikan atensi yang lebih terhadap dua orang ini.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yang pertama adalah staf bagian informasi dan teknologi yang sebut saja namanya Mbak Diah, aku memanggilnya begitu, 32 th-an, perempuan cantik semampai proporsional berkulit putih berambut sepunggung yang selalu memakai supra-nya setiap ke kantor, belum menikah dan aku belum terlalu mendalami kehidupan pribadinya.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kedua adalah staf administrasi yang berkantor di lantai tiga bangunan ini, Ibu Ayu, manis berambut sebahu, 37 th-an, corak standar manusia-manusia Indonesia, menikah dan punya 2 anak, yang paling kecil SMP kelas 2 dan satunya SMU kelas 3, escudo kuning yang selalu menemaninya tiap pagi saat berangkat ke kantor. Dari kedua wanita tersebut hanya dengan Ibu Ayu saja aku tampak lebih akrab sehingga aku pun mengetahui dengan benar seluk beluk kehidupan rumah tangganya beserta dengan segala masalah yang dihadapinya.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Suatu siang, saat aku baru datang, kulihat Ibu Ayu sedang melihat TV yang memang sengaja dipasang di lobby untuk para pengunjung instansi ini, kudekati dan duduk di sebelahnya.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Siang, Bu!, lagi santai nih?” Tanyaku membuka percakapan</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Eh, Dik Adi!, iya, tadi habis kunjungan keluar bareng ibu kepala dan nganter si Santi (putri tertuanya) pulang. Udah selesai kuliahnya?” jawabnya</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Sudah.., tadi cuma ada satu mata kuliah”</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“O gitu!, O ya, ntar malam di ***** Cafe ada konsernya ( Ibu Ayu menyebut satu nama Band yang baru ngetop di Indon), mau nonton nggak?”</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Sama Santi, ya!, ntar saya ikut!” Kataku merajuk soalnya anaknya itu menuruni kecantikan ibunya sewaktu muda</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ya, nanti Santi tak suruh ikut!”</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Lha emang Bapak ( suaminya ) kemana, Bu?”</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Lagi mengikuti Pak Walikota ke Jakarta sampai tiga hari mendatang”</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Okelah kalau begitu, nanti sore saya kesini lagi, trus berangkat!”</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Sip kalau begitu ” Jawabnya senang</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">*****</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sore yang dijanjikan pun tiba, aku masuk kedalam kantornya dan menemukan dia sedang membereskan beberapa map pekerjaannya.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Tunggu di bawah ya, Dik!, aku mau ganti baju, dan tadi Santi telepon katanya tidak bisa ikut karena besok ada ulangan dan agak tidak enak badan” Katanya menyambutku</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dan aku pun mengeluh, gagal deh kencan dengan Santi</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tak berapa lama kutunggu, Ibu Ayu sudah menemuiku dengan berganti pakaian dinasnya menjadi blus ketat dengan jins, wah.., oke juga nih ibu-ibu, nggak mau kalah dengan yang muda dalam soal dugem.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ayo!” Ajaknya</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aku pun mengikutinya menuju escudo kuningnya dan berlalu dari kantor instansi tersebut.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Kemana kita?, bukannya konsernya ntar malam?” Tanyaku</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Bagaimana kalo kita cari makan dulu sambil ngobrol-ngobrol nunggu jam lapan buat nonton konser ? ” Usulnya</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Boleh juga!, dimana?”</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ntar, liat aja, biar Ibu yang charge, OK!”</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aku pun mengangguk mengiyakan nya. Di sebuah resto china dijalan protokol kota ini, setelah menyantap hidangan laut, kami pun mengobrol mengahbiskan waktu dengan membahas berbagai persoalan baik itu maslah sosial maupun pribadi. Seperti halnya Ibu Ayu menceritakan padaku tentang bagaimana menjemukannya kehidupan rumah tangganya.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Wah, kalau soal itu saya tidak bisa memberikan pendapat, Bu!, masalahnya saya belum pernah berumah tangga.” kataku merespon nya</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ini cuma sekedar curhat koq, Dik!, biar besok menjadi semacam panduan bila nantinya dik Adi sudah menjalan kehidupan bersama” Jawab Ibu Ayu diplomatis</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Dan, jangan panggil Ibu, dong!, panggil saja Mbak, khan usia kita ngga terlalu jauh banget bedanya, paling cuma 13 tahun !” Tambahnya</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dan aku pun tertawa mendengar kelakar tersebut. Ketika waktu telah menunjukkan saatnya, kami keluar dari resto tersebut disambut dengan gerimis, berlari-lari menuju mobil untuk meluncur ke cafe yang dimaksud. Selama konser tampak Ibu Ayu sangat menikmati suasana tersebut sambil sesekali mengenggam tanganku, sehingga mau tidak mau pun aku menjadi ikut terbawa oleh suasana yang menyenangkan.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Konser pun berakhir, dan saatnya kami untuk pulang. Sambil-sesekali berceloteh dan bersenandung, kami menuruni tangga cafe, yang entah karena apa, Ibu Ayu terpeleset namun untunglah aku sempat memegangi nya namun salah tempat karena secara reflek aku menariknya kedalam pelukan ku dan tersentuh buah dadanya. Sejenak Ibu Ayu terdiam, memandangku, mempererat pelukannya dan seakan enggan melepaskannya.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Bu, eh..Mbak, udah dong, malu ntar dilihat orang” Kataku</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dia pun melepaskan pelukannya, dan kami menuju ke mobil dengan keadaan Ibu Ayu sedikit pincang kaki nya.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tengah malam kurang sedikit, kami sampai di rumah Ibu Ayu, karena aku sudah terbiasa pulang pagi, jadi kudahulukan untuk mengantar kerumahnya untuk memastikan keadaannya. Rumah dalam keadaan sepi, penghuninya sudah tidur semua kurasa, dan aku pun duduk di sofa sambil sejenak melepaskan lelah.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sambil terpincang-pincang, Ibu Ayu membawakan segelas teh manis hangat untukku, dan duduk di sampingku. Aku jadi teringat kejadian di tangga cafe tadi.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Masalah tadi, maafin saya Mbak, itu reflek yang nggak sengaja.” Kataku</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Nggak papa koq, Mbak ngga hati-hati si, pegel banget nih!” Katanya</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Sini saya pijitin” kataku sambil mengangkat kakinya dang menggulung celana jins nya sampai selutut</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dia pun merebahkan badannya agar aku bisa leluasa memijitnya. Tak berapa lama kemudian dia bangkit sambil ikut memijiti kakinya sendiri. Saat tangan kami bersentuhan ada getar-getar halus yang kurasakan menggodaku namun berhasil kutepiskan. Namun tak disangka, Ibu Ayu memegang lengan ku dan menarikku ke dalam pelukannya.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“temani aku malam ini, Dik!” Bisiknya lirih di telingaku</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kurasa habislah pertahanan ku kali ini. Di lumatnya bibirku dengan ganasnya, apa boleh buat, aku pun memberikan respon serupa. Kami saling berpagut dengan sesekali mempermainkan lidah. Tangannya menggerayangi tubuhku, mengusap-usap celanaku yang menggembung, sedangkan aku meremas-remas buah dadanya yang masih cukup ranum untuk wanita seusianya.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Lama kami bercumbu di atas sofa, lalu Ibu Ayu menggamitku untuk memasuki kamarnya, dan kami meneruskan cumbuan sepuas-puasnya. Foreplay dilanjutkan setelah kami saling membuka baju, hanya tinggal mengenakan celana dalam saja kami bergelut di atas kasur yang empuk dalam kamar berpendingin udara. Kujilati puting susunya sampai Mbak Ayu mendesah-desah, sementara tangannya menggengam kemaluanku yang dengan lembut dikocoknya perlahan.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Mbak.., aku buka ya, celananya!” Bisikku yang disambut dengan anggukannya</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah secarik kain tipis itu terlepas dari pinggulnya, Ibu Ayu mengangkang kan pahanya, dan tampak vaginanya yang kehitaman tertutup lebat rambut. Saat kusibak kerimbunan itu, gundukan daging itu berwarna kemerahan berdenyut panas.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Ibu Ayu memekik dan mendesah perlahan saat vaginanya kujilati. Ditekan nya kepalaku sepertinya dia sangat menikmati permainan ini, sampai suatu saat kurasa vaginanya mulai basah dengan keluarnya lendir yang berlebihan.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dengan nafas terengah-engah Ibu Ayu menarik kemaluanku untuk dimasukkan kedalam vaginanya. Kupegan tangannya dan kupermainkan kemaluanku di pintu masuk liang kenikmatan nya itu beberapa lama, kupukul-pukul kan kepala kemaluanku dibibir vaginanya, kumasukkan kemaluanku sedikit dalam vaginanya lalu kutarik keluar kembali, begitu berulang-ulang.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ayo dong, Dik!, jangan buat aku semakin ……” bisiknya</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Tapi aku belum pernah berhubungan badan, Mbak!” Balasku berbisik</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ayolah, Dik!, aku beri kamu pengalaman menikmati surga ini, ayo..!”</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Akupun mengangguk</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Ibu Ayu berbaring telentang di pinggiran ranjang dengan kaki mengangkang, sementara aku berlutut hendak memasukkan kemaluanku. Di pegangnya kemaluanku dan di arahkan ke dalam vaginanya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku dibibir vaginanya sementara dia mendesah-desah, lalu dengan dorongan perlahan kubenamkan seluruh kemaluanku kedalam liang vaginanya.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sebuah sensasi kenikmatan dan kehangatan yang luar biasa menyelubungi ku, sejenak keresapi kenikmatan ini sebelum Ibu Ayu mulai mengalungkan pahanya pada pinggulku dan memintaku untuk mulai menyetubuhi nya.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kudorong tubuh Ibu Ayu ketengah ranjang, setelah tercapai posisi yang enak, kugerakkan pinggulku maju mundur mengeksplorasi seluruh kenikmatan yang dimiliki oleh Ibu Ayu. Ruangan kamar yang dingin seolah tidak terasa lagi, yang ada hanya lengguhan-lengguhan kecil kami di timpahi suara kecepok beradunya kemaluan kami, sementara disekeliling kepala kami terbungkus dengan hawa dan bau khas orang bersetubuh.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“hh..terus, Dik!, goyangnya yang cepat..Ohh..ohh, Ouuch!” Desahnya</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Yang erat, Mbak!, ayo sayang,..sshh,..hhh..” Desahku</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ouuw…hh..,…lebih ce…aaahhhh!”</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Tenang aja, manisku…ohh.., enak Mbak!”</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Sss….sama…aku juga…ohh..ohh!”</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Entah sudah berapa lama kami saling bergelut mencari kenikmatan, lambat laun kemaluanku terasa seperti diremas-remas, lalu Ibu Ayu mendesah panjang sebelum pelukannya terasa melemah.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“aku.., sam…,Dik!, …Aaaaakkhhh !” Desahnya</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kurasakan momen ini yang ternikmat dari bagian-bagian sebelumnya, maka sebelum remasn-remasan itu mengendur, kupercepat gerakanku dan kurasakan panas tubuhku meningkat sebelum ada sesuatu yang berdesir dari seluruh bagian tubuhku untuk segera berebut keluar lewat kemaluanku yang membuatku bergetar hebat dengan memeluk tubuh Ibu Ayu lebih erat lagi</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ohhh..ohh….!” Desahku tak lama kemudian</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aku bergulir di samping Ibu Ayu mencoba mengatur nafas, sementara dia terpejam dengan ritme nafas yang tak beraturan juga. Kemaluan ku masih tegak berdiri berkilat-kilat diselimuti cairan-cairan licin sebelum lemas</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah beberapa saat, nafasku pulih kembali, kubelai rambut Ibu Ayu. Dia tersenyum padaku.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Makasih, Mbak! Enak sekali tadi” Kataku tersenyum</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Sama-sama,Dik! Hebat sekali kamu tadi, padahal baru pertama, ya! ” jawabnya</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Ibu Ayu mencoba duduk, kulihat cairan spermaku meleleh keluar dari lipatan vaginanya yang lalu di usapnya dengan selimut.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Aku keluarkan di dalam tadi, Mbak! habis enak dan ngga bisa nahan lagi, ngga jadi anak khan nanti?” Tanyaku</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Enggak, santai saja, sayang!” Katanya manja sambil mencium pipiku</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Emm..,Mbak!” Tanyaku</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Apa sayang?” Jawabnya</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Kapan-kapan boleh minta lagi, nggak?”</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Anytime, anywhere, honey!” Katanya sambil memelukku dan melumat bibirku.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">*****</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah kejadian itu, tiga hari berikutnya aku menikmati servis istimewa dari Ibu Ayu untuk lebih mengeksplorasi ramuan kenikmatan dengan berbagai gaya yang diajarkan olehnya, bahkan masih berlangsung hingga saat ini.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pada mulanya anaknya yang kuincar menjadi cewekku, ternyata malah mendapat layanan plus yang memuaskan dari ibunya.</span></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-GDe2iACDXyg/Tvdd83QDLGI/AAAAAAAAA-s/6C6AKVdKtgk/s1600/kacamata-300x246.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-GDe2iACDXyg/Tvdd83QDLGI/AAAAAAAAA-s/6C6AKVdKtgk/s1600/kacamata-300x246.jpg" /></span></a></div><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://luxuryhotelandresort.blogspot.com/2011/11/greatest-orlando-luxury-resorts-hotels.html"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-mGKtQkY3Dlc/TvdehgPrjRI/AAAAAAAAA-0/OGzrAAT207k/s1600/download+r.jpg" /></span></a></div><div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; text-align: justify;"><br />
</div></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-62408848305255505722011-12-23T10:57:00.000-08:002011-12-23T10:57:24.415-08:00Sensasi Ngentot Di Hotel<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Cerita ini terjadi sekitar 1995 yang lalu saat saya masih kuliah di semester satu sebuah perguruan tinggi di Jakarta. Nama saya denny, sekarang saya bekerja sebagai system engineer suatu perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Ceritanya begini. Pada suatu pagi saya ditelepon oleh seorang kawan lama saya yang bernama Herry, yang baru datang dari Bandung untuk suatu keperluan. Kebetulan sekali saat itu saya tidak ada kuliah, sehingga dapat bebas pergi ke mana pun. Sesampainya di sana ternyata teman saya telah lama menunggu di kamarnya, dan saya pun masuk, tetapi tidak lama kemudian, Herry pamit kalau dia ada janji mau pergi ke kantor temannya di Jl. Rasuna Said dan saya pun menunggu di kamarnya sampai Herry pulang.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Ternyata menunggu merupakan suatu yang sangat menjengkelkan, tak terasa telah satu jam kupindah-pindahkan channel televisi dari CNN sampai STAR TV, tapi semua terasa membosankan, sehingga pada suatu ketika bel di kamar berbunyi, ting tong.. ting tong, malas kubuka pintu. Terlihat sesosok tubuh wanita dengan tinggi kurang lebih 167 cm dengan rok span dan pakaian kerja, seksi dengan dada kupikir sekitar 36B.</span></span><br />
<a name='more'></a><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Permisi, mau bertemu Bapak Herry ada?" tanyanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Mm.. oh Bapak Herry sedang pergi ke Jl. Rasuna Said, ada janji?" tanyaku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Ya.. boleh saya menunggu?" tanyanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Silakan", jawabku sambil mengajak dia masuk.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Wanita itu pun masuk dan duduk di sofa. Jam saat itu menunjukkan pukul 10 pagi.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Mbak ini siapa ya?" tanyaku memberanikan diri.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Saya Selly, utusan dari cabang Bandung yang menjemput Pak Herry ke mari", jawabnya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Ooo.. perkenalkan saya Denny, teman Herry."</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Selly memang sosok wanita ideal. Selain anggun, dia juga cantik, kalau dilihat mirip Drew Barrymore. Jam menunjukkan pukul 11.00, dan Herry belum pulang juga. Aku sudah gelisah juga, soalnya di kamar hotel begini bersama seorang wanita cantik. Perlahan-lahan kuberanikan untuk duduk di sebelah Selly.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Mmm.. gimana ya Mbak.. kok belum datang juga Herry", kataku membuka kebisuan.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Ah.. nggak apa kok, kan ada Mas Denny", jawabnya sambil memegang tanganku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Wah lampu hijau nih pikirku. Gila juga nih orang, aku sempat grogi dipegang kayak gitu.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Mau ke kamar kecil bentar ya Denn.. di mana sih tempatnya?" tanyanya manja.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Di situ tuh", kataku cuek.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Nitip tasnya ya!" katanya lagi, dan Selly pun masuk ke kamar kecil.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Awww.. awww.. tolong Den.. ada kecoa.." jeritnya dari dalam kamar mandi.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Kupikir mana mungkin sih di hotel bintang lima macam begini ada kecoa. Tapi aku bangkit juga menuju kamar mandi. Baru sampai di depan pintu kamar mandi Selly sudah menarik tanganku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Masuk.. sini.." katanya sambil menutup pintu. Kulihat Selly sudah melepaskan rok spannya, hanya tinggal CD sama baju saja. Dan dia pun langsung mencium mulutku. Aku yang belum siap mental malah menghindari ciumannya. "Mana kecoanya?" tanyaku pura-pura bodoh. Habis baru sekali ini sih aku dibegitukan oleh wanita.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Ini nih masuk ke dalam celana", jawabnya cuek.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Dia terus berusaha menciumi mulutku, lama kelamaan aku terangsang juga. Gantian kuciumi juga mulutnya. Sekitar tiga menit acara pagut-memagut itu pun berlangsung. Kupraktekan cara mencium yang sering kulihat di film porno. Kemudian tanganku pun segera merambah bukit kembarnya dari celah-celah bajunya. Gila benar ini anak, ternyata dia tidak memakai BH. Langsung kumainkan bukit kembarnya dan kupelintir sedikit-sedikit putingnya. Terasa putingnya mengeras, kata orang sih tanda-tandanya sudah terangsang. "Awww.. pelan-pelan dong Den", protesnya saat kupelintir putingnya. Terus kuciumi lehernya yang jenjang, Selly pun cuma mendesah, "Aah.. hmm.. ahh.. Deenn.." langsung kubuka bajunya dan semakin terpampang jelas gundukan di dadanya yang menggairahkan. Kuciumi kedua bukit kembarnya dan kujilat-jilat putingnya, lagi-lagi dia bergumam, "Terus Den.. ahh.. ouchh.." aku melanjutkan menciumi pusarnya, terus ke bawah pusarnya. Terpampang dengan jelas rambut tipis berbentuk segitiga di pangkal pahanya. Kujilati sepuas-puasnya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Setelah itu dia kubimbing duduk di samping bathtub dan duduk di situ. Terus dia kusuruh membuka pahanya. Ooh, seperti ini toh liang kemaluan wanita. Soalnya seumur-umur baru kali ini aku melihat langsung yang asli. Langsung saja kulihat dari dekat. "Kok diliatin doang Denn.. dijilatin donk", kata Selly. Aku diam saja, terus kusibakan bibir kemaluannya dan terlihat di situ daging yang menonjol. Barangkali ini yang disebut klitoris pikirku. Terus dengan iseng kupelintir daging itu pelan-pelan. "Ahh.. ouhh.. Denn.. ahh.. terus Den.. mainin klitorisku ahh", wah benar juga pikirku. Terus perlahan kupegangi dalamnya, kok agak lembab dan basah. Wah rupanya Selly terangsang berat nih. Kulihat lebih dekat lagi, tiba-tiba saja tangan Selly membenamkan kepalaku ke dalam pangkal pahanya. "Jilatin dong Den.. ahh.. ahh.. jangan nakal, gitu dong.. masa cuma diliatin aja", aku pun terus menjilati kedua bibir kemaluannya. Mmm.. terus kujilati juga klitorisnya dan cairan yang ada di situ rasanya asin-asin nikmat dan baunya itu loh bikin batang kemaluanku semakin mengeras saja. Terus kujilati dengan ganas klitorisnya sambil kugigit sedikit. "Ahh.. Denn.. ouchh.. Denyy.. akkhh.. akkuu.. akkh."</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Terlihat cairan semakin deras saja yang keluar dan Selly semakin membenamkan kepalaku ke dalam kemaluannya. Wah rupanya Selly sudah klimaks nih, "Ahh.. Denn ouchh.. aku keluarr.." katanya. Kujilati semua cairan yang keluar dari kemaluan Selly. Terus dia pun berdiri dan menuju ke tempat tidur. Wah gila nih perempuan, masa aku dianggurin, pikirku. Aku terus mengikuti dia pergi ke tempat tidur. Rupanya dia duduk di samping tempat tidur. "Sini deh Den.. gantian aku yang mainin kontolmu", katanya. Aku menurut saja dan aku rebahan di tempat tidur dengan kaki di lantai. Terus Selly mulai memainkan kemaluanku dari luar celana dalam. Dia jilati batang kemaluanku yang dari tadi sudah sangat tegang, terus dibukanya CD-ku pakai giginya. "Wah nih orang pasti kebanyakan lihat film-film gituan", pikirku. Setelah CD-ku lepas, gantian dia mainkan kantong kemaluanku, dia jilati ke atas dan ke bawah. Rasanya sungguh mengejutkan. Terus dia pegangi batangku dengan kedua tangannya dan dijilat-jilatin kepalanya sambil matanya melihat ke arahku. Langsung dia benamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam mulutnya dan dikocok-kocok pakai mulutnya yang mungil. "Oohh.. Selly.. akhh.. uhh", desahku merasakan nikmat di sekujur batangku. Sambil terus mengulum-ngulum batang kemaluanku, dia pun memijit-mijit buah kemaluanku, rasanya linu-linu nikmat.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Setelah berlangsung 5 menit, Selly pun mulai bosan dengan permainannya. "Den, kita main beneran yuk", katanya. Aku pun tanpa berpikir langsung menjawab dengan semangat 45, "Ayoo!" Selly langsung duduk di atas pahaku dan memegang batang kemaluanku sambil diarahkan ke dalam lubang kemaluannya. Bless.. seluruh batang kemaluanku masuk ke dalam liang kemaluannya. Terasa lembab dan nikmat tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. "Ahh.. mm.. uhh.. aahh.." desah Selly sambil merem melek menikmati pergesekan batang kemaluanku dengan liang kemaluannya. Tak lupa tangannya pun ikut-ikutan memegangi kedua buah dadanya. "Ohh.. Denny.. akhh.. uhh.. yeahh.. Dennyy.. ahh." Aku pun dengan reflek mengimbangi permainannya dengan menaik-turunkan batang kemaluanku, sehingga terdengar bunyi pluk.. pluk.. ketika batang kemaluan dan liang kemaluan berbenturan. "Ahh.. oughh.. mmhh.. ahh.." desah Selly.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Selly pun makin menjadi-jadi, dia pun kemudian memegangi rambut kepalanya dan kurasakan gerakannya semakin liar, "Ahh.. uhh.. ahh." Aku bantu merangsangnya dengan memegangi kedua payudaranya. Tak lama kemudian Selly pun menjerit, "Dennyy.. ahh.. ouhh.. akuu.. mau.. keluar.. ahh.." Di kepala batang kemaluanku pun terasa ada aliran yang tak dapat dibendung lagi, "Kita keluar sama-sama Sell.. ahh.. ouhh.." Kurasakan cairan hangat menyemprot pada kepala batang kemaluanku dan menyebabkan kepala batang kemaluanku tak dapat menahan aliran yang deras dari dalam batang kemaluanku. "Ahh.. aku keluarr.. Selly", teriakku. "Akuu.. jugaa.. Denny.. akhh." Kemudian kami pun lemas dan tertidur sampai pukul 5 sore.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Sampai tiba-tiba terdengar bunyi bel, tet.. tet.. wah gila nih, Herry pulang. Langsung saja kubangunkan, "Selly.. Sell.. Selly.. bangun.." ternyata Selly tidur dengan nyenyaknya. Aku cuek saja soalnya susah kalau membangunkan orang yang tidur dengan berjuta kenikmatan. Akhirnya pintu hotel kubuka, ternyata wanita bule yang mengetuk pintu. "Excuse me.. Is this Mr. John's Room, 513?" tanyanya. "Oh.. No, I think.. its beside this room", jawabku sekenanya dan wanita bule itu pun pergi ke kamar sebelah. Setelah dibel berkali-kali ternyata tidak ada orangnya. Dia pun pergi ke arahku lagi. "He is not in his room", katanya. "Bisa sa.. ya.. tunggu di sini?" katanya. Wah bisa juga dia ngomong Indonesia, pikirku. "Oh.. sure.. tentu", kataku. "silakan masuk." Dia pun duduk di sofa. Karena kamar ini termasuk luas, sekitar 7x7 meter, maka Selly yang tertidur di springbed tak kelihatan.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Anda dari mana?" tanyaku membuka pembicaraan.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Oh.. I come from USA, Nevada", katanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Oh.. Las Vegas", kataku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Anda sudah menikah?" tanyaku lagi.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Ya.. saya.. menikah 2 tahun lalu dan saya sudah cerai selama setahun", katanya lagi.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Wah kesepian juga nih cewek, pikirku. Kalau dilihat-lihat wanita ini tingginya sekitar 170-an, wajahnya mirip-mirip Dana Scully-nya X-File, usianya sekitar 30-an. Kalau dilihat bodinya sih mantap juga. Rambutnya sebahu, matanya biru, bibirnya, wah sensual sekali.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Can I know your name?" tanyaku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Jessica", katanya sambil mengulurkan tangan.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Denny", kataku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"What is your job Denny?" tanyanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"I'm student", kataku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"What major?" tanyanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Informatics", kataku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Wah bisa-bisa dua jam cuma nanya masalah sekolah nih pikirku. Harus dihentikan nih. Kuberanikan tanya soal lain. Sambil pindah duduk ke samping Jessica.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Can I know something about life?" tanyaku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Yah.. apa? please in Indonesian, cause I think you can not speak fluently in english", katanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Wah ketahuan deh modalku, pikirku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Ini agak pribadi, nggak apa-apa?" tanyaku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"No problem, cause I think kamu orang baik-baik", katanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Kalau udah cerai, gimana kamu memenuhi kebutuhan biologismu?" tanyaku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Maksud kamu seks?" tanyanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Yes.." kataku mantap.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Saya bisa main seks kapan saja, dan dimana saja dengan orang yang kusuka, that's menyebabkan my husband menceraikan saya."</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Wah gila juga nih cewek pikirku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Kamu pernah main seks Denny?" tanyanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"No.." jawabku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Dia pun tersenyum melihatku, terus lihat wanita tergolek di atas ranjang. Wah ketahuan deh kalau menipu.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Siapa dia Denny?" tanyanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"She is my sister", jawabku sembarangan.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Oh.. jadi kamu betulan belum pernah ya.. mau belajar sama saya, Denny?" tanyanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Wah mau sekali Jessy", kataku mantap.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Sini Denny.. kamu ke depanku.. apa your sister tidak marah kalau lihat kita Denny?" tanyanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Nggak apa-apa Jessy", kataku sambil mendekat ke depannya. Terus dia membuka bajunya. "Sini Denny.. kamu pegang dada saya", katanya. Terus kupegangi susunya yang ukurannya 36C.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"And cium bibirku Denny", katanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Aku tanpa dikomando langsung menciumi bibir Jessica. Langsung mulut kami beradu, kulumat bibir yang sensual itu dan lidah kami pun saling berbelit, "Ouchh.. mm.." terus aku langsung turun ke lehernya yang jenjang dan dia pun mendesah, "Aahh.. mm.. ouchh.. ssh.. Denn.. kamu membuat akuu.. ahh.." Kulanjutkan ke susunya, kulumat kedua putingnya pakai mulut. "Ahh.. ouhh.. shh.. Dennyy.. oo.. kamu memang nakal baby, yeahh.. ahh.." Terus kubuka rok spannya dan CD-nya, langsung kuturun ke pangkal pahanya. Kujilat habis kemaluannya dengan rakus. "Aahh.. stop Dennyy.. akan kuberikan gaya favoritku kepadamu", katanya. Padahal sudah basah liang kemaluannya. Sepertinya dia sudah terangsang berat. Langsung saja kulepaskan celana jeans-ku, dan kemudian Jesicca pun membantu melepaskan CD-ku sambil memegang batang kemaluanku yang 7 inchi.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Kemaluan yang bagus", katanya sambil meremas batanganku yang sudah tegang berat. "Coba kamu duduk di kursi ini sayang", katanya. Aku pun duduk dan terus dia duduk di atas kedua pahaku. Wah asyik juga nih kayaknya. Terus dia memegang kemaluanku yang sudah tegang berat dan dia arahkan ke dalam lubang kemaluannya dan dia pun duduk di atasku, bless.. kemaluanku pun masuk ke dalam liang kemaluan Jesica. Dia lalu menggoyang-goyangkan pinggulnya naik turun. "Ouchh.. yeahh.. mm.. oohh.. ohh.. ini seperti naik kuda saja, Denny", katanya. "Aakkhh.. oukkhh." Aku pun mengimbangi dengan menaik-turunkan pinggulku. "Mmm.. akhh.. sshh.. ukhh.. akh.. Denyy.. ukhh.. yeajjhh.. yeahh.. oukhh.." Tiba-tiba saja Jessica teriak-teriak tak keruan dan tak lama kemudian.. "Dennyy.. aku keluaarr.." terasa panas cairan menyembur dari lubang kenikmatan Jessica dan tanpa kulepaskan masih saja kukocok lubang kemaluan Jessica dengan batang kemaluanku. "Yeah.. ouchh Dennyy.. tolong berhenti Denny.. akhh.. ouchh.." masih tetap saja kukocok. Malahan tambah kencang frekuensinya. "Tolong.. hentikan sayang akkhh.. akhh.." Tanggung nih pikirku. Tiba-tiba saja Jessica meronta dan karena sudah diambang klimaks. Begitu Jessica mencabut cengkeraman liang kemaluannya pada batang kemaluanku, langsung saja cairan sperma yang sudah di ujung kepala keluar semua. "Oouchh.. baby.." langsung saja mulut Jesicca menyambar kepala kemaluanku dan dilumatnya habis cairan di kepala kemaluanku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Tiba-tiba saja Selly terbangun, "Dennyy.. Dennyy.." aku dan Jessica kaget bukan main. Untungnya aku bisa mengatasi keadaan yang sangat gawat ini.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Ada apa sayang? enak ya tidurnya", kataku tanpa dosa. Untunglah Selly dapat memahami keadaan ini.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Denn.. siapa tuh?" tanyanya, dan Jessica pun masih dengan telanjang bulat mendekati Selly dan berjabat tangan.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Jessica", katanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"I'm sorry.. udah ganggu tidurmu ya?" kata Jessica.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Tanpa berkata apa-apa, Selly malah langsung menciumi Jessica. Wah nggak aku sangka, ternyata si Selly ini biseks dan Jessica mungkin karena terbawa oleh Selly juga mengikuti saja. Kedua wanita itu pun terhanyut dalam permainannya. Aku dari sofa cuma mangamati permainan mereka. Selly kemudian menciumi seluruh leher Jessica dan Jessica pun meraba pantat Selly. Kemudian Selly mencium dan menjilati buah dada Jessica. "Ohh.. uchh.. sshh", hanya kata itu yang mencuat dari mulut Jessica. Kemudian Selly pun turun ke perut Jessica dan kemudian menjilati dengan rakusnya. Tak lama kemudian Jessica rebah di atas spring bed dan kakinya diletakkan di lantai. Selly kemudian menciumi seluruh permukaan kemaluan Jessica mulai dari bibir-bibirnya. "Kamu memang pemain yang hebat sayang, mm.. ukhh.. ss.." kata Jessica. Selly pun mulai menjilat-jilat dan mengaduk isi kemaluan Jessica tanpa kompromi. Dengan lidahnya dia mulai merangsang seluruh syaraf yang ada di vagina Jessica dan dengan reflek pinggul Jessica pun bergerak-gerak ke atas dan ke bawah mengimbangi jilatan-jilatan yang menimpa pada pangkal pahanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Aahh.. uhh.. yess.. ohss.. babyy.." jerit Jessica saat Selly menjilati klitorisnya dan menggigit-gigit klitorisnya pelan-pelan. Tampak terlihat kemaluan Jessica bertambah basah saja. Tak lama kemudian mereka pun berhenti dan melihat ke arahku. "Wah gawat, bisa jadi pejantan buat mereka berdua nih", pikirku khawatir.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Hey Denny.. mau gabung?" tanya Selly sambil tersenyum nakal.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Ah nggak.. aku liat aja.. udah capek", jawabku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Mereka pun melanjutkan aksinya. Sekarang kayaknya mereka mau 69. Eh tapi tunggu dulu, ternyata Jessica mengambil tas hitamnya di atas meja dan mengambil sesuatu. Oh ternyata dia bawa vibrator yang berbentuk batang kemaluan. "Hi.. Selly.. kamu akan lebih nikmat dengan alat ini", kata Jessy sambil memberi vibrator ke Selly.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Kemudian Jessica pun kembali duduk di sampingku. Terlihat Selly langsung menghidupkan vibrator tersebut dan memasukkannya ke dalam liang vaginanya. "Aahh.. ohh.. ujhh.. ss.." jerit Selly kesenangan dengan mainan barunya. "Hai Jessy.. mainan ini bener-bener dahsyat shh.. ohh", katanya sambil merem-melek. Jessica pun tersenyum di sampingku sambil mengelus-elus batang kemaluanku yang sudah tidur. "Lebih dahsyat pake ini.." sahut Jessica. Wah diperlakukan demikian tentu saja kemaluanku bangkit lagi.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Mau lagi Denn?" tanya Jessy.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Tidak!" jawabku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Sure?" katanya sambil mulutnya turun mendekati batang kemaluanku dan dia pun nmenjilat-jilat biji kemaluanku dari bawah ke atas. "Please relax Denny", aku pun sambil tiduran menikmati jilatannya. "Ahh.. ouckhh.. shh.. aku hampir keluar Jessyy.." jerit Selly saat dia mencapai orgasme dengan vibrator. Jessy pun sudah nggak menghiraukan jeritan Selly. Dia sudah asyik dengan kemaluanku dan dia mulai menjilati kepala kemaluanku dan memainkan lidahnya di ujungnya. Hal ini membuatku sangat geli dan nikmat. "Jessyy.. sshh, uch.." dan Jessy pun mulai memasuk-keluarkan batang kemaluanku di kerongkongannya dan setelah 10 menit acara kulum batang kemaluan, aku pun menjerit, "Jessyy.. aku mau keluaarr.." dan air maniku pun bercucuran di muka Jessy. "Ah enak sekali", kata Jessy sambil tersenyum genit. Akhirnya kami bertiga pun tertidur. Sampai akhirnya sekitar pukul 6 pagi terbangun dan kami beriga kembali ke tempat masing-masing.</span></span> <br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;"><br />
</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://luxuryhotelandresort.blogspot.com/2011/12/kruger-national-park-hotels.html"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-SzHCvnQtSvY/TvTOtyJwUAI/AAAAAAAAA-U/HHsV9_bfhD8/s1600/1.jpg" /></a></div><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;"><br />
</span></span></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-39417232161015707262011-12-22T23:26:00.000-08:002011-12-22T23:26:08.871-08:00Kenikmatan mendapat Kesempatan Dalam kesempitan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Karena merasa banyak ketidakcocokan, sebelum genap 2 tahun usia perkawinan Ryan dan Yenni, mereka telah mengakhiri perkawinannya dengan bercerai. Berbagai upaya yang dilakukan kedua orang tua mereka agar perceraian itu batal sia-sia. Mereka tetap kukuh dengan keputusannya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Walaupun mereka telah lama saling kenal dan berpacaran sejak kuliah dulu, Ryan dan Yenni adalah pasangan muda yang sama-sama masih labil dan mudah terbawa emosi. Ryan sendiri adalah seorang pegawai negeri di sebuah instansi pemerintah daerah yang memiliki karir dan masa depan yang cerah. Begitu pula Yenni yang bekerja sebagai karyawati di sebuah bank BUMN di kota itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Orang tua Ryan adalah pengusaha yang sukses, begitu juga Yenni, ayahnya seorang pejabat teras di lingkungan pemerintahan daerah itu. Mereka terbiasa hidup sebagaimana lingkungan kelasnya yang kelas menengah atas, yang serba ada dan bisa dalam hal material maupun moril.</span></div><a name='more'></a><br />
<div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah melalui proses yang cukup alot, maka Ryanpun menjatuhkan talak tiga kepada Yenni. Ada rasa sesal jauh di lubuk hati mereka, namun jalan itu harus ditempuh karena sama sama tidak ada yang mau kalah. Padahal sesungguhnya awal penyebabnya hanya sepele, Ryan ingin memiliki anak, sementara Yenni merasa belum siap dan menundanya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dulu, saat berpacaran, mereka adalah sejoli yang membuat iri rekan sejawatnya. Ryan yang masih berusia 26 tahun adalah pria yang ganteng dan Yenni yang 24 tahun terkenal sebagai kembang kampusnya karena kecantikannya. Ryan harus berjuang keras menyisihkan para pesaingnya untuk bisa merebut hati Yenni.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah resmi bercerai Yenni kembali kerumah orang tuanya dan Ryanpun balik kerumah ortunya. Yennipun telah berubah status menjadi janda kembang tanpa anak. Predikat itu membuatnya nyaman dan tidak nyaman. Sering ia digoda atau di rayu rekan oleh para pria di kantornya. Mereka, baik yang masih bujangan maupun yang telah bekeluarga ingin sekali bisa mengajak Yenni untuk kencan.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setidaknya Yenni harus berbesar hati saat ia menyadari bahwa ia masih muda dan cantik yang ditunjang postur tubuh serta wajah yang mudah mengundang para laki-laki untuk mendekatinya.<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span id="more-3027" style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Secara rutin Yenni rajin ikut perawatan kecantikan dan senam kebugaran tubuh, sehingga ia selalu nampak sehat sekaligus amat sensual berkat kecantikannya tersebut di atas.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Selama ini Yenni bisa menjaga diri dan tidak mempedulikan godaan rekan-rekan prianya. Dia tetap seorang perempuan yang bebas dan tidak terganggu oleh adanya berbagai gunjingan di lingkungan kerjanya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sebelas bulan setelah perceraian, secara tak sengaja Yenni bertemu Ryan di sebuah plaza di kotanya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Hai.. Yenn… “, Sapa Ryan.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Hai.. Juga… “, jawab Yenni agak gugup…</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Lagi ngapain disini Yan?”, tanya Yenni menutupi kegugupannya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ooo.. Sedang jalan-jalan aja”, jawab Ryan.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Lalu mereka bersalaman dan berbincang seperti teman lama. Pada sebuah cafe mereka singgah dan saling berbincang tentang keadaan masing-masing selama ini. Ada keharuan yang dalam yang mereka rasakan dalam pertemuan itu. Bagaimanapun mereka pernah hidup bersama sebagai suami istri dan sudah demikian lama pula mereka berpacaran sebelum menikah.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Semenjak pertemuan itu, Ryan dan Yenni selalu berkomunikasi lewat telpon dan kadang-kadang mereka buat janji untuk ketemu. Dalam suatu pertemuannya, Ryan mengusulkan kepada Yenni untuk rujuk kembali sebab ia telah lelah dengan keadaannya saat ini dan Yennipun sama dengannya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Tapi.. Kita kan sudah talak tiga Yan?”, kata Yenni saat itu… “Apa mungkin kita bisa rujuk?”, timpal Yenni.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Bisa aja Yenn.. Tapi jalannya berat dan panjang.. “, jawab Ryan.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Menurut ketentuan kamu harus menikah dulu dengan orang lain untuk menghapus talak tiga itu. Kemudian kamu kembali bercerai. Sesudah itu barulah kita bisa rujuk kembali”.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Wah berat juga… Tapi aku coba minta pendapat orang tuaku dulu ya Yan”, kata Yenni.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Oke… Baiklah”, jawab Ryan sambil menggenggam mesra tangan Yenni.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah dirundingkan dengan ayah dan ibunya orang tua Yenni merestui maksud anaknya itu. Namun ia harus mencari seseorang yang mau untuk menikahi putrinya untuk sementara. Bagi mereka soal biaya tidak masalah. Atas masukan dari sopir pribadi ayah Yenni, maka dipilihlah seorang lelaki separo baya yang juga merupakan tetangga sopirnya itu, namanya Pak Daud. Seorang duda yang ditinggal mati istrinya sejak 7 tahun yang lalu. Umurnya 40 tahun, sepantaran paman Yenni. Pekerjaannya adalah seorang buruh panggul di terminal kota. Orangnya dikenal jujur dan setia.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dia menerima tawaran keluarga Yenni untuk menjadi suami anaknya selama 3 hari dengan janji selama itu dia tidak akan menggauli Yenni walaupun statusnya sah selaku suaminya. Orang tua Yenni sama sekali tidak khawatir pada orang setua Pak Daud ini. Keluarga Yenni yakin bahwa Pak Daud akan mematuhi kesepakatan dan tidak akan menjamah putrinya. Untuk itu ayah Yenni memberikan imbalan uang yang cukup besar. Tiga puluh juta rupiah untuk Pak Daud, artinya untuk hidup 5 tahun ke depan Pak Daud tak perlu lagi jadi kuli panggul di terminal kota.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sesuai kesepakatan dari orang tua Yenni dan Pak Daud maka, dilaksanakanlah akad nikah itu di rumah orang tua Yenni. Sebelum akad nikah terlaksana, Pak Daud lebih dulu diperkenalkan dengan Yenni dan mereka bersalaman. Itulah pertama kalinya Pak Daud melihat Yenny calon pengantinnya yang sangat cantik. Pak Daud merasakan betapa halusnya tangan Yenni. Ia juga melihat wajah Yenni yang sangat cantik bak bidadari. Calon pengantinnya ini seperti bumi dan langit, secara lahir batin sama sekali tidak sebanding dengannya. Pak Daud jadi amat mengagumi sosok Yenni dan tak lepas-lepasnya matanya memandanginya. Dia tak pernah membayangkan bahwa dalam hidupnya yang sehari-harinya sebagai kuli panggul yang penuh derita dunia akan pernah menikahi seorang dewi macam Yenni yang sekarang telah berada di depan haribaannya serta siap untuk dinikahinya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sementara itu Yenny juga memperhatikan kehadiran Pak Daud calon ’suaminya’ itu. Dalam hatinya dia mentertawakan dirinya, kenapa dia mesti mengalami lelucon hidup macam ini. Pada awalnya Yenni membayangkan berpikir bahwa Pak Daud akan tampil seperti sosok seorang ayah yang hendak menolong dan melindunginya. Namun kini dia menyaksikan sosok seorang lelaki dalam arti sesungguhnya. Pak Daud dengan usianya yang 40 tahun belum nampak sebagaimana lelaki tua dan jompo.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dari balik kemeja dan jas yang pinjaman dari ayahnya, Yenni bisa merasakan bahwa Pak Daud masih memiliki tubuh yang sehat dan bugar. Latar belakangnya yang kuli panggul itu membuatnya nampak gagah; tinggi, tegap, padat, dan kekar. Wajahnya hitam dan berkilat sangat menggambarkan kehidupannya yang penuh kasar dan keras. Dan kelelakian Pak Daud kali ini sangat nampak pada matanya yang sejak dia mulai berhadapan dengannya tak pernah lepas-lepasnya memperhatikan dia. Yenni merasa sangat risih dengan pandangan Pak Daud ini. Dia seperti sedang dikuliti hingga telanjang olehnya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Matanya yang nampak kemerahan itu semacam menyimpan dendam. Ah… Yaa… Macam dendamnya syahwat birahi. Sepertinya dia hendak menelan bulat-bulat tubuhnya. Yenni agak menyesal dengan pilihan dandanannya. Semula dia ingin nampak cantik di depan para tamunya. Tetapi rupanya jadi boomerang, dandanannya yang membuat dirinya nampak sangat cantik dan sensual ini telah membuat Pak Daud terpesona. Sekarang Yenni merasa ngeri. Dia membayangkan seandainya Pak Daud mengingkari kesepakatannya dan dia tak mau menceraikannya. Lelaki yang kuli panggul hitam, keras dan kasar ini akan berpesta dengan melahapi bagian-bagian tubuhnya yang indah dan serba halus lembut ini. Darah Yenni bergidik membayangkan hal itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kembali ke Pak Daud, apa yang kini dihadapinya ini sangat menggetarkan jiwanya. Sebagai seorang lelaki yang sehat dan normal, apa yang dia saksikan saat ini telah menyentuh kemudian menggoncangkan hasrat ke-lelakian-nya. Setiap kali matanya memandangi Yenni, darahnya berdesir. Jantungnya berdegup kencang dan bibirnya sepertinya hendak bicara, mengatup dan membuka pelan. Yaaa… Dia memang sedang berbicara.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dia berbicara kepada hatinya sendiri, “Aku harus tidur dengan istriku ini. Aku berhak untuk tidur dengannya sebelum menceraikannya”, begitulah Pak Daud telah mengukirkan ketetapannya dalam hatinya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sesudah semua persiapan telah lengkap dan Penghulu dari KUA hadir, ijab kabul di laksanakan secara sederhana di rumah itu dengan dihadiri oleh kedua orang tua Yenni dan 2 orang saudaranya sebagai saksi-saksi. Dengan lancar Pak Daud mengucapkan ijab kabul itu, lalu sebagaimana yang seharusnya dan secara rutin dilakukannya sebagai bagian dari tugasnya, Pak Penghulu memberikan nasehat kepada mempelai. Dia membacakan apa yang tertulis pada buku nikah tentang Hak dan Kewajiban Pak Daud dan Yenni sebagai suami istri. Pak Daud harus menafkahi Yenni selaku istrinya secara lahir ataupun batin. Dan Yenni harus menunjukkan kesetiaan serta memberikan pelayanan kepada Pak Daud selaku suaminya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dan akhirnya resmilah Yenni sebagai istri Pak Daud meskipun untuk sementara. Setidak-tidaknya Pak Daud bersama Yenni akan sepenuhnya berstatus suami istri selama 3 hari sebelum Pak Daud menceraikannya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sepanjang upacara ritual itu pikiran Pak Daud tak lepas-lepasnya dari kecantikan Yenni ‘istrinya’. Dia sempat meraba selangkangannya. Bayangan nikmatnya meniduri Yenni membuat kemaluannya menyesak dan terasa sakit dalam celananya. Tangannya sempat meraba selangkangannya untuk membetulkan arah Kontolnya agar mengurangi rasa sesak dan sakitnya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah acara makan bersama dan Pak Penghulu serta tamu-tamu yang hadir pulang, maka yang tinggal diruangan makan itu hanyalah Pak Daud dan Yenni. Orang tua Yenni kekamarnya untuk berganti pakaian. Daud memandang Yenni yang duduk berhadapan di meja makan saat itu. Dia tengah berpikir bagaimana cara menyampaikan hasratnya kepada Yenni. Dia menyadari bahwa itu artinya dia membuat masalah. Dia akan mengingkari kesepakatan yang telah dibuatnya, yaitu, tidak akan menggauli Yenni. Namun dia juga melihat adanya peluang sebagaimana sumpah yang telah diucapkan di depan Penghulu tadi, bahwa dia harus menafkahi Yenni selaku istrinya secara lahir ataupun batin. Dia adalah suami yang memiliki Kewajiban dan Hak.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Mata Daud tak juga lepas dari perhatiannya kepada Yenni yang kini telah resmi sebagai ‘istrinya’ itu. Hatinya terus bicara, alangkah mulus dan cantiknya Yenni ‘istriku’ ini. Dia sudah bulatkan tekadnya. Dia akan merasakan kehangatan tubuh Yenni, karena saat itu Yenni syah sebagai istrinya. Dia akan menggaulinya sebagaimana seorang suami pada istrinya. Dia akan melahapi bagian-bagian sensual tubuh Yenni. Dia akan melumati bibirnya. Dia akan menjilati lehernya. Dia akan mengecupi dan membuat cupang-cupang pada dadanya, payudaranya, pentil-pentilnya, tulang rusuknya, pinggulnya, perutnya, selangkangannya, pahanya, betisnya… Uuuccchh… Pokoknya tak akan ada yang terlewat dari pagutan, ciuman maupun jilatannya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dia akan sepenuhnya menikmati tubuh Yenni hingga datang saatnya dia menceraikannya nanti. Dia punya waktu 3 hari. Selama itu dia tak akan pergi keluar dari kamarnya. Dia akan terus mengeloni Yenni yang sangat cantik ini. Bahkan mungkin dia bersama Yenni tak sempat untuk menutupi tubuhnya dengan busananya. Dia akan terus telanjang dan selalu siap untu melakukan hubungan sebagaimana suami istri adanya. Dia akan minta para pelayan orang kaya ini untuk menyiapkan kebutuhan makan dan minumnya di kamarnya. Hasrat syahwat birahi macam itulah yang membulatkan tekad dan memperkuat nyali Pak Daud untuk bertindak sebagai lelaki yang telah menjadi suami Yenni.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Lalu ia berkata, “Zus Yenni… Zus dengar kata-kata penghulu tadi khan? Bahwa suami berhak atas tubuh istrinya untuk menggaulinya… ?!”, kata Pak Daud pelan tetapi jelas dan tajam seperti pisau silet.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yenni memandang heran dan tidak percaya mendengar omongan Pak Daud barusan. Perasaan aneh bercampur kaget bercampur lagi dengan ngeri yang kemudian disusul dengan darahnya yang bergidik dan tubuhnya menggigil gemetar mendengar suara yang keluar dari mulut Pak Daud tadi.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Terpikir oleh Yenni, mungkin sesudah menyaksikan kecantikan dirinya yang mempesona Pak Daud langsung bertekad untuk ingkar dari kesepakatan yang telah dibuatnya bersama keluarganya. Pak Daud tidak mematuhi salah satu klausul-nya yang berbunyi, ‘tidak akan menggauli Yenni, istrinya’.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yenni menjadi panik. Dia mengerti arah pembicaraan Pak Daud, tetapi dia tetap berharap agar Pak Daud tidak mengingkari apa yang telah dia sepakati. Dengan marah dan ketus Yenni berkali-kali mengingatkan janjinya itu. Tetapi Pak Daud berkilah bahwa janji pada keluarga Yenni tidak seberat sumpahnya di depan Penghulu tadi. Jadi, bagi Pak Daud sepertinya ‘Maju Kena Mundur Kena’, kalau dia menggauli istrinya dia ingkar janji pada keluarga Yenni, tetapi kalau di tidak menggauli istrinya dia melanggar sumpahnya di depan Penghulu. Pak Daud merasa lebih takut pada sumpahnya di depan Penghulu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yenni kehilangan akal. Dia tak bisa membantah apa yang disampaikan Pak Daud. Usahanya untuk membujuk Pak Daud agar mematuhi janjinya sia-sia. Pak Daud tetap bersiteguh untuk ‘memberikan nafkah batin’ kepada Yenni, sekaligus mengingatkan kepadanya bahwa merupakan kewajiban seorang istri untuk melayani suaminya. Pak Daud juga mengingatkan dan mengancam, bahwa jika kehendaknya dihalang-halangi maka seumur-umur dia tidak akan menceraikan Yenni dan dia berjanji bahwa keluarga Yenni akan mendapat malu yang besar.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dalam kepanikannya Yenni mendatangi orang tuanya dan mengadukan maksud Pak Daud yang tidak sesuai dengan kesepakatan itu. Ayah Yenni menemui Pak Daud dan dengan sangat berang dan jengkel. Dia minta Pak Daud untuk tidak macam-macam atau batal imbalan Rp. 30 jutanya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tapi Daud bersikeras akan haknya saat itu. Pak Daud yakin ‘kartu As’-nya berada di tangannya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Merasa bahwa posisi keluarganya lemah secara hukum atas apa yang memang menjadi hak Pak Daud, dengan segala duka, marah, jengkel, kesal dan putus asa yang tercampur aduk ayah dan ibu Yenni pergi meninggalkan Yenni dan Pak Daud di rumahnya. Ayah Yenni lebih takut kalau Pak Daud berbuat lebih jauh hingga menyentuh citra keluarga di mata masyarakat umum.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Masih dengan pakaian kebaya pengantinnya Yenni menangis histeris dan berlari menaiki tangga lantai atas menuju ke kamarnya. Hatinya sungguh sakit, kecewa, kecut, dongkol dan kesal. Yenni tak tahu lagi pada siapa dia harus mengadu. Dia merasa sendirian hidup di dunia ini. Kenapa tiba-tiba beban ini mesti dipikul sendiri? Dia menangisi nasibnya yang terlunta-lunta.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dia menggigil ketakutan pada apa yang kemungkinan akan terjadi. Fisiknya tidak akan mampu melawan fisik Pak Daud. Dan apapun yang terjadi kini ‘kartu As’nya sepenuhnya ada di tangan Pak Daud. Dia menjadi orang yang kalah. Seluruh keluarga Yenni yang selama ini sangat terhormat bagi masyarakat kota ini kini telah kalah sama Pak Daud yang hanya kuli panggul terminal itu. Duuhhh… Kenapa bisa jadi begini…? Bahkan pada saat-saat seperti ini tak seorangpun yang mampu menolongnya. Tidak juga Ryan yang semestinya dia terjun untuk menjadi ‘penolong’nya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dalam keadaan panik dan putus asa dia rebahkan tubuhnya ke sofa di kamarnya. Dia merasa sangat terpukul. Sungguh pukulan yang telak telah menimpa sanubarinya. Dia merasa sangat lelah. Tekanan-tekanan kesepiannya selama ini membuat Yenni mudah lelah dan lumpuh.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yenni menarik nafas panjangnya untuk mengurangi kepengapan dalam dirinya. Sebelum ini dia pernah mengalami tekanan dalam hidupnya walaupun tidak seberat sekarang. Dengan bernafas panjang dia merasakan darahnya mendingin. Dia bisa lebih relaks.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Satu-satunya cercah harapan sekarang hanyalah bersikap ‘pasrah’. Yenni ingin selekasnya bisa melewati situasi dan perasaan yang demikian berat menindihnya. Que serra serra. Terjadilah apa yang harus terjadi. Bagaimanapun Pak Daud khan manusia juga.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Ahh… Tiba-tiba Yenni sepertinya melihat jalan keluar. Dalam keadaan tak satupun orang yang menolongnya dia dituntun oleh sebuah cahaya. Dia yakini kebenaran cahaya itu. Dan cahaya itu justru datang dari arah Pak Daud. Hatinya juga ikut berharap, mudah-mudahan Pak Daud tidak kasar dan menyakiti dirinya. Itulah kunci utama cahaya itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aneh, ya… Pak Daud yang pada awalnya menjadi penyebab krisis kini berbalik menjadi harapan bagi Yenni. Ataukah dia sudah menyerah? Dan yang lebih menyakitkan lagi, apakah dia bisa melawannya? Atau apakah ada manfaatnya untuk melawan Pak Daud? Atau, apa sih keberatannya kalau mengikuti saja apa maunya Pak Daud? Bukankah dia juga lelaki yang normal? Ataukah karena dia hanya kuli panggul? Edan!</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Secepat itukah Yenni harus mengambil keputusan akhir? Yaaa…, kapan lagi? Bukankah memang waktunya juga terlampau sempit untuk menimbang-nimbang hal yang runyam ini? Yenni harus mengambil sikap dan keputusan secara cepat. Dia merasa tidak perlu meminta pendapat pihak lain. Toh mereka semuanya telah meninggalkannya. Aahhh… Kenapa mesti begini…??</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Melihat Yenni menangis sambil berlari ke kamarnya Pak Daud sepertinya mendapatkan dorongan dan panggilan. Dia percaya larinya Yenni adalah untuk menunggunya di kamarnya. Dan sekaranglah saatnya dia harus melakukan kewajiban dan haknya. Dia berdiri dari duduknya dan dengan teguh dia melangkan kakinya menuju anak tangga dan menaikinya untuk menyusul Yenni di kamarnya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dia ketemu pintu kamar yang terbuka. Sepertinya Yenni memang tengah menunggunya. Nampak Yenni duduk menyandarkan kepalanya di sofa yang membelakanginya. Pelan-pelan tanpa menimbulkan suara di kakinya yang menginjak karpet mewah kamar Yenni, Pak Daud datang mendekati ‘istrinya’. Dia datang dari arah punggungnya. Tepat diatas kepala Yenni, sambil tangannya berpegang pada sandaran sofa, Pak Daud menundukkan kepalanya. Dia mencium ubun-ubun Yenni. Hidungnya segera diterpa aroma wangi rambutnya yang seumur-umur belum pernah menciumnya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Ah… Ternyata ‘istrinya’ itu tidak nampak kaget atas ciumannya. Yenni sama sekali tidak bergerak. Dia tidak menolak kehadiran dan sentuhan Pak Daud. Adakah dia telah menerima kehadirannya sebagai suaminya? Adakah dia telah memahami hak dan kewajibannya? Adakah dia telah siap untuk melayaninya sebagai istrinya?</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Zus Yenni, kamu jangan takut dan sedih. Aku suamimu akan sepenuhnya hadir demi kebahagiaanmu. Katakan sejujurnya apabila aku salah. Ucapkan kesangsianmu kalau kamu ragu. Lemparkan umpatanmu kalau kamu pandang aku tak pantas berada disisimu. Ayolah, zus Yenni, hadapilah kenyataan hidup ini dengan kecantikan hatimu. Dekatilah kenyataan itu dan terimalah kehadiranku. Mari kita melakukan sesuatu yang Hak dan yang Wajib”.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sepintas dalam sikapnya yang memang telah pasrah Yenni sempat heran, koq ada kuli panggul bisa ngomong macam itu? Macam filosof campur sastrawan saja. Ah, memang aneh hidup ini.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tapi secara jujur Yenni akhirnya membuka sedikit pintunya untuk Pak Daud. Timbul rasa iba pada Pak Daud. Sebagai sesama manusia yang mengaku beradab, dia merasa telah berkonspirasi untuk melecehkan martabatnya yang hanya kuli panggul itu. Dengan sesenggukan dan linangan air matanya dia bersuara pelan, agak serak karena tangisnya,</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Sesungguhnya, Mas, yang aku tangisi dan kesali adalah nasibku sendiri. Dalam situasi yang sangat berat begini, ternyata tak ada seorangpun yang memberikan aku pencerahan. Aku harus mencari sendiri jawabannya”.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Mendengar dari mulut cantik Yenni memanggilnya dengan ‘Mas’, Pak Daud serasa disiram sejuknya mata air dari pegunungan. Dia merasakan betapa tak ada lagi yang menyesakkan hatinya. Kini dia lebih yakin akan tindakannya. Pak Daud bergerak ke depan sofa untuk duduk disamping Yenni. Dia meraih tangan ‘istrinya’ itu. Dia cium punggung tangan yang lembut itu. Nampak warna yang kontras kini ada di atas sofa itu. Yenny yang serba bersih dengan kulitnya yang putih dan halus lembut disamping Pak Daud yang hitam, serba keras dan kasar.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Namun itulah salah satu jenis ‘keindahan sejati’. Keindahan yang bukan lahir dari tangan-tangan manusia. Tetapi keindahan yang lahir dari perjalanan nasib dua anak manusia. Keindahan yang dipaterikan oleh Sang Maha yang tak pernah bisa ditebak maunya. Dia yang selalu memberikan kejutan bagi hamba manusia. Dia yang tak mungkin dihindari. Dia yang tak terlawankan. Dia yang serba mutlak.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Ciuman di punggung tangan Yenni yang juga disertai kecupan kemudian jilatan lidah oleh Pak Daud merembet seiring dengan rembetan syahwat birahinya. Bibir Pak Daud mulai mengulum jari-jari lentik Yenni. Amppuunn…</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Perasaan Yenni merinding dan berdesir. Mungkinkah ini terjadi…, beberapa detik yang lalu aku disambar bencana dan kesedihan, tiba-tiba kini datang sebuah sensasi lain yang bertolak belakang terasa sedang merambati sanubariku, demikian angin lembut membisik di telinganya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sensasi itu berupa energi yang menggelitik dan membangunkan saraf-saraf libidonya. Sebuah rangkaian isyarat dari libidonya yang membangkitkan hasrat birahi. Kuluman dan jilatan bibir dan lidah Pak Daud langsung menerpa syahwatnya. Yenni merasa seakan dibanting dan kemudian dilemparkan ke orbit nikmat syahwat yang tak bisa diucapkan dalam kata.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Bibir tebal dan lidah kasar Pak Daud yang mengulum dan mejilati jari-jarinya membuat Yenni terbangkit dari lumpuhnya. Bibir dan lidah itu seperti alat kejut pacu jantung. Tubuh dan jiwa Yenni disentak-sentakkan untuk menerima sebuah nalar baru. Seakan bertekuk lutut pada apa yang tak mampu dia hindarkan, Yenni langsung berubah sikap dan cara pandang hidupnya. Yenni melihat cahaya yang beda dari cahaya sebelumnya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yenni kini adalah Yenni yang siap menerima Pak Daud sebagai suaminya yang harus dia layani sebagai layaknya seorang istri yang patuh pada kewajibannya. Yenni mendesah dan melenguh panjang. Dia telah tenggelam dalam hasrat seksual yang sangat tinggi. Sesudah tak terjamah oleh lelaki selama 11 bulan kini Yenni sangat matang untuk menerima kehadiran Pak Daud.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dengan penuh intens Pak Daud merambatkan bibir dan lidahnya ke lengan-lengan Yenni. Dan pelan-pelan tetapi pasti tangan-tangan kekar Pak Daud menerobos ke kebaya dan memeluki punggung ‘istrinya’, sedikit meremasi belikatnya untuk kemudian dilepaskannya untuk meneruskan rabaannya menuju ke dada. Dia mendengarkan betapa Yenni merintih nikmat saat jari-jarinya menyentuh kemudian memilin kecil puting payudaranya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yenni yang juga pelan tetapi pasti telah hanyut dalam nikmat birahi tahu bahwa sudah saatnya dia mesti melepaskan busananya. Dia harus dan ingin membuka jalan untuk bibir dan lidah Pak Daud melata merambahi tubuhnya. Dia lepaskan bros berlian yang jadi kancing-kancing kebayanya itu. Dia lepaskan ikatan tali BHnya. Dia hidangkan susunya yang ranum untuk dikemot-kemot bibir tua Pak Daud. Selanjutnya Yenni hanyalah menunggu sambil merintih dan mendesah nikmat. Tangannya memeluk dan mengelusi kepala ’suaminya’. Yenni meremasi rambut Pak Daud sebagai ungkapan dan penyaluran gelisah birahinya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Terlintas dalam pikiran Pak Daud untuk meninggalkan cupang-cupang pada seluruh tubuh putih Yenni. Ada semacam nafsu ’sok’ pada diri Pak Daud. Dia ingin pamer kehebatannya sebagai lelaki pada orang lain. Pada ‘istrinya’ dan keluarganya. Yaa… Maklumlah orang macam Pak Daud khan memang tidak memiliki sesuatu yang pantas dia banggakan kepada orang lain.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Jadi yaa… Dengan cupang-cupang itulah yang sedang dia lakukan kini. Dia telah cupangi leher Yenni dan kini dia cupangi pula buah dadanya, rusuknya, dan yang sejak upacara ijab kabul tadi telah menggelisahkan syahwatnya adalah ketiak Yenni. Lidahnya merambah lembah putih ketiak Yenni sambil hidungnya mengendusi aromanya. Bibirnya menyedot lama untuk merasakan asin keringat ‘istrinya’ sekaligus meninggalkan cupang. Dia lakukan itu pada kedua belah ketiaknya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Bagaimana Yenni menerima hamparan nikmat yang dilayankan oleh Pak Daud. Bagaimana Yenni menjawab tulus telah tersalurnya syahwat yang terpendam 11 bulan. Bagaimana Yenni mengungkapkan ‘thanks’nya kepada Pak Daud atas sensasi-sensasi yang begitu melimpah dari kekerasan dan kekasaran fisiknya. Jawabannya adalah desah, lenguh serta rintihan syahwatnya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dengan desah, lenguh dan rintihan itu Yenni telah mendongkrak semangat Pak Daud menjadi berlipat kali. Dia semakin kiprah dengan jilatan dan kecupannya. Dan pada kelanjutannya Pak Daud membopong Yenni dan memindahkannya ke atas ranjang.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yenni tak merasakan apa-apa lagi saat tubuhnya dibopong Pak Daud. Dia sedang larut dalam arus birahinya. Bagi Pak Daud yang kuli panggul itu membopong Yenni bukanlah hal yang berat. Otot-otot lengannya nampak mengeluarkan bisepnya saat tubuh Yenni dalam bopongannya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Arus birahi Yenni menuntun spontan untuk memeluki bahu dan leher Pak Daud. Dengan posisi begitu Pak Daud dengan hati-hati meletakkan tubuh Yenni ke kasur empuk ranjangnya. Dan saat itulah Yenni yang semula memeluki leher kini dia menenggelamkan wajahnya ke leher itu dan menyentuhkan bibirnya. Pak Daud tahu Yenni dalam keadaan sangat haus. Dia merasakan nafas Yenni di lehernya. Juga saat bibir Yenni menyentuh pori-pori lehernya yang membuat Pak Daud kini ganti mengeluarkan desahannya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Memang Yenni telah terayun dalam gelombang birahi. Ciuman yang meninggalkan cupang-cupang pada tubuhnya membuat Yenni terlempar tinggi dalam orbit syahwatnya. Yenni menjadi demikian haus dan kering tenggorokannya. Dia ingin ada sesuatu yang bisa membasahkan rongga mulutnya. Dengan sedikit menyentuhkan bibirnya ke leher Pak Daud dia bisa merangsang liurnya keluar dari kelenjarnya hingga kering mulutnya terhindari.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Namun saat dia mendengar desah Pak Daud akibat dari sentuhan bibirnya itu, birahinya yang memang telah bangkit langsung terdongkrak. Dia mulai merubah sentuhannya menjadi kecupan kemudian gigitan kecil. Tangannya bergerak menggapai dada Pak Daud kemudian meremasi otot-ototnya yang liat. Dia rogohkan tangannya masuk ke dalam kemeja pengantinnya yang belum dilepaskannya. Yenni menjawab desah Pak Daud dengan rintihan kehausan.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pak Daud tanggap pada apa yang kini menyergap ‘istrinya’. Dia harus melakukan peranannya selaku ’suami’ dengan sebaik-baiknya. Dia tindih tubuh Yenni untuk kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Yenni. Bibir Pak Daud dengan rakusnya menerkam bibir Yenni. Lidahnya diruyakkan ke mulut Yenni untuk mendapatkan lidah Yenni pula. Gayung bersambut.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yenni yang demikian kehausan langsung menerkam balik mulut Pak Daud. Dia tak lagi terpikir mengenai bau mulut kuli panggul terminal kota ini, meskipun Pak Daud memang tidak punya masalah dengan bau mulut. Yang dia rasakan kini adalah kenikmatan saling pagut dan lumat antara mulutnya dengan mulut Pak Daud. Lidah dan ludah ’suami istri’ itu saling bertukar. Mereka telah menyatu dalam ketunggalan arus syahwat birahi. Yenni bersama Pak Daud mulai mengarungi samudra nikmatnya pengantin baru. Desah dan lenguh saling bersahutan keluar dari mulut Yenni dan Pak Daud. Sebuah peristiwa Hak dan Kewajiban suami dan istri sedang berlangsung di kamar mewah keluarga orang tua Yenni. Jam dinding yang berdetak-detak tak lagi mengganggu keasyikan dua insan dalam mengarungi nikmatnya nafsu birahi.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tangan-tangan lentik Yenni nampak tanpa ragu dan tak sabar melepasi kancing kemeja Pak Daud. Begitu terbuka sedikit dan dia melihati gempalnya otot-otot dada suaminya Yenni tak mampu menahan diri. Dia dekatkan bibirnya. Hidungnya mencium bau alami dari keringat tubuh kuli panggul yang kini adalah suaminya ini. Bau itu sangat menyentuh nuraninya. Yenni merasa jauh dari yang serba artifisial dan industri. Dia merasa jatuh ke pangkuan alam yang penuh jujur dan bening.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yenni merasakan gairah birahi yang beda dengan yang pernah dikenalnya saat bersama Ryan suaminya dulu. Kontras latar belakang baik secara fisik maupun non fisik antara dirinya dengan diri ’suaminya’ membuahkan sensasi sendiri. Dia semakin merasa terangsang secara seksual dalam tindihan tubuh Pak Daud yang kokoh dan kasar itu. Gairah libidonya membakar semangat syahwatnya untuk melakukan apapun yang dia inginkan. Yenni tak lagi tersendat oleh harga diri, martabat, status sosial yang dia cangking dari kerabat besarnya. Yenni ingin jadi Yenni pribadi. Yenni ingin mengekspresikan kehendak syahwatnya secara jujur dan lugas.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dia tak lagi menunda keinginan syahwatnya. Dengan penuh nafsunya dia mengemoti dada Pak Daud. Dia mencaplok susu Pak Daud. Dia gigit-gigit kecil putingnya. Dia juga pelukkan tangannya ke punggung ’suaminya’ dan mencakar-cakarkan kecil kuku-kukunya ke daging punggungnya yang liat.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sungguh sebuah karunia dunia yang kini sedang melanda nikmat pada diri Pak Daud. Seorang perempuan secantik dewi tengah nyungsep di dadanya. Pentil susunya sedang dalam lumatan bibir-bibir mungil Yenni yang ‘istrinya’ ini. Kenikmatan tak bertara yang dia baru pertama rasakan seumur hidupnya. Kemaluannya langsung ngaceng membengkak dan menonjol dalam celananya. Dia kini lebih berani untuk menindihkan selangkangannya ke paha istrinya. Dia juga gesek-gesekkan tonjolan itu. Dia ingin tunjukkan betapa organ vitalnya telah demikian haus untuk menyentuhi tubuh Yenni.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dalam posisinya yang tertindih, Yenni menerima isyarat syahwat Pak Daud. Dia tahu yang menggesek-gesek pada pahanya adalah Kontol kuli panggul yang kini ’suaminya’ itu. Dia merasakan ada hangat dari tonjolan celana Pak Daud. Dia kembali merasa bahwa akan mengalami sensasi yang lain. Dia akan menjamah dan dijamah Kontol lain dari lelaki lain yang sama sekali tidak dikenalnya sebelum ini. Macam apakah wujudnya? Semacamkah dengan milik Ryan yang bekas suaminya itu? Sebuah dorongan untuk menyibak keingintahuan mendesaki rongga hati Yenni. Dia meng’egos’kan pinggul dan pantatnya. Yenni menjawab isyarat syahwat Pak Daud dengan isyarat pula. Pinggul dan pantatnya menjemput desakan Kontol Pak Daud pada pahanya. Yenni juga mengeluarkan desahan dan rintih panjang. Yenni nampak amat haus dan menuntut untuk dipuaskan oleh Pak Daud.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pak Daud menjawab tuntutan Yenni dengan nalurinya. Dia bangkit melepaskan emotan bibir Yenni pada puting-puting susunya. Dengan kobaran birahinya dia turun ke selangkangan ‘istrinya’. Tangannya merenggut pinggul untuk merangkul pahanya. Dia mulai dengan menciumi perut Yenni yang langsung merespon dengan menggelinjang dan berteriak dalam desahannya. Kegelian erotis yang luar biasa menyerang Yenni. Jilatan dan sedotan pada pori-pori perut yang sarat dengan saraf-saraf peka membuat Yenni kelojotan dan menggeliat-geliat.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sementara itu tangan-tangan Pak Daud juga meremasi bongkahan pantatnya yang sungguh indah itu. Yenni benar-benar mendapatkan sensasi seksual yang luar biasa dari lelaki yang baru dikenalnya ini. Demikian birahinya yang mendesak-desaki saraf-saraf peka itu membuat Yenni tak lagi mampu mengontrol gejolak syahwatnya. Dia tak lagi menahan teriakannya. Dia meraung keras seakan hendak memecah kaca-kaca dan menggetarkan kain gorden kamarnya. Dia cabik-cabik bahu Pak Daud. Dia betot gumpalan otot kuli panggulnya. Kemudian dia sorong kepalanya. Yenni sudah sangat ingin Pak Daud merambahkan bibirnya ke vaginanya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pak Daud memang tersorong ke bawah tetapi belum ingin memenuhi tuntutan Yenni. Dia tidak atau belum menyentuh vagina ‘istrinya’ yang kini masih terbungkus celana dalam putih itu. Dia menenggelamkan mukanya ke selangkangan wanita cantik ini. Dia menciumi dan menjilati dengan penuh histeris kedua selangkangan sang dewi ‘istrinya’ itu. Pak Daud ingin menghirupi sebanyak aroma yang menebar dari lembah dan palung-palung selangkangan yang demikian bersih dan memancarkan pesona itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Jangan tanyakan lagi bagaimana gelinjang yang menerjang sanubari Yenni. Pantatnya dia angkat-angkatnya untuk menjemputi bibir Pak Daud dan tangannya meremas jengkel penuh geregetan syahwatnya. Dia jengkel kenapa Pak Daud tidak lekas nyungsep ke lubang kemaluannya. Tetapi dia juga menikmati betapa lidah-lidah dan bibir-bibir Pak Daud menjilati dan mengulum-kulum seluruh kawasan selangkangannya itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sekali lagi Pak Daud belum ingin menyentuh vagina istrinya. Dari selangkangnya dia sedikit meng’egos’kan wajahnya untuk menyentuhi celana dalam Yenni untuk kemudian cepat menurunkan jilatan dan kecupan bibirnya ke kedua paha Yenni. Uuuhhh… Bagaimana Pak Daud tidak terpana. Paha Yenni ini benar-benar paha yang… Uuhh… Pak Daud tak mampu mengistilahkan. Dia tak kuasa menyebutkannya. Keindahan paha Yenni seakan tak tersentuhnya. Nyaris tak kuat memandanginya. Pak Daud hanya terus mengecupi dan menjilatinya. Sepanjang itu pula hidungnya terus menerus diterpa wangi tubuh ‘istrinya’.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pak Daud menyadari bahwa tak mungkin membiarkan Yenni terlampau lama disiksa syahwat birahinya. Tak mungkin membiarkan Yenni menunggu dengan kejam permainan libidonya. Pak Daud menyadari bahwa Yenni telah sangat tak tertolongkan. Dia harus cepat dipenuhi tuntutan kehausannya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dilepaskannya kancing celana yang pinjaman dari bapak Yenni untuk acara ijab kabul ini. Dia tolak dan perosotkan celana pinjaman itu dan dilepaskannya ke lantai. Dia juga lepaskan sisa kemejanya. Kini Pak Daud menindih tubuh Yenni dengan sepenuhnya telanjang. Kemudian dia mengisyaratkan kepada ‘istrinya’ bahwa dirinya telah lepas busana. Dia naik kembali untuk menerkam susu-susu ranum Yenni. Bibirnya mengemoti puting-putingnya. Dan dia juga membiarkan Kontolnya yang telah demikian keras dan ngaceng lepas untuk menekan paha Yenni.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yenni merasa Pak Daud mempermainkannya. Syahwat birahinya marah dan mengamuk. Dia betot otot-otot tubuh Pak Daud dengan cakarnya. Dia lampiaskan kemarahan birahinya yang panas membara. Dia teriak dan menangis histeris,</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Mas…, kamu kejam!! Kejam!! Ampuunnn…! Ayyoo.. Masss…! Cepat mas…, kamu telah menyiksa aku masss…!! “. Tangannya juga memukuli bahu ‘suami’nya yang bidang itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Ucapannya yang terakhir ini disertai dengan amuk tubuhnya. Dia bangkit bak singa betina lapar. Dia bangun dengan tangannya cepat mencari untuk menerkam kontol Pak Daud. Dan… Kena!</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tangan itu bisa meraih dan menangkap kemaluan Pak Daud. Tetapi seketika pula dia cepat lepaskan. Yenni sungguh terkaget dan terpana. Dia sama sekali tidak membayangkan akan apa yang sesaat tadi di raihnya. Dia sangat kaget hingga tubuhnya tersentak. Dia mendapatkan kontol yang sangat hewaniah. Kemaluan Pak Daud hampir tak tergenggam oleh telapaknya. Kontol itu hhaahh… Kenapa demikian ukurannya. Sangat besar, keras dan demikian panjangnya. Sangat tak sepadan dan begitu jauh dengan kontol milik Ryan mantan suaminya itu. Yenni berbalik dengan kengerian. Adakah dia harus melayani monster ini?</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tetapi lumatan bibir-bibir nikmat Pak Daud yang ’suaminya’ di puting-puting susunya memberikan jawaban pada syahwat Yenni. Lumatan bibir Pak Daud itu macam api pemicu. Lumatan itu juga disertai gigitan kecil yang sangat pedas. Pedasnya ini merambati saraf-saraf libidonya menuju kawasan yang paling peka di tubuhnya. Kemaluan Yenni tak lagi mau menunggu keraguan pemiliknya. Memek Yenni kini telah demikian membasah oleh cairan birahinya. Dia, kemaluan itu telah menantikan kemaluan gede Pak Daud memasuki gerbangnya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dan Yenni, yang sementara dalam keraguan berada di persimpangan, tanpa dia sadari sepenuhnya kini tangannya bergerak dengan sangat cepat.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tangan-tangan Yeni merengkuh dan menarik lepas celana dalamnya sendiri. Dia angkat menjulang tungkai kakinya untuk melepas keluar potongan kecil kain putih celana dalamnya itu. Dan kini Yenni telanjang bulat… Dia tunjukkan keindahan kewanitaannya. Dia tampakkan rahasia kemaluannya yang diseputari rambut-rambut halus tipis yang sangat mempesona. Dia pamerkan betapa kelentitnya merebak lebar simetris macam sayap-sayap kupu dengan warna merah bak anggur yang matang siap panen. Duh… Sungguh indahnya kelentit itu…</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pengantin putri ini telah siap memberikan keindahan tubuhnya untuk melayani kebutuhan nafkah batin bagi pengantin prianya. Ketakutan Yenni telah sirna. Dia yakin ’suaminya’ akan membimbingnya dalam menapaki nikmat surga dunia. Dan itulah yang kini sedang dirintis Pak Daud.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dia menguakkan paha istrinya dan membuka jalan bagi kemaluannya untuk mendekat ke gerbang vagina Yenni. Yenni menutup matanya. Dia ngeri menyaksikan monster itu. Dia hanya percayakan kepada Pak Daud dan menunggu serta merasakan apa yang terjadi.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Agak terkaget saat ujung Kontol Pak Daud menyentuh bibir kemaluannya. Tetapi kaget itu langsung sirna tergantikan rasa gatal sekaligus haus yang sangat. Dia tak sabar lagi untuk merasakan kemaluan Pak Daud menerjangi gerbang vaginanya. Pantatnya naik dan bibir kemaluannya menjemput.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Jerit sakit dan pedih erotis dari mulut Yenni terdengar memenuhi kamarnya. Pak Daud telah mulai menekankan batang kemaluannya ke gerbang kemaluan Yenni. Dia menekan tubuh atletisnya untuk mendorong dan menembus. Dan uucchh… Bagaimana Yenni akan tahan? Kemaluan itu sangat sesak menerobosi vagina Yenni yang demikian sempitnya. Sesudah 11 bulan tak pernah digauli adakah kemaluan ini menyempit? Rasa sakit dan pedih langsung menerpa Yenni. Sakitnya mengingatkan saat kehilangan selaput perawannya dulu. Adakah Pak Daud juga merasakan seakan hendak menyobek selaput perawannya juga yang untuk ke dua kalinya?</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Basah birahi dari lubang vagina Yenni tidak banyak membantu. Yenni mengaduh-aduh dalam rintihan dan desahannya meninggalkan iba. Tetapi Pak Daud tak kenal menyerah.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dia coba lagi dengan tambahan ludahnya untuk pelicin. Tetapi tak juga membuahkan kelancaran. Akhirnya Pak Daud merubah cara. Dia turun ke selangkangannya. Dia hadapkan wajahnya ke vagina Yenni. Dia dekatkan bibirnya. Pak Daud langsung melumatkan mulutnya ke vagina Yenni. Dengan penuh kelembutan dia melumati seperti melumati bibir Yenni. Dengan penuh perasaan dia mengulum sepasang kupu-kupu kelentitnya seperti mengulum lidah di bibir Yenni. Dengan penuh selera dia menghisap cairan-cairan birahi Yenni dan menelannya. Dengan penuh kecapan dia nikmati rasa asinnya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pak Daud berusaha menghilangkan ketegangan ataupun ketakutan ataupun keraguan pada diri Yenni. Dengan cara ini Pak Daud telah membuat lubang vagina Yenni menjadi lebih lemas dan relaks. Dan bagi Yenni sendiri akan membantu mengurangi ketegangan.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Bermenit-menit Pak Daud melakukan olahan pada vagina Yenni hingga dia yakin bahwa Yenni telah siap untuk menerima tusukkan kemaluannya. Dan Yenni… Dia sungguh merasakan kelembutan dan lumatan bibir Pak Daud di vaginanya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dia terbang ke awang nikmat dan terbuai dalam alun syahwat yang tenang tetapi sangat menghanyutkan. Dalam situasi begitu Yenni yang kembali menarik kepala Pak Daud ke atas untuk kembali menusukkan kemaluannya pada vaginanya. Tangan Yenni kini tak ragu untuk menggenggam dan meraih Kontol Pak Daud untuk dituntunnya ke arah lubang vaginanya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dan… Yenni merasakan betapa nikmatnya saat kepala Kontol Pak Daud mulai menguak gerbang vaginanya. Dia mengegoskan pantatnya untuk lebih mendesak dan melincirkannya. Kemudian… Blleezzz… Blezzz… Blezzz… Senti demi senti… Pelannn… Yenni merasakan batang gede penuh otot milik ’suaminya’ itu meretas masuk menembusi dinding peka vaginanya. Dorongan pelan-pelan Pak Daud pada Kontolnya untuk menembusi vaginanya sungguh menjadi sensasi nikmat yang tak terpana. Dia merasakan betapa setiap saraf pekanya berinteraksi dengan kehadiran batang kemaluan Pak Daud itu. Yenni hanya bisa mendesah sambil menutup matanya, merasakan mili demi mili dinding vaginanya mencengkeram menahan gesekan Kontol Pak Daud. Air matanya keluar. Dalam badai nikmatnya Yenni menangis sesenggukan…</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yenni tahu… Puncak nikmat ini harus dia tebus dengan seluruh hidupnya. Dengan membiarkan kenikmatan ini melandanya berarti Yenni harus rela melapas segala milik sebelumnya. Dia tak mungkin kembali kepada Ryan. Dan mungkin dia juga tak diterima ayah-ibunya lagi. Dengan menerima Pak Daud berarti dia berseberangan dengan keluarganya termasuk keluarga Ryan.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tetapi memang, Yenni sekarang bukan Yenni beberapa jam yang lalu. Dia akan terbuka dan jujur pada siapapun demi kebahagiaan hidupnya. Yenni sekarang adalah Yenni yang sesungguhnya, Yenni yang sejati. Yenni yang akan mengarungi sepenuh hidupnya sejalan dengan keyakinan yang di anutnya. Yenni sekarang adalah ‘nyonya Daud’ yang kuli panggul terminal kota itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tetapi Yenni merasa sangat mulia. Dia tak perlu khawatir dengan hidup. Siapa sih yang mengaturNya? Siapa sih yang mampu menolakNya? Siapa sih yang mampu menghindariNya?</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tiba-tiba dia merasakan begitu ribuan nikmat sedang merambati tubuhnya. Dari segala arah tubuhnya menggelinjang menerima rambatan nikmat itu. Dia rasakan ada semacam desakan yang menjebol saraf-saraf birahi dari dalam vaginanya. Sesuatu yang tak bisa dihindarinya. Dia tahu orgasmenya akan meledak. Dan kini perasaan nikmat yang tak terhingga membawanya terbang ke awang-awang. Terbang itu semakin tinggi dan semakin tinggi sejalan dengan pompaan Kontol Pak Daud ke dalam kemaluannya. Kini yang dirasakan adalah kelimbungan yang sangat tak terkira.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dia gemetar hebat. Tangan-tangannya merasakan perlu memegang sesuatu. Jari-jarinya meraba-raba dan mendapatkan tepian seprei kasurnya. Dia langsung meremasinya. Dia seakan ingin mencabik-cabiknya. Dia kini mulai memasuki keadaan trance. Keringatnya nampak mengucur dari dahinya. Nikmat syahwat yang melandanya mengantar kesadaran Yenni melambung dalam orbit birahinya. Dia akan merobeki apapun yang dijamahnya. Daaann… Akhirnyaaa…</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yenni seakan tak mampu menerima kenyataan nikmat itu. Dia hentakan kepalanya ke depan dan ke belakang kemudian juga ke kanan dan ke kiri. Dia seperti bergeleng atau mengangguk dengan cepat hingga rambutnya terlempar ke sana-sini. Itulah saat orgasme Yenni saat turun melandanya. Dada Pak Daud merah karena luka cakaran Yenni. Tapi dia mampu mengabaikannya. Dia sungguh terpana dengan apa yang disaksikannya. Nafsu birahi Yenni seakan ludas tertumpahkan. Dia menyaksikan perempuan yang maksimal dan tanpa hambatan meraih orgasmenya. Dan karena itu pula nafsu syahwat Pak Daud terdongkrak. Dia juga mencapai orgasmenya. Ejakulasinya menyertai orgasme istrinya semenit kemudian.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dari kemaluannya yang kencang dan menyemprot kuat telah ditumpakannya sperma yang berlimpah-limpah hingga menggenang membasahi sprei. Sperma kuli panggul terminal kota itu ternyata harum dan wangi bagi haribaan diri Yenni. Dalam keadaan menuntaskan orgasmenya Yenni meraup tumpahan sperma suaminya untuk dia lulurkan ke wajahnya, lehernya dan dadanya dengan sepenuh hasrat birahinya. Dia mengendusi aromanya. Yenni mendapatkan perasaan damai di sana.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pak Daud kagum atas apa yang dilihatnya. Dia melihat kepasrahan Yenni sebagai istrinya telah total diberikan untuk memenuhi kepuasan nafkah batinnya. Dia merasakan ada getaran rasa cinta abadi merambat dalam hatinya. Mungkinkah…? Yeennn… Mungkinkah?? Mungkinkah…?? Ahhh…, segera Pak Daud menepis pikiran ngelanturnya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Hari pertama sesudah ijab kabul itu mereka benar-benar tidak keluar kamar. Semua kebutuhan makan dan minum disediakan oleh para pelayannya tanpa mereka berani mempertanyakan apa yang dilakukan pengantin baru ini. Yenni sendiri selalu menampakkan wajah segar dan ayunya setiap memanggil pelayan untuk menyediakan kebutuhannya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yenni bersama Pak Daud memenuhi harinya dengan sepenuhnya memadu cinta berasyik masyuk. Mereka melakukan hubungan suami-istri di manapun. Dari ranjang turun ke karpet. Dari karpet pindah ke sofa. Dari sofa pindah lagi ke tepian bak mandi. Bahkan dengan duduk di atas kloset Pak Daud juga memangku Yenni yang begitu ketagihan dalam menikmati kemaluan gedenya dan melakukan gerakan naik-turun secara liar di pangkuannya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Segala cara dan gaya mereka lakukan untuk memetik nikmat syahwat. Tak ada satu titikpun di tubuh Yenni yang tidak tersapu lidahnya. Dan Yenni sendiri menerima sensasi nikmat yang tak terucapkan saat Pak Daud menciumi pantatnya dan menjilati lubang duburnya. Bagi Yenni apa yang dilakukan Pak Daud itu menjadi pertanda betapa dia mau melakukan apapun demi cintanya pada Yenni.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Bagi Yenni sendiri, Pak Daud memang sosok lelaki yang spektakuler. Dia menyukai setiap detil dari suami barunya itu. Sikapnya yang dewasa, humoris dan bijaksana. Tubuhnya yang padat atletis, bibirnya yang tebal dan seksi. Teknik ciumannya yang maut, tak kalah dengan adegan-adegan intim di film-film romantis Barat. Desahan beratnya yang terdengar sangat merdu di telinga Yenni, dan staminanya yang dahsyat setiap kali mereka bercinta. Jarang sekali Yenni tidak orgasme setiap kali dia bercinta dengan Pak Daud. Beda jauh dengan Ryan, yang tidak seperkasa Pak Daud dalam hal hubungan seksual.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dan terutama kontolnya yang besar, panjang, dan keras, yang selalu membuatnya tergila-gila.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tak bisa dipungkiri adanya perkembangan yang sangat beda dari skenario awal. Dari pergumulan penuh hasrat dari pasangan pengantin baru ini, tumbuh pada diri Yenni maupun Pak Daud suatu getaran keabadian. Pada mereka belum saling membuka diri. Tetapi getaran itu tak bisa terpungkiri merambati hati sanubari mereka. Yenni masih menyimpannya dalam-dalam. Dan Pak Daud tergiring dalam sangkar pertanyaan yang tak mampu dijawabnya. Mungkinkah? Mungkinkah…??</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pada hari kedua, orang tua Yenni menelpon. Mereka bilang tak akan pulang kerumah itu sebelum si Daud gila itu pergi dari rumahnya. Yenni tak sempat menjawabnya karena sambungannya telah langsung ditutup. Yenni semakin merasa bahwa dia hidup dikelilingi budaya yang penuh ego. Mereka hanya berpikir dari sudutnya. Mereka seperti orang dagang yang hanya menghitung untung atau rugi.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kepada pelayan di rumah dia pesan agar kepada semua penelpon yang ingin ketemu dia agar bilang sedang tidak mau diganggu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pada hari ke tiga datang 2 orang utusan orang tua Yenni. Utusan tersebut membawa check cash senilai Rp. 30 juta untuk Pak Daud, draft Surat Pernyataan Menceraikan Yenni ber-meterai yang harus ditanda tangani Pak Daud dan surat pengantar yang isinya agar Pak Daud menanda tangani Surat Pernyataan terlampir berikut ucapan terima kasih atas bantuannya dari orang tua Yenni. Juga disebutkan agar Pak Daud selekasnya berpisahan dengan Yenni dan meninggalkan rumahnya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yenni bersama Pak Daud dengan penuh senyum dan lapang dada menanggapi semua kiriman orang tua Yenni tersebut. Kemudian mereka minta waktu untuk menulis jawaban atas surat tersebut. Yenni memanggil pelayan agar membuatkan minuman bagi mereka. Kedua orang utusan orang tua Yenni menunggu di ruang tamu sementara Yenni bersama Pak Daud kembali ke kamarnya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Begitu masuk kamr mereka kembali berpagutan. Yenni dan Pak Daud langsung mencebur ke samudra birahi untuk mengarungi nikmatnya syahwat. Keduanya saling melepasi busana lawannya sebelum rebah ke ranjang. Pak Daud menelusurkan bibir dan lidahnya ke kaki-kaki Yenni. Dia menjilati dan menggigiti jari-jari, tumit dan telapak cantiknya Yenni. Aroma sepatu Yenni pada telapaknya menambah rangsangan syahwat Pak Daud.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Lidah Pak Daud yang menyentuhi kaki-kakinya langsung membakar nafsu birahinya. Yenni menarik lengan Pak Daud untuk saling berpelukan. Kali ini Yenni mengambil inisiatip untuk menindih tubuh kekar Pak Daud. Sambil menggigiti dada yang penuh otot dan meremasi perut sixpack suaminya, tangannya meraih kemaluan Pak Daud yang telah siap tegak kaku. Dia arahkan kepalanya ke vaginanya. Dan pelan tetapi pasti… Blezzz… Kemaluan Yenni menelan seluruh batangan Kontol Pak Daud.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Yang terdengar kemudian desah dan rintih keduanya yang saling bersahutan. Mereka langsung mendayung nikmat untuk mencari pelabuhan orgasmenya. Sodokan kontol Pak Daud menusuki ke berbagai arah untuk menyentuhi titik peka di dinding vagina Yenni. Dan Yenni menggerakkan tubuhnya seperti tukang cuci yang sedang menggilas sambil menggeliat-geliatkan pinggul dan pantatnya untuk melumat-lumat nikmat batangan sesak dalam cengkeraman vaginanya yang sempit itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Mereka membiarkan para utusan di bawah untuk menunggunya hingga saat puncak itu datang 20 menit kemudian. Orgasme Yenni mendekati gerbangnya. Sperma Pak Daud siap untuk tumpah. Tangan Yenni kembali mengacak-acak seprei seakan hendak merobek-robeknya. Dan tak terbendung lagi… Puncak nikmat itu datang menerpa mereka berdua. Yang terdengar kemudian adalah mulut Yenni yang meracau…</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Tak kan kulepaskan kamu, Masss… Takkan kulepaskan… Jangan tinggalkan aku Maasss… “.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Itulah kalimat dan kata-kata jawaban Yenni bersama Pak Daud untuk orang tua Yenni. Kalimat dan kata-kata itu tertera pada draft surat yang harus ditanda tangani oleh Pak Daud. Di bawah tulisan itu ditorehkan nama Ny. Yenni Daud. Yenni menanda tangani draft tersebut tepat di atas meterai yang tersedia. Menyertai surat itu, dikembalikan pula check cash Rp. 30 juta untuk Pak Daud. Berdasarkan ketrampilan dan pengalaman yang dimiliknya mereka berdua yakin bisa hidup secara mandiri. Khususnya bagi Pak Daud cara itu dia tempuh paling baik untuk menghindarkan penilaian tidak sehat dari orang tua Yenni.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Demikianlah awal dari kehidupan langgeng suami istri Daud dan Yenni. Mereka tak membicarakan beda umur, beda status, beda tampilan, beda kekayaan. Mereka lebih memilih kejujuran yang bening. Mereka ingin menjadi bagian yang konkrit dari kebenaran semesta. Mereka mampu memilih jalan lurusnya sendiri. Mereka mampu melapaskan diri dari hukum-hukum konvensional yang membelenggu pribadi manusia. Mereka berhasil menjadi diri pribadi.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sesudah 3 hari berargumentasi dan berdebat dengan lingkungan keluarganya dan keluarga Ryan, mereka ternyata tak bisa lepas dari kenyataan konvensional lingkungannya. Dan oleh karenanya dengan lapang dada pasangan Yenni dan Daud memilih pindah dan tinggal jauh dari kota aslinya. Dia kembali ke alam terbuka di kaki sebuah gunung.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Di kebun sayurnya yang luas ada mata air yang jernih, setiap pagi keduanya mencuci mukanya dari mata air itu. Dari situ mereka mendapatkan matanya selalu bening untuk melihati kenyatan hidup ini. Memang, akhirnya Daud dan Yenni tak banyak memerlukan apa-apa. Dia hanya akan meluruskan hidupnya, menjemput generasi penerusnya dan menempuh kesadaran hakikinya sebagai landasan kehidupannya.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://luxuryhotelandresort.blogspot.com/2011/12/luxury-hotels-class-apart.html"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-MJHTi_rGSfA/TvQsnQQaM8I/AAAAAAAAA-I/-AsbYQTRgxM/s1600/635648.gif" /></span></a></div><div style="background-color: white; font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><br />
</div></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-86360305595256427112011-12-22T23:15:00.000-08:002011-12-22T23:15:55.250-08:00Isapan Nikmat Puting Payudara<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">Tulisan kali ini akan membahas beberapa tehnik menghisap puting payudara agar wanita tidak sekedar menikmati hisapan pada puting payudaranya, namun dengan menggunakan tehnik khusus diharapkan wanita juga akan terbang melayang merasakan sensasi hisapan bibir yang luar biasa nikmatnya ketika bibir dan lidah pria bermain di puting payudara seorang wanita secara bersama - sama hingga seorang wanita tak sadarkan diri jika salah satu jari pria telah bergerilya masuk ke bibir vagina.</span></span><br />
<a name='more'></a><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman';"><span style="font-size: 14px; line-height: 22px;"></span></span><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">Berikut ini adalah tehnik menghisap puting payudara yang akan membuat wanita tak dapat melupakan bibir anda selama hidupnya:</span><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">1. Wanita menyukai tantangan dimana seorang wanita lebih suka puting payudaranya dihisap tanpa melepaskan pakaian dan BH yang sedang di kenakan. Buka satu kancing bajunya dan serobot putingnya dengan penuh nafsu namun tetap lembut saat mengulumnya.</span><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">2. Posisi duduk dengan kemiringan 45 derajat kemudian menghadap ke atas adalah posisi seperti diantara duduk dan tidur ini merupakan posisi favorit wanita saat di kulum puting payudaranya. Wanita menganggap posisi ini adalah posisi nakal yang menonjolkan payudara yang dimilikinya.</span><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">3. Titik sensitif area puting payudara terletak pada ujungnya. Explorasi dengan bibir dan lidah bagian ujung puting.</span><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">4. Terakhir, lakukan aksi menghisap puting payudara dari pangkal puting kemudian tarik sampai ujung puting teruskan hingga terlepas. Lakukan berulang - ulang dengan sangat perlahan, hal ini akan membuat wanita gregetan dan menggelinjang diatas kenikmatan.</span> </span><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://luxuryhotelandresort.blogspot.com/2011/11/chicago-hotel-packages.html" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-Tc7CITKbCMY/TvQqH54Xd8I/AAAAAAAAA98/aUJuimk8hds/s1600/Isis+Love.png" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Klik Untuk Download</span></td></tr>
</tbody></table><span style="background-color: #ebeff2; color: #333333; font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;"><br />
</span></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-63108752487564589312011-12-22T08:04:00.000-08:002011-12-22T08:04:56.355-08:00Pria Pecinta Payudara Besar<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">Pria adalah makhluk yang begitu peduli dengan ukuran. Bagi lelaki size is matter. Kebanyakan mereka lebih memilih wanita dengan payudara besar ketimbang yang kecil. Walaupun memang ada beberapa pria yang tertarik dengan payudara kecil, tapi semua pria normal sama, ingin melihat dan menyentuh payudara besar.</span><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman';"><span style="font-size: 14px; line-height: 22px;"><br />
</span></span><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">Berikut ini beberapa alasan mengapa pria menyukai payudara wanita berukuran besar.</span></span><br />
<a name='more'></a><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><b style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">Payudara bersifat menenangkan</b><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">Payudara adalah paradoks bagi dunia yang keras ini. Payudara bersifat lembut dan jauh dari kesan berbahaya. Payudara wanita mengingatkan masa-masa kecil seorang pria ketika sang Ibu menyusui dan melindungi mereka dari ancaman apapun.</span><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><b style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">Payudara adalah simbol kesuburan</b><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">Payudara wanita sering dibahasakan pria sebagai sifat feminim wanita dan menunjukkan kemampuan perempuan untuk memelihara dan mempertahankan kehidupan. Payudara adalah simbol kesuburan yang mewakili keinginan pria untuk survive di dunia. Pria menyukai payudara besar karena payudara merupakan sisi feminin wanita. Ukuran buah dada yang besar mengingatkan laki-laki tentang wanita dan betapa indah tubuh seorang wanita</span><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><b style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">Seleksi alam</b><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">Kebutuhan berkembang biak dan bertahan hidup membuat wanita harus memiliki payudara. Menurut penelitian, laki-laki tertarik dengan payudara wanita karena hal itu menunjukkan kemampuan wanita untuk berkembang biak atau mempertahankan spesies. Meskipun jaman sekarang ini reproduksi bukan satu-satunya prioritas hidup, tetapi reproduksi tetaplah naluri utama manusia selama berabad-abad evolusi.</span><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><b style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">Payudara untuk membangkitkan gairah wanita</b><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">Setiap pria tahu bahwa payudara adalah salah satu zona libidinal wanita. Oleh karena itu, alasan lain pria suka payudara adalah bahwa mereka tahu dapat membangkitkan gairah wanita dengan bermain-main di daerah tersebut.</span><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">Masih ada beberapa pendapat lain mengapa pria menyukai bentuk payudara wanita yang besar, tapi ini tidak berarti bahwa wanita harus memiliki payudara besar untuk menarik laki-laki.</span> </span><br />
<span style="background-color: black; font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;"><span style="color: #f3f3f3;"><br />
</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://luxuryhotelandresort.blogspot.com/2011/12/kruger-national-park-hotels.html"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-WxpgHGllBWc/TvNUyghH2iI/AAAAAAAAA9w/zt7nh-vGefg/s1600/video+toge.png" /></span></a></div><span style="background-color: #ebeff2; color: #333333; font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;"><br />
</span></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-3282969857250376652011-12-22T07:53:00.000-08:002011-12-22T07:55:56.700-08:00Gaya Bercinta di atas Ranjang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;">Sudah menerapkan berbagai variasi di ranjang, tapi belum mampu membuat “permainan” bertahan lama? Mungkin posisi seks yang Anda lakukan kurang tepat. Karenanya, pilihlah posisi yang tepat agar durasi permainan seks lebih tahan lama.</span></span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;" /></span><br />
<div style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Bertahan lama di ranjang menjadi harapan semua pasangan. Siapapun tentu ingin memuaskan pasangannya secara maksimal. Masalahnya, serangan ejakulasi kerap datang tanpa diundang. Alhasil, agenda <i>ngeseks </i>pun jadi terganggu.</span><br />
<a name='more'></a><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Ketidakmampuan ereksi terlalu lama atau lamanya pertahanan di ranjang biasanya dipengaruhi oleh posisi seks yang Anda terapkan. Nah, jika ingin merasakan “permainan” yang lebih lama, ikuti panduannya, seperti ditulis <i>Askmen.</i></span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<b><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Posisi misionaris </span></b><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Mungkin posisi seksual ini bukan yang paling eksplosif bahkan mungkin tidak pantas menjadi posisi terbaik di kamar tidur. Namun, posisi ini tetap paling bermanfaat bagi pria yang ingin merasakan “permainan” lebih lama di ranjang.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Berbicara tentang bersanggama, Anda dapat mencoba mempraktikkan posisi ini dengan mengeluarkan sperma Anda dari Miss V sebelum ejakulasi dan memegangnya. Setelah itu, Anda dapat memasukkan kembali Mr P dan melanjutkan petualangan panas Anda bersamanya.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pada posisi ini, biarkan dia mengangkat kakinya ke udara atau Anda dapat mengangkat tubuh Anda sendiri. Ini akan memunculkan sensasi yang menakjubkan. Karena itu, mulailah terlebih dahulu dengan posisi misionaris dan perlahan-lahan bekerja dengan berbagai variasi yang Anda inginkan.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<b><i><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Face Me </span></i></b><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Posisi terbaik untuk membantu Anda bertahan lama di ranjang adalah posisi duduk di antara satu sama lain. Anda duduk dengan kaki bersilang dan biarkan dia duduk di atas Anda untuk melakukan hal yang sama dan bertugas mengendalikan tempo. Keuntungan dari aplikasi posisi ini adalah Anda dapat membelainya, menarik bahunya, dan menghisap payudaranya dengan leluasa. Selain itu, dia pun bisa menggigit leher Anda atau membelai punggung Anda sementara Anda berdua sedang menikmati kenikmatan seksual yang sedang berjalan.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Ketika Anda terbiasa dengan situasi ini dan belajar mengendalikan Mr P Anda, maka Anda bisa memberinya beberapa instruksi baru dengan menyuruhnya jongkok di atas anggota tubuh Anda, sementara dia meletakkan tangannya di atas lutut Anda untuk menjaga keseimbangan. </span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<b><i><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Ride 'em Cowgirl</span></i></b><br />
<b><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><i></i></span></b><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><b><i></i></b>Meskipun beberapa orang kehilangan kendali karena mereka tidak memiliki kekuatan apapun ketika wanita berada di atas dan melakukan semua manuver, banyak pria yang membantu pasangannya agar bisa naik dan turun dengan fleksibel. Membiarkan dia mengambil kendali situasi juga dapat membantu Anda berkonsentrasi menjaga orgasme. Selain itu, Anda pun bisa menyaksikan pasangan melakukan permainan seksnya. Tentu ini sangat menakjubkan.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah melewatkan “permainan”, Anda dapat membiarkan dia berjongkok. Kemungkinan posisi ini akan membuat Anda kehilangan sperma lebih cepat. Itu dikarenakan Miss V-nya cenderung memeluk Mr P terlalu erat.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<b><i><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Front To Back</span></i></b><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Posisi ini biasanya dilakukan saat <i>morning sex</i>. Saat dia menghadap Anda dan mengangkat salah satu kakinya, inilah saatnya Anda melakukan serangan untuknya. Meskipun pada saat awal terasa sesak, tapi ketika Anda menjepitnya, maka akan terasa lebih nyaman. Banyak orang yang mampu mengendalikan diri dan bertahan lebih lama dalam posisi ini.</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saat melakukan posisi ini, bergeraklah perlahan dan tidak terburu-buru. Melakukannya terlalu bersemangat tak akan berdampak baik. Lebih baik berkonsentrasi menjaga tempo, tidak tergesa-gesa dan bergerak mantap. Ini akan membuatnya terkesan dengan kemampuan Anda dalam mengontrol diri</span></div><div style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://luxuryhotelandresort.blogspot.com/2011/12/luxury-hotels-class-apart.html"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-_s6cJ67tkYs/TvNSFuuTmSI/AAAAAAAAA9k/3B9p6JC4LEw/s1600/2.png" /></span></a></div><div style="font-family: arial, helvetica, 'times New Roman'; font-size: 14px; line-height: 22px;"><br />
</div></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-9409953554712230652011-12-20T08:15:00.000-08:002011-12-20T08:15:46.665-08:00Hajar Memek 3 Ronde<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Saya (sebut saja Aswin), umur hanpir 40 tahun, postur tubuh biasa saja, seperti rata-rata orang Indonesia, tinggi 168 cm, berat 58 kg, wajah lumayan (kata ibuku), kulit agak kuning, seorang suami dan bapak satu anak kelas satu Sekolah Dasar. Selamat mengikuti pengalamanku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Cerita yang aku paparkan berikut ini terjadi hari Senin. Hari itu aku berangkat kerja naik bis kota (kadang-kadang aku bawa mobil sendiri). Seperti hari Senin pada umumnya bis kota terasa sulit. Entah karena armada bis yang berkurang, atau karena setiap Senin orang jarang membolos dan berangkat serentak pagi-pagi. Setelah hampir satu jam berlari ke sana ke mari, akhirnya aku mendapatkan bis.</span></span><br />
<a name='more'></a><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Dengan nafas ngos-ngosan dan mata kesana kemari, akhirnya aku mendapat tempat duduk di bangku dua yang sudah terisi seorang wanita. Kuhempaskan pantat dan kubuang nafas pertanda kelegaanku mendapatkan tempat duduk, setelah sebelumnya aku menganggukkan kepala pada teman dudukku. Karena lalu lintas macet dan aku lupa tidak membawa bacaan, untuk mengisi waktu dari pada bengong, aku ingin menegur wanita di sebelahku, tapi keberanianku tidak cukup dan kesempatan belum ada, karena dia lebih banyak melihat ke luar jendela atau sesekali menunduk.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Tiba-tiba ia menoleh ke arahku sambil melirik jam tangannya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Mmacet sekali ya?" katanya yang tentu ditujukan kepadaku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Biasa Mbak, setiap Senin begini. Mau kemana?" sambutku sekaligus membuka percakapan.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Oh ya. Saya dari Cikampek, habis bermalam di rumah orang tua dan mau pulang ke Pondok Indah," jawabnya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Belum sempat aku buka mulut, ia sudah melanjutkan pembicaraan,</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Kerja dimana Mas?"</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Daerah Sudirman," jawabku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Obrolan terus berlanjut sambil sesekali aku perhatikan wajahnya. Bibirnya tipis, pipinya halus, dan rambutnya berombak. Sedikit ke bawah, dadanya tampak menonjol, kenyal menantang. Aku menelan ludah. Kuperhatikan jarinya yang sedang memegang tempat duduk di depan kami, lentik, bersih terawat dan tidak ada yang dibiarkan tumbuh panjang. Dari obrolannya keketahui ia (sebut saja Mamah) seorang wanita yang kawin muda dengan seorang duda beranak tiga dimana anak pertamanya umurnya hanya dua tahun lebih muda darinya. Masa remajanya tidak sempat pacaran. Karena waktu masih sekolah tidak boleh pacaran, dan setelah lulus dipaksa kawin dengan seorang duda oleh orang tuanya. Sambil bercerita, kadang berbisik ke telingaku yang otomatis dadanya yang keras meneyentuh lengan kiriku dan di dadaku terasa seer! Sesekali ia memegangi lenganku sambil terus cerita tentang dirinya dan keluarganya. "Pacaran asyik ya Mas?" tanyanya sambil memandangiku dan mempererat genggaman ke lenganku. Lalu, karena genggaman dan gesekan gunung kembar di lengan kiriku, otakku mulai berpikiran jorok. "Kepingin ya?" jawabku berbisik sambil mendekatkan mulutku ke telinganya. Ia tidak menjawab, tapi mencubit pahaku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Tanpa terasa bis sudah memasuki terminal Blok M, berarti kantorku sudah terlewatkan. Kami turun. Aku bawakan tasnya yang berisi pakaian menuju kafetaria untuk minum dan meneruskan obrolan yang terputus. Kami memesan teh botol dan nasi goreng. Kebetulan aku belum sarapan dan lapar. Sambil menikmati nasi goreng hangat dan telor matasapi, akhirnya kami sepakat mencari hotel. Setelah menelepon kantor untuk minta cuti sehari, kami berangkat.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Sesampai di kamar hotel, aku langsung mengunci pintu dan menutup rapat kain horden jendela. Kupastikan tak terlihat siapapun. Lalu kulepas sepatu dan menghempaskan badan di kasur yang empuk. Kulihat si Mamah tak tampak, ia di kamar mandi. Kupandangi langit-langit kamar, dadaku berdetak lebih kencang, pikiranku melayang jauh tak karuan. Senang, takut (kalau-kalau ada yang lihat) terus berganti. Tiba-tiba terdengar suara tanda kamar mandi dibuka. Mamah keluar, sudah tanpa blaser dan sepatunya. Kini tampak di hadapanku pemandangan yang menggetarkan jiwaku. Hanya memakai baju putih tipis tanpa lengan. Tampak jelas di dalamnya BH hitam yang tak mampu menampung isinya, sehingga dua gundukan besar dan kenyal itu membentuk lipatan di tengahnya. Aku hanya bisa memandangi, menarik nafas serta menelan ludah.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Mungkin ia tahu kalau aku terpesona dengan gunung gemburnya. Ia lalu mendekat ke ranjang, melatakkan kedua tangannya ke kasur, mendekatkan mukanya ke mukaku, "Mas.." katanya tanpa melanjutkan kata-katanya, ia merebahkan badan di bantal yang sudah kusiapkan. Aku yang sudah menahan nafsu sejak tadi, langsung mendekatkan bibirku ke bibirnya. Kami larut dalam lumat-lumatan bibir dan lidah tanpa henti. Kadang berguling, sehingga posisi kami bergantian atas-bawah. Kudekap erat dan kuelus punggungnya terasa halus dan harum. Posisi ini kami hentikan atas inisiatifku, karena aku tidak terbiasa ciuman lama seperti ini tanpa dilepas sekalipun. Tampak ia nafsu sekali. Aku melepas bajuku, takut kusut atau terkena lipstik. Kini aku hanya memakai CD. Ia tampak bengong memandangi CD-ku yang menonjol. "Lepas aja bajumu, nanti kusut," kataku. "Malu ah.." katanya. "Kan nggak ada yang lihat. Cuma kita berdua," kataku sambil meraih kancing paling atas di punggungnya. Dia menutup dada dengan kedua tangannya tapi membiarkan aku membuka semua kancing. Kulempar bajunya ke atas meja di dekat ranjang. Kini tinggal BH dan celana panjang yang dia kenakan. Karena malu, akhirnya dia mendekapku erat-erat. Dadaku terasa penuh dan empuk oleh susunya, nafsuku naik lagi satu tingkat, "burung"-ku tambah mengencang.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Dalam posisi begini, aku cium dan jilati leher dan bagian kuping yang tepat di depan bibirku. "Ach.. uh.." hanya itu yang keluar dari mulutnya. Mulai terangsang, pikirku. Setelah puas dengan leher dan kuping kanannya, kepalanya kuangkat dan kupindahkan ke dada kiriku. Kuulangi gerakan jilat leher dan pangkal kuping kirinya, persis yang kulakukan tadi. Kini erangannya semakin sering dan keras. "Mas.. Mas.. geli Mas, enak Mas.." Sambil membelai rambutnya yang sebahu dan harum, kuteruskan elusanku ke bawah, ke tali BH hingga ke pantatnya yang bahenol, naik-turun.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Selanjutnya gerilyaku pindah ke leher depan. Kupandangi lipatan dua gunung yang menggumpal di dadanya. Sengaja aku belum melepas BH, karena aku sangat menikmati wanita yang ber-BH hitam, apalagi susunya besar dan keras seperti ini. Jilatanku kini sampai di lipatan susu itu dan lidahku menguas-nguas di situ sambil sesekali aku gigit lembut. Kudengar ia terus melenguh keenakan. Kini tanganku meraih tali BH, saatnya kulepas, ia mengeluh, "Mas.. jangan, aku malu, soalnya susuku kegedean," sambil kedua tangannya menahan BH yang talinya sudah kelepas. "Coba aku lihat sayang.." Kataku memindahkan kedua tangannya sehingga BH jatuh, dan mataku terpana melihat susu yang kencang dan besar. "Mah.. susumu bagus sekali, aku sukaa banget," pujiku sambil mengelus susu besar menantang itu. Putingnya hitam-kemerahan, sudah keras.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Kini aku bisa memainkan gunung kembar sesukaku. Kujilat, kupilin putingnya, kugigit, lalu kugesek-gesek dengan kumisku, Mamah kelojotan, merem melek, "Uh.. uh.. ahh.." Setelah puas di daerah dada, kini tanganku kuturunkan di daerah selangkangan, sementara mulut masih agresif di sana. Kuusap perlahan dari dengkul lalu naik. Kuulangani beberapa kali, Mamah terus mengaduh sambil membuka tutup pahanya. Kadang menjepit tangan nakalku. Semua ini kulakukan tahap demi tahap dengan perlahan. Pertimbanganku, aku akan kasih servis yang tidak terburu-buru, benar-benar kunikmati dengan tujuan agar Mamah punya kesan berbeda dengan yang pernah dialaminya. Kuplorotkan celananya. Mamah sudah telanjang bulat, kedua pahanya dirapatkan. Ekspresi spontan karena malu.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Kupikir dia sama saja denganku, pengalaman pertama dengan orang lain. Aku semakin bernafsu. Berarti di hadapanku bukan perempuan nakal apalagi profesional. Kini jari tengahku mulai mengelus perlahan, turun-naik di bibir vaginanya. Perlahan dan mengambang. Kurasakan di sana sudah mulai basah meski belum becek sekali. Ketika jari tengahku mulai masuk, Mamah mengaduh, "Mas.. Mas.. geli.. enak.. terus..!" Kuraih tangan Mamah ke arah selangkanganku (ini kulakukan karena dia agak pasif. Mungkin terbiasa dengan suami hanya melakukan apa yang diperintahkan saja). "Mas.. keras amat.. Gede amat?" katanya dengan nada manja setelah meraba burungku. "Mas.. Mamah udah nggak tahan nikh, masukin ya..?" pintanya setengah memaksa, karena kini batangku sudah dalam genggamannya dan dia menariknya ke arah vagina. Aku bangkit berdiri dengan dengkul di kasur, sementara Mamah sudah dalam posisi siap tembak, terlentang dan mengangkang. Kupandangi susunya keras tegak menantang.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Ketika kurapatkan "senjataku" ke vaginanya, reflek tangan kirinya menangkap dan kedua kakinya diangkat. "Mas.. pelan-pelan ya.." Sambil memejamkan mata, dibimbingnya burungku masuk ke sarang kenikmatan yang baru saja dikenal. Meski sudah basah, tidak juga langsung bisa amblas masuk. Terasa sempit. Perlahan kumasukkan ujungnya, lalu kutarik lagi. Ini kuulangi hingga empat kali baru bisa masuk ujungnya. "Sret.. sret.." Mamah mengaduh, "Uh.. pelan Mas.. sakit.." Kutarik mundur sedikit lagi, kumasukkan lebih dalam, akhirnya.. "Bles.. bles.." barangku masuk semua. Mamah langsung mendekapku erat-erat sambil berbisik, "Mas.. enak, Mas enak.. enak sekali.. kamu sekarang suamiku.." Begitu berulang-ulang sambil menggoyangkan pinggul, tanpa kumengerti apa maksud kata "suami".</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Mamah tiba-tiba badannya mengejang, kulihat matanya putih, "Aduuh.. Mas.. aku.. enak.. keluaar.." tangannya mencengkeram rambutku. Aku hentikan sementara tarik-tusukku dan kurasakan pijatan otot vaginanya mengurut ujung burungku, sementara kuperhatikan Mamah merasakan hal yang sama, bahkan tampak seperti orang menggigil. Setelah nafasnya tampak tenang, kucabut burungku dari vaginanya, kuambil celana dalamnya yang ada di sisi ranjang, kulap burungku, juga bibir vaginanya. Lantas kutancapkan lagi. Kembali kuulangi kenikmatan tusuk-tarik, kadang aku agak meninggikan posisiku sehingga burungku menggesek-gesek dinding atas vaginanya. Gesekan seperti ini membuat sensasi tersendiri buat Mamah, mungkin senggamanya selama ini tak menyentuh bagian ini. Setiap kali gerakan ini kulakukan, dia langsung teriak, "Enak.. terus, enak terus.. terus.." begitu sambil tangannya mencengkeram bantal dan memejamkan mata. "Aduuhm Mas.. Mamah keluar lagi niikh.." teriaknya yang kusambut dengan mempercepat kocokanku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Tampak dia sangat puas dan aku merasa perkasa. Memang begitu adanya. Karena kalau di rumah, dengan istri aku tidak seperkasa ini, padahal aku tidak pakai obat atau jamu kuat. Kurasakan ada sesuatu yang luar biasa. Kulirik jam tanganku, hampir satu jam aku lakukan adegan ranjang ini. Akhirnya aku putuskan untuk terus mempercepat kocokanku agar ronde satu ini segera berakhir. Tekan, tarik, posisi pantatku kadang naik kadang turun dengan tujuan agar semua dinding vaginanya tersentung barangku yang masih keras. Kepala penisku terasa senut-senut,</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Mah.. aku mau keluar nikh.." kataku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"He.. eeh.. terus.. Mas, aduuh.. gila.. Mamah juga.. Mas.. terus.. terus.."</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Crot.. crot.." maniku menyemprot beberapa kali, terasa penuh vaginanya dengan maniku dan cairannya. Kami akhiri ronde pertama ini dengan klimaks bareng dan kenikmatan yang belum pernah kurasakan. Satu untukku dan tiga untuk Mamah.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Setelah bersih-bersih badan, istirahat sebentar, minum kopi, dan makan makanan ringan sambil ngobrol tentang keluarganya lebih jauh. Mamah semakin manja dan tampak lebih rileks. Merebahkan kepalanya di pundakku, dan tentu saja gunung kembarnya menyentuh badanku dan tangannya mengusap-usap pahaku akhirnya burungku bangun lagi. Kesempatan ini dipergunakan dengan Mamah. Dia menurunkan kepalanya, dari dadaku, perut, dan akhirnya burungku yang sudah tegang dijilatinya dengan rakus. "Enak Mas.. asin gimana gitu. Aku baru sekali ini ngrasain begini," katanya terus terang. Tampak jelas ia sangat bernafsu, karena nafasnya sudah tidak beraturan. "Ah.." lenguhnya sambil melepas isapannya. Lalu menegakkan badan, berdiri dengan dengkul sebagai tumpuan. Tiba-tiba kepalaku yang sedang menyandar di sisi ranjang direbahkan hingga melitang, lalu Mamah mengangkangiku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Posisi menjadi dia persis di atas badanku. Aku terlentang dan dia jongkok di atas perutku. Burungku tegak berdiri tepat di bawah selangkangannya. Dengan memejamkan mata, "Mas.. Mamah gak tahaan.." Digenggamnya burungku dengan tangan kirinya, lalu dia menurunkan pantatnya. Kini ujung kemaluanku sudah menyentuh bibir vaginanya. Perlahan dan akhirnya masuk. Dengan posisi ini kurasakan, benar-benar kurasakan kalau barang Mamah masih sempit. Vagina terasa penuh dan terasa gesekan dindingnya. Mungkin karena lendir vaginanya tidak terlalu banyak, aku makin menikmati ronde kedua ini. "Aduuh.. Mas, enak sekali Mas. Aku nggak pernah sepuas ini. Aduuh.. kita suami istri kan?" lalu.. "Aduuh.. Mamah enak Mas.. mau keluar nikh.. aduuh.." katanya sambil meraih tanganku diarahkan ke susunya. Kuelus, lalu kuremas dan kuremas lagi semakin cepat mengikuti, gerakan naik turun pantatnya yang semakin cepat pula menuju orgasme.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Akhirnya Mamah menjerit lagi pertanda klimaks telah dicapai. Dengan posisi aku di bawah, aku lebih santai, jadi tidak terpancing untuk cepat klimaks. Sedangkan Mamah sebaliknya, dia leluasa menggerakkan pantat sesuai keinginannya. Adegan aku di bawah ini berlangsung kurang lebih 30 menit. Dan dalam waktu itu Mamah sempat klimaks dua kali. Sebagai penutup, setelah klimaks dua kali dan tampak kelelahan dengan keringat sekujur tubuhnya, lalu aku rebahkan dia dengan mencopot burungku. Setelah kami masing-masing melap "barang", kumasukkan senjataku ke liang kenikmatannya. Posisinya aku berdiri di samping ranjang. Pantatnya persis di bibir ranjang dan kedua kakinya di pundakku. Aku sudah siap memulai acara penutupan ronde kedua. Kumulai dengan memasukkan burungku secara perlahan. "Uuh.." hanya itu suara yang kudengar. Kumaju-mundurkan, cabut-tekan, burungku. Makin lama makin cepat, lalu perlahan lagi sambil aku ambil nafas, lalu cepat lagi. Begitu naik-turun, diikuti suara Mamah, "Hgh.. hgh.. " seirama dengan pompaanku.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Setiap kali aku tekan mulutnya berbunyi, "Uhgh.." Lama-lama kepala batanganku terasa berdenyut.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Mah.. aku mau keluar nikh.."</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Yah.. pompa lagi.. cepat lagi.. Mamah juga Mas.. Kita bareng ya.. ya.. terus.." Dan akhirnya jeritan..</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Aaauh.." menandai klimaksnya, dan kubalas dengan genjotan penutup yang lebih kuat merapat di bibir vagina, "Crot.. crott.." Aku rebah di atas badannya. Adegan ronde ketiga ini kuulangi sekali lagi. Persis seperti ronde kedua tadi.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Pembaca, ini adalah pengalaman yang luar biasa buat saya. Luar biasa karena sebelumnya aku tak pernah merasakan sensasi se-luar biasa dan senikmat ini. Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi, meski aku tahu alamatnya. Kejadian ini membuktikan, seperti yang pernah kubaca, bahwa selingkuh yang paling nikmat dan akan membawa kesan mendalam adalah yang dilakukan sekali saja dengan orang yang sama. Jangan ulangi lagi (dengan orang yang sama), sensasinya atau getarannya akan berkurang. Aku kadang merindukan saat-saat seperti ini. Selingkuh yang aman seperti ini.</span></span> <br />
<span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;"><br />
</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://luxuryhotelandresort.blogspot.com/2011/12/kruger-national-park-hotels.html"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaCX8qZGFLxZcbMESDmLHG5BJVjBhFkhCB76vlXrqVspqROdYDwmflfmpakyvXErAhfZF7MTdc4ZFpLro4-hStA8jLsBasJx5hEhyWu8TQZD4hax1-zOj7e64l993z1kOpqrMfBFU0eBI/s1600/qqrfdk.jpg" /></a></div><span style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;"><br />
</span></span></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-33321252355088691152011-12-20T08:09:00.000-08:002011-12-20T08:09:19.189-08:00Pijat Puas Payudara<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="background-color: black; color: white;"><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Cerita ini terjadi waktu saya berumur 15 ketika itu, waktu saya liburan di rumah teman Om saya di kota Jakarta, sebut saja nama teman Om saya Dody. Om Dody mempunyai istri namanya Tante Rina. Umur Om Dody kira-kita 40 tahun sedangkan Tante Rina berumur 31 dan mereka mempunyai anak berumur 5 tahun bernama Dino. Om Dody adalah teman baik dan rekan bisnis Om saya. Tante Rina Seorang wanita yang cantik dan mempunyai tubuh yang indah terutama bagian payudara yang indah dan besar. Keindahan payudaranya tersebut dikarenakan Tante Rina rajin meminum jamu dan memijat payudaranya. Selama menginap di sana perhatian saya selalu pada payudaranya Tante Rina. Tak terasa sudah hampir seminggu saya menginap di sana, suatu siang (saat Om Dody pergi ke kantor dan Dino pergi rumah neneknya) Tante Rina memanggilku dari dalam kamarnya. Ketika saya masuk ke kamar Tante Rina, tampak tante cuma mengenakan kaos kutung tanpa menggunakan bra sehingga dadanya yang indah telihat nampak membungsung.</span></span><br />
<a name='more'></a><span style="background-color: black; color: white;"><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Van, Mau tolongin Tante", Katanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Apa yang bisa saya bantu Tante".</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Tante minta tolong sesuatu tapi kamu, tapi kamu harus rahasiain jangan bilang siapa-siapa".</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Apaan Tante kok sampe musti rahasia-rahasian".</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Tante Minta tolong dipijitin", katanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Kok pijit saja musti pakai rahasia-rahasian segala".</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Tante minta kamu memijit ini tante", katanya sambil menunjukkan buah dadanya yang montok. Saat itu saya langsung Grogi setengah mati sampai tidak bisa berkata apa-apa.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Van, kok diem mau nggak?", tanya Tante Rina lagi. Saat itu terasa penisku tegang sekali.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Mau nggak?", katanya sekali lagi.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Lalu kukatakan padanya aku bersedia, bayangin saya seperti ketiban emas dari langit, memegang buah dada secara gratis disuruh pula siapa yang nggak mau? Lalu saya bertanya mengapa harus dipijat buah dadanya, dia menjawab supaya payudaranya indah terus.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Selanjutnya tante mengambil botol yang berisi krem dan dia segera duduk di tepi ranjang. Tanpa banyak bicara dia langsung membuka pakaiannya dan membuka BH-nya, segera payudaranya yang indah tersebut segera terlihat, kalau saya tebak payudaranya ukuran 36B, Puting susu kecil tapi menonjol seperti buah kelereng kecil yang berwarna coklat kemerah-merah.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Van, kamu cuci tangan kamu dulu gih", katanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Segera saya buru-buru cuci tangan di kamar mandi yang terletak di kamar tidurnya. Ketika saya balik, Tante sudah berbaring telentang dengan telanjang dada. Wuih, indah sekali. Ia memintaku agar melumuri buah dadanya secara perlahan kecuali bagian puting susunya dengan krim yang diambilnya tadi. Grogi juga, segera kuambil krem dan kulumuri dulu di tanganku kemudian secara perlahan kulumuri payudaranya. Gila rasanya kenyal dan lembut sekali. Perlahan kutelusuri buah dadanya yang kiri dan yang kanan dari pangkal sampai mendekati puting. Sementara tanganku mengelus dadanya, kulihat nafas tante tampaknya mulai tidak beraturan.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Sesekali mulutnya mengeluarkan bunyi, "Ahh.., ahh". Setelah melumuri seluruh payudaranya, tante memegang kedua tanganku, rupanya ia ingin mengajariku cara memijat payudara, gerakannya ialah kedua tanganku menyentuh kedua buah payudaranya dan melakukan gerakan memutar dari pangkal buah dadanya sampai mendekati puting susunya, tante meminta saya agar tidak menyentuh puting susunya. Segera kulalukan gerakan memutari buah kedua buah payudaranya, baru beberapa gerakan tante memintaku agar gerakan tersebut dibarengi dengan remasan pada buah dadanya. Tante semakin terangsang nampaknya terus ia memintaku, "aahh, Van tolong remas lebih keras". Tanpa ragu keremas buah dada yang indah tersebut dengan keras. Sambil meremas aku bertanya mengapa puting susunya tidak boleh disentuh? Tiba-tiba ia menjambak rambutku dan membawa kepalaku ke buah dadanya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Van, Tante minta kamu hisap puting susu Tante", katanya sambil napasnya tersengal-sengal. Tanpa banyak tanya lagi langsung ku hisap puting susu kanannya.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Van, hisap yang kuat sayang.., aah", desah Tante Rina.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Kuhisap puting susu itu, terus ia berteriak, "Lebih kuat lagi hisapanya".</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Setelah sekitar 10 menit kuhisap puting di buah dada kanannya gantian buah dada kiri kuhisap. Sambil kuhisap buah dadanya tante membuka celananya sehingga dia dalam keadaan telanjang bulat. Kemudian dia membuka celanaku dan meremas penisku. Tante kemudian memintaku telungkup menindih tubuhnya, sambil menghisap-hisap payudaranya tante memegang penisku dan dimasukkan ke dalam lubang vaginanya. Setelah melalui perjuangan akhirnya penisku memasuki vagina tanteku. Semua ini dilakukan sambil mengisap dan meremas-remas buah dadanya. Pinggulku segera kugenjot dan terasa nikmat luar biasa sedangkan tante berteriak karena orgasme sudah dekat.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">Tak lama kemudian tante nampak sudah orgasme, terasa di liangnya tegang sekali. Kemudian giliranku menyemburkan air maniku ke liangnya dan kami pun terdiam menikmati momen tersebut, setelah itu tante mencium bibirku dengan lembut.</span><br style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;" /><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">"Tadi nikmat sekali", katanya terus dia memintaku besok kembali memijat payudaranya, dan aku mengiyakan. Kemudian aku bertanya kepada tante kenapa dia begitu senang buah dadanya di sentuh dan dihisap, jawabnya ia tidak bisa melakukan hubungan seks kalau buah dadanya tidak dirangsang terus-menerus. Saat kutanya mengapa dia memilihku untuk melakukan hubungan Seks, dia menjawab dengan enteng, "Saat kamu mandi, tante ngintip kamu dan tante lihat penis kamu besar.."</span></span> <br />
<span style="background-color: black; color: white;"><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;"><br />
</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://luxuryhotelandresort.blogspot.com/2011/12/luxury-hotels-class-apart.html"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTji32rTi91DTzNU2QfvRVEKL-DahDLiy8b4jiBa9fz74Ekdr6Ga0PevAyJv1ZzolsmrLr_kbOQEF7rsBD5nSB9XyK3a7sMkFwyduoVOi-C__qSyX17GjmQKdxqGdPaeWPOmia3XbOKDU/s1600/nusatv.gif" /></a></div><span style="background-color: black; color: white;"><span style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;"><br />
</span></span></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-75702571865950543682011-12-08T10:50:00.000-08:002011-12-08T10:50:36.385-08:00Kisah Seks Terlarang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br />
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saya bekerja di kantor pusat salah satu bank swasta nasional terkenal. Saya bertugas di bagian analis sistem. Pekerjaan saya cukup menyenangkan dan menantang. Karena itu saya pun rela bekerja sampai larut malam. Sejak saya masuk ke bagian ini, jam tidur saya praktis berkurang. Dari tidur 8-9 jam sehari, ke 6-7 jam sehari.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sebenarnya saya sungguh beruntung. Di zaman serba susah seperti sekarang, penghasilan saya lumayan besar dan karir saya sungguh bagus. Banyak teman yang memuji saya, dengan mengatakan saya ‘is on the right track’. Istri yang saya menikah dengannya setengah tahun yang lalu sangat mencintai saya. Demikian pula saya mencintainya sepenuh hati saya. Rasanya saya tidak akan pernah bisa mencintai wanita lain seperti saya mencintai istri saya sekarang.</span></div><a name='more'></a><br />
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Karir saya dan istri saya menyebabkan kami belum bisa bergabung dalam satu atap. Saya dan istri saya tinggal di dua kota yang terpisah cukup jauh. Kami saling kunjung-mengunjungi secara bergantian setiap 2 minggu sekali. Sungguh pun keadaannya demikian, kami merasa bahagia. Kehidupan seks kami berdua sangat baik. Saya merasa bersyukur istri saya bukanlah wanita yang anti seks. Ia sangat aktif dalam seks, bahkan cenderung memiliki nafsu seks yang sangat besar, demikian pula dengan saya. Seks bagi kami adalah suatu yang indah, nikmat dan sakral.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Istri saya sangat pandai memuaskan keinginan seks saya. Seperti juga saya, ia sangat antusias dengan eksperimen-eksperimen dalam hubungan seksual sepanjang masih dalam norma kesopanan dan kewajaran. Dalam berhubungan seks saya dan istri saya selalu mendapatkan orgasme, dan kami selalu berusaha agar kami berdua sama-sama menikmati puncak dari hubungan seks ini yang tidak dapat kami lakukan setiap hari.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Biasanya, istri saya lebih banyak mendapatkan orgasme dari saya, karena selain ia lebih aktif, prinsip yang kami anut adalah ‘lady first’. Dari eksperimen-eksperimen yang kami lakukan berdua, saya jadi mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman bagaimana membuat seorang wanita mencapai orgasme saat berhubungan seksual, mulai dari persiapan, pemanasan, pemilihan posisi, dan pengaturan waktu agar si wanita dapat lebih dulu atau setidaknya bersamaan dengan saya mendapatkan orgasme. Pendek kata, tidak ada yang salah dalam kehidupan seksual saya dan istri saya. Dua minggu sekali kami bertemu 2 hari penuh, dan sepanjang hari kami melakukan aktivitas seksual tanpa jemu 5-15 kali. Bukankah itu sama saja dengan melakukannya setiap hari sekali? Saya tidak pernah tertarik mendalam secara seksual terhadap wanita lain, dan tidak pernah berusaha untuk itu. Saya sudah merasa lebih dari cukup dengan istri saya saja. Sampai suatu hari ada kejadian yang akhirnya mengubah semuanya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saya mendapatkan pimpinan baru di divisi saya. Ia seorang wanita yang setelah beberapa hari saya bergaul dengannya, bekerja sama dalam berbagai project, saya menjadi kagum terhadap kepandaian, ambisi, dan kerja kerasnya. Secara fisik ia adalah seorang wanita yang menarik, dengan kulit putih mulus, wajahnya bisa dikatakan sensual karena bentuk bibirnya sangat indah dan selalu tersenyum, tubuhnya tidak tinggi tapi proporsional dan seksi. Tetapi saya tidak pernah berpikir ke arah seksual karena selain saya hormati ia sebagai atasan saya, ia juga sudah memiliki suami. Ia memiliki kegemaran bekerja di kantor sampai larut malam, sama dengan kebiasaan saya. Jadilah sekarang setiap malam saya selalu berdua dengannya di kantor bekerja hingga larut malam. Suaminya dengan setia menjemputnya setiap pukul 22.00. Saya pun biasanya pulang sekitar jam yang sama.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saya tidak pernah membayangkan hubungan saya dan bos saya itu berkembang lebih jauh dari sekedar hubungan bawahan dan atasan. Saya paling benci selingkuh antar teman sekantor. Saya merasa itu tidak mungkin terjadi pada diri saya. Saya yakin tidak mungkin.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Malam itu, saya dan dia seperti biasa bekerja hingga larut malam karena ada system baru yang akan diimplementasikan. Malam itu agak panas dan saya merasa penat sekali. Saya ingin mandi air hangat di kamar mandi kantor, seperti sering saya lakukan sehari-hari. Saya mengambil kunci kamar mandi dan pamit kepada Inne, nama atasan saya itu. Saya katakan saya ingin mandi dahulu. Ia cuma memandang sambil tersenyum penuh arti. Saya tidak tahu apa sebabnya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Mandi air hangat begitu mengasyikan. Rasanya pori-pori di kulit jadi terbuka, kotoran dan rasa penat hilang. Saya suka berlama-lama diguyur air panas dari shower. Tiba-tiba saya dengar ketukan di pintu, saya tunggu sebentar sebelum menjawab, terdengar suara dari luar. Suara Inne. Ia mengatakan ingin meminjam kunci kamar mandi untuk masuk ke kamar mandi wanita di sebelah kamar mandi yang saya gunakan. Saya gugup karena saya masih telanjang bulat. Akhirnya saya buka pintu sedikit dan saya tetap bersembunyi di balik pintu sementara tangan saya mengulurkan kunci kamar mandi kepada Inne. Di luar dugaan saya, saya merasa tangan Inne menggenggam erat tangan saya dan tiba-tiba pintu kamar mandi saya terdorong ke dalam. Sebelum saya sadar, ternyata Inne sudah di dalam kamar mandi dan telah menutup serta mengunci pintu kamar mandi.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saya salah tingkah, saya tidak mengenakan penutup tubuh apa-apa. Dengan panik saya membalikkan tubuh saya. Tapi itu tidak ada gunanya, di depan saya terpasang cermin besar dan Inne bebas mengamati ketelanjangan saya. Semenjak saya beranjak dewasa, belum ada wanita lain selain istri saya yang melihat tubuh saya dalam keadaan telanjang bulat.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Masih dalam kegugupan saya, Inne mendekat dan langsung merangkul saya dari belakang. Tangannya tiba-tiba meremas kemaluan saya. Saya tersentak, dan berusaha menolak. Saya ingat istri saya. Tapi tiba-tiba tubuh saya dibalik dan sepasang bibir yang ranum milik Inne mendarat di bibir saya. Inne menciumi saya dengan penuh nafsu, sementara tangannya tidak henti meremas dan mengelus batang kemaluan saya yang otomatis menegang, memanjang dan semakin keras. Saya masih berusaha mengatakan, “Jangan Inne, ini salah.” Tapi Inne seperti seorang pemangsa yang tidak ingin melepas buruannya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saya merasa jadi korbannya. Ya, saya di bawah kekuasaannya. Saya adalah bawahan, dia adalah atasan. Tapi lama-kelamaan perasaan ini, juga perasaan bersalah kepada istri saya, hilang tertutup oleh nafsu saya yang dibangkitkan oleh tindakan Inne. Saya menjadi lupa segalanya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Naluri saya sebagai seorang lelaki akhirnya bicara. Saya balas ciumannya dengan nafsu juga, tangan saya mulai meraba-raba bagian sensitif dari tubuh Inne mulai dari dadanya yang tidak terlalu besar tapi bagus bentuknya, pantat, paha, sampai akhirnya ke kemaluannya. Pelan-pelan saya membuka pakaiannya, mulai dari blazernya, terus blusnya, lalu rok panjang ketatnya. Inne secara cooperative membantu saya melucuti pakaian yang menempel di tubuhnya. Kini ia tinggal memakai pakaian dalam saja (BH dan celana dalam).</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Bodinya memang menggiurkan. Saya tidak mengatakan bodinya lebih bagus dari istri saya, tapi dalam keadaan seperti ini, saya menjadi semakin bernafsu karena keindahan tubuh yang terpampang di hadapan saya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dalam waktu yang tidak terlalu lama, BHnya pun saya lepas. Dua buah payudara yang berukuran sedang tapi indah bentuknya karena terawat muncul. Saya tidak tahan dan segera saya mulai menjilati, mencium, dan memainkan payudara dan putingnya yang mulai mengeras. Inne mengerang pelan setiap saya isap puting payudaranya. Saat mengerang, tangannya meremas kemaluan saya lebih kuat. Matanya terpejam dan dagunya terangkat menandakan Inne benar-benar menikmati permainan ini. Sementara saya memainkan puting payudara, tangan saya juga berkelana meraba celana dalamnya. Basah dan lembab. Ah, Inne rupanya nafsu sekali. Jari saya, saya masukkan ke celana dalamnya sampai saya menemukan belahan kemaluannya. Clitorisnya saya gosok secara pelahan. Hasilnya nyata, Inne makin liar mengerang dan tubuhnya mulai mengejang. Tiba-tiba semua kegiatan saya terhenti karena Inne menarik kepala saya dari dadanya dan menarik keluar tangan saya dari celana dalamnya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ada apa, Inne?” tanya saya. Inne cuma tersenyum penuh arti.<br />
Tiba-tiba ia berlutut di hadapan saya dan meraih batang kemaluan saya. Secepat kilat ia langsung menciumi batang saya yang sudah benar-benar mengeras tanda siap tempur. Batang kemaluan saya dijilati dari ujung sampai ke pangkal kontol. Ughh, saya mengerang-erang karena sensasi kenikmatan. Belum cukup ia menjilati kemaluan saya, kontol saya dikulum dan diisap-isap. Sensasi kenikmatan akibat sedotan mulutnya menjalar ke seluruh tubuh saya. Inne menggerakkan kepalanya maju mundur jadi saya merasakan kontol saya seperti saat sedang coitus. Dioral selama 15 menit, saya merasa saatnya hampir tiba. Jika saya teruskan maka saya akan orgasme.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saya berhasil menarik kontol saya tepat pada waktunya, sehingga saya sempat menarik nafas panjang untuk meredakan ketegangan dan menetralisir keadaan kontol saya yang hampir kolaps. Inne tampaknya mengerti dan setuju bahwa permainan belum usai. Secepat ia berdiri, secepat itu pula saya berlutut dan langsung menarik turun celana dalam satin berwarna pink yang sudah begitu basahnya oleh cairan vaginanya. Di hadapan saya tampak kemaluan Inne ditutupi dengan bulu-bulu halus yang tampaknya terawat dengan baik. Langsung saya cium daerah pubisnya, reflek Inne membuka kedua kakinya dan dengan bersandar di dinding kamar mandi ia berdiri mengangkangi kepala saya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, langsung saya jilati kemaluannya, clitorisnya saya jilat dan saya isap pelan-pelan. Basah dan tambah basah kemaluannya akibat perpaduan antara cairan kewanitaannya dengan ludah saya. Vaginanya beraroma khas sekali, dan saya sangat menyukai aroma ini karena membuat saya makin nafsu. Sementara Inne semakin liar dan setengah berteriak kenikmatan sambil tangannya menjambak kuat rambut saya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kira-kira tiga menit kemudian, tubuh Inne tiba-tiba mengejang kuat, dan Inne berteriak setengah tertahan. Otot-otot di vaginanya saya rasakan berkontraksi secara ritmis, dan jambakan di rambut saya makin kuat. Inne orgasme selama 20 detik. Peluh di sekujur tubuhnya, dan ia bersandar lemas di dinding. Saya berdiri dan menatap wajahnya. Matanya setengah terbuka dan bibir tersenyum. Saya cium bibirnya dengan lembut.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Inne langsung mendekap saya dan berbisik, “Kamu hebat. Terima kasih. Ini nikmat sekali.”<br />
Pelukannya makin erat, dadanya menekan bukit dada saya. Ah, betapa lembut dada indahnya Inne.<br />
Inne berbisik”, Kamu belum, Er.”<br />
“Enggak apa-apa. Kamu kelihatannya capek. Saya senang kalau kamu menikmatinya”, balas saya.<br />
“Enggak. Kamu juga harus dapet!” kata Inne, sambil tiba-tiba mencium bibir saya dengan nafsu. Tubuhnya tidak lemas lagi.<br />
Entah mengapa saya ingat istri saya. Saya terdiam. Pasif. Inne mengetahuinya bertanya, “Kenapa? Kamu ingat istri kamu?”.<br />
Saya mengangguk lemah. Inne membalas, “Kalau gitu kita tidak usah coitus, kita lakukan petting saja”.<br />
“Apa bedanya?”, sergah saya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Inne tidak mau kalah dan menerangkan bahwa paling tidak kita 100% mengkhianatinya karena kita tidak melakukan coitus. Sebelum sempat saya berbantah lagi, ia menarik tubuh kekar saya, sambil meraih kontol saya dan mengarahkan ke kemaluannya, kemudian menjepit kontol saya di kemaluannya dengan dua pahanya. Inne menggerak-gerakkan pinggulnya dan saya merasakan bibir kemaluannya yang tebal dan basah menggosok-gosok kontol saya. Saya nafsu sekali dan akhirnya saya ikut menggerakkan pinggul saya seirama dengan gerakan pinggul Inne.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sekitar 5 menit kami lakukan petting dalam keadaan berdiri, sampai saya berinisiatif mengangkat tubuhnya dan mendudukkan di meja toilet, kemudian kembali melakukan petting dengan posisi kaki Inne disampirkan ke pundak saya yang bidang. Untuk mempertahankan sentuhan kontol saya pada clitoris dan bibir kemaluannya, Inne menggunakan jarinya menekan kontol saya. Uh, kami berdua berpacu dalam perjalanan menuju puncak kenikmatan. Saling mengerang. Nikmat sekali.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tanpa saya sadari, tangan Inne memegang kepala kontol saya dan mengarahkan ke lubang vaginanya dan ughh.., kontol saya masuk ke dalam lubang yang licin itu. Vaginanya masih kencang sekali, sehingga saya merasa seperti diremas-remas saat saya meneruskan gerak maju mundur pinggul saya. Saya dan Inne sudah lupa janji saya tadi. Kami asyik berpacu sampai akhirnya tubuh Inne kembali mengejan kuat dan dari mulut Inne keluar jerit tertahan, “aahh”. Inne orgasme lagi dan itu berlangsung selama setengah menit, selama itu pula vaginanya berkontraksi seperti memijat kontol saya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah memberi Inne 2 kali orgasme lagi selama 30 menitan kami bercinta, saya merasa inilah saatnya untuk orgasme. Saya percepat pompaan saya dan tepat sebelum saya keluar, kontol saya tarik keluar dari vaginanya dan saya semprotkan sperma saya ke atas perut Inne yang indah. “Ugh.., ugh.., uugh”, Banyak sekali cairan putih yang kental itu keluar.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tubuh saya langsung lemas, begitu pula Inne. Kita saling berpelukan, sampai akhirnya saya berinisiatif mengajaknya membersihkan tubuh dengan air hangat. Kami mandi di bawah siraman air hangat, sambil saling menyabuni.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Ketika kami berpakaian, Inne bertanya, “Kamu menyesal?” Saya jawab tidak. Tidak ada yang patut disesali. Semua telah terjadi. Saya dan Inne sama-sama mendapatkan apa yang kita cari. Saya hanya ingin ini tidak terjadi lagi. Saya merasa berdosa pada istri saya. Tetapi secara jujur saya akui pengalaman yang saya lalui tadi dengan Inne merupakan suatu hal yang membuat saya terhanyut. Saya menyukai gaya Inne yang aktif, mengingatkan saya kepada istri saya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saya dan Inne kembali ke tempat kerja kami, dan berbuat seolah tidak terjadi apa-apa. Inne menunggu sampai suaminya menjemput. Kami pulang bertiga bersama-sama. Syukurlah suaminya tidak curiga.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sejak peristiwa saya dan Inne di kamar mandi kantor malam itu, hidup saya menjadi tidak tenang rasanya. Tindakan saya mengkhianati istri benar-benar menjadi beban dalam pikiran. Saya tidak tahu apakah saya masih punya muka untuk bertemu dengan istri saya nanti. Saya yakin saya bisa menutupi hal ini ke istri saya, tetapi hati nurani saya tidak bisa kompromi. Haruskah saya menyalahkan Inne, sementara saya juga punya andil dalam kejadian itu. Sayalah suami yang tega mengkhianati cinta istrinya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Hal yang paling membuat saya makin merasa bersalah adalah di balik semua penyesalan saya, saya ternyata menikmati dan menginginkan peristiwa itu terulang. Saya memang berjanji untuk tidak melakukannya lagi, tapi alangkah sulitnya berurusan dengan nafsu. Makin saya berusaha melupakan, makin timbul keinginan saya untuk mereguk kenikmatan yang terlarang bersama Inne. Benar kata orang, janganlah pernah berselingkuh karena sekali kita berselingkuh akan sangat sulit bagi kita untuk keluar darinya. Hal itu terjadi pada diri saya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Di kantor saya berusaha seprofesional mungkin, saya tidak mau kejadian malam itu tercium oleh rekan-rekan kerja saya. Saya serba salah juga. Inne adalah atasan saya, tapi begitu memandangnya langsung saja saya teringat tubuh telanjangnya yang pernah saya nikmati. Tubuh telanjangnya yang begitu menggiurkan, yang tak semua kaum perempuan beruntung memilikinya. Tampaknya dia sama dengan saya, sama-sama tikus gym (julukan bagi para pemuja keindahan, sering menghabiskan waktu mereka di gym demi mendapatkan tubuh yang seksi nan ideal).</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Inne sering secara sembunyi-sembunyi menatap saya dengan pandangan nafsunya. Sering juga ia mengelus tangan saya. Memeluk dari belakang sambil meremas-remas otot-otot kekar di dada, lengan dan perut saya, atau mencolek bokong dan meraba kontol saya dari balik celana kerja saya, setiap kali kami hanya berduaan. Sepertinya ia menunggu kesempatan untuk memangsa saya. Jujur saja, saya juga berdebar menanti kesempatan ini. Oh, betapa bejatnya diri saya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kesempatan itu datang juga akhirnya. Seperti biasa malam itu Inne dan saya bekerja hingga larut malam. Saya asyik di depan komputer di ruang saya. Ruang saya hanyalah sebuah partisi setinggi 1.5 meter, sementara ruang Inne berupa sekat permanen tanpa pintu. Di ruangan divisi saya hanya ada satu ruang kerja yang tertutup dengan pintu milik kepala divisi saya (atasan langsung Inne), lainnya hanyalah partisi biasa dan sekat permanen tanpa pintu.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Inne datang menghampiri saya. Ia membawa sesuatu di tangannya, ternyata sebuah VCD. Saya tebak pasti sejenis film biru. Tebakan saya tidak salah. Inne mengambil tempat duduk dan duduk di sebelah saya, dekat sekali.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Er, setel ini dong. Kata temen filemnya oke. Ada ceritanya nggak asal main saja. Saya ingin nonton nih”, pinta Inne.<br />
“Kenapa kamu nggak nonton di rumah saja sama suamimu?”<br />
“Ih, boro-boro, suami saya benci sekali film seperti ini. Ia bilang tidak realistis, tipuan, dibuat-buat dan sebangsanya. Pokoknya dia selalu nolak kalo saya ingin nonton ini bersamanya. Jadi sama kamu saja yah. Khan komputer kamu multimedia”, Inne berkata sambil meletakkan tangannya pada selangkangan saya dan sedikit meremasnya. Seperti kerbau dicocok hidungnya, saya melaksanakan keinginannya. VCD itu saya setel, kami berdua menonton.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Film yang kami setel memang bagus. Sangat membangkitkan nafsu. Ditambah lagi atmosfer yang ada di antara kami berdua sudah berselaputkan nafsu. Kami berdua mulai saling merangsang. Tangan Inne membuka ritsliting celana panjang saya, kemudian dengan terampil mencari-cari barang berharga milik saya yang ada di balik celana dalam saya. Setelah ketemu, jemari yang halus itu mulai digosok-gosokkan ke kontol saya yang sudah mulai mengeras. Uh, saya merasa nikmat sekali.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saya pun tidak mau kalah. Tangan saya telah masuk ke sela-sela blusnya dan BH-nya mulai saya jelajahi mencari-cari puting payudaranya. Inne menggeliat-geliat ketika putingnya saya permainkan. Film yang kami tonton makin membuat kami makin hanyut dalam nafsu. Tangan saya mulai beralih menyibak rok mini Inne sambil mengelus-elus pahanya yang putih mulus mulai mencari-cari jalan masuk ke balik celana dalam Inne yang sudah begitu basah oleh cairan vagina Inne. Saya jadi teringat bau khas vagina Inne yang memabukkan saya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Bibir kami pun bertautan dan saling mencium dengan penuh nafsu. Ciuman bibir memang sangat efektif untuk membangkitkan nafsu dan sangat pribadi sifatnya ketimbang hubungan seks itu sendiri. Seorang pekerja seksual tidak keberatan untuk melakukan hubungan seks dengan setiap orang yang membayarnya, tapi jangan coba-coba minta ciuman bibir. Belum tentu ia bersedia. Ciuman bibir hanya bisa terjadi jika kedua pihak telah saling percayai. Makin meninggi nafsu yang muncul pada diri kami masing-masing akibat ciuman bibir itu. Lidah saya dan lidahnya saling bertautan, sementara kedua bibir kami makin erat.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saya kemudian melepaskan bibir saya dari bibir Inne, lalu berlutut. Kepala saya masuk di sela-sela paha yang telah terbuka karena rok mininya telah saya singkap. Saya cium-cium selangkangannya. Hmm.., bau vagina ini benar-benar saya suka. Rasanya sampai naik ke ubun-ubun. Dengan hidung saya mainkan kemaluannya yang masih ditutupi celana dalam. Uh.., uh.., uh.., suara Inne melenguh seirama dengan gerakan hidung saya. Inne benar-benar menikmati yang saya perbuat.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dengan kedua tangan saya, celana dalam Inne saya pelorotkan sampai pergelangan kaki. Inne membuka pahanya lebar-lebar dan saya melihat dengan jelas kemaluannya yang masih sangat terawat itu. Dengan lembut saya melakukan oral seks dan dibantu jari-jari saya. Clitorisnya yang tegak menantang saya jilat dan isap-isap, sementara jari saya bermain di sekitar lubang vaginanya. Vaginanya makin basah dan bau vagina itu juga makin keras sehingga saya makin bersemangat melakukan oral seks.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kedua tangan Inne mencengkeram kuat kedua sandaran tangan di kursi tempat ia duduk. Tubuhnya menggelinjang-gelinjang. Sesekali tubuhnya mengejang-kejang menahan sensasi luar biasa nikmatnya. Benar seks itu nikmat sekali, dan saya pun semakin bersemangat untuk merangsang alat kelamin Inne dengan bibir, lidah dan tangan saya. Lidah saya dengan nakal bermain-main di sekitar clitoris yang makin menegang. Tubuh Inne bergerak liar sampai akhirnya dengan pantat terangkat dari kursi, tubuhnya mengejang kuat disertai dengan teriakan tertahan. Cengkraman tangannya makin kuat. Inne mendapatkan orgasme, puncak dari kenikmatan seksual. Saya pun tidak mau kehilangan kesempatan langka ini dengan tetap mengarahkan mulut dan lidah saya dari kemaluannya saat Inne orgasme.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Istri saya tidak pernah keberatan dengan oral seks, tapi sangat jarang baginya mendapatkan orgasme saat kami melakukan oral seks. Istri saya jauh lebih mudah orgasme dengan petting dan coitus. Saya juga jarang berhasil membuatnya orgasme dengan rangsangan tangan. Itulah sebabnya bagi saya membuat wanita orgasme dengan oral seks adalah suatu hal yang luar biasa. Saya merasa saya pria paling jantan di dunia ini.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sekitar 10 detik tubuhnya kaku menikmati saat-saat paling indah ini, sampai akhirnya Inne terduduk lemas. Saat itu saya berikan ciuman lembut di bibir Inne. Mata Inne terpejam. Inne membalas ciuman saya dengan lembut pula, kemudian ia berbisik di telinga saya, “Er, makasih. Kamu memberikan saya hal yang luar biasa.”</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Inne sepertinya kelelahan sekali. Hal yang aneh, saya mulai berpikir untung rugi. Saya belum mendapatkan apa-apa. Saya balas berbisik,<br />
“Saya belum dapet, nih. Kamu capek yah”.<br />
“He-eh”, jawab Inne.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tapi saya tidak peduli. Inne saya seret ke ruang kepala divisi yang memiliki pintu tertutup. Dengan lemas Inne menurut. Pintu ruang kepala divisi saya tutup dan saya kunci. Tubuh lemas Inne saya baringkan di atas meja, sementara celana dalam Inne yang masih ada di pergelangan kakinya saya lepas. Saya buka semua kancing baju saya, lalu menurunkan celana panjang dan celana dalam saya hingga sepaha sampai kontol saya yang sudah mengacung kuat bebas. Saya geser-geserkan kontol di bibir kemaluan Inne yang masih basah. Spontan Inne menggelinjang kegelian. Tangan Inne meraih kontol saya dan membimbing masuk ke lubang vaginanya. Saya memulai kayuhan cinta ini. Kontol saya keluar masuk vaginanya yang licin tapi erat. Pemandangan yang sangat exciting. Kontol saya seperti dipijat-pijat. Nikmatnya susah diceritakan oleh kata-kata…</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Jari Inne ikut memainkan clitorisnya sendiri. Inne sangat menikmati setiap gerakan kontol saya keluar masuk ke dalam vaginanya. Kembali Inne mengelinjang keenakan. Dia bilang, “Er, nanti saya dapet lagi..”<br />
Saya bilang, “Enggak pa-pa, saya juga sebentar lagi”.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saya baru merasa benar-benar puas jika dalam berhubungan seks, lawan saya mendapatkan kepuasan lebih banyak dari saya. Bukan berarti saya adalah tipe pelayan seks. Bukan. Ini semata-mata hanya untuk memuaskan ego saya sebagai laki-laki. Bagi saya, hanya laki-laki jantanlah yang mampu membuat wanita menikmati hubungan seks. Makin sering ia membuat wanita orgasme makin jantanlah ia.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Gerakan kontol saya menusuk vagina Inne makin saya percepat, seiring dengan rintihan dan lenguhan Inne yang makin cepat seirama dengan gerakan saya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saya merasa puncak saya sudah dekat, padahal saya baru menggenjotnya selama 15 menit. Melihat Inne belum juga terlihat mendekati puncak, saya berusaha meredam ketegangan yang merambati kontol saya. Saya konsentrasi dan menarik nafas panjang agar orgasme saya dapat tertunda. Saya turunkan irama sodokan kontol saya. Tiba-tiba tangan Inne menarik pinggul saya rapat ke arah tubuhnya sehingga saya tidak dapat melanjutkan gerak saya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ada apa Inne”, tanya saya heran.<br />
“Saya ingin ganti posisi”, kata Inne. Saya menjawab dengan anggukan kepala.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Seiring dengan bangunnya Inne dari meja tempat ia berbaring, saya melepaskan batang kemaluan saya dari vaginanya. Ugh, saya dapat kesempatan untuk menenangkan ketegangan kontol saya yang sudah siap menumpahkan sperma. Inne membalikkan tubuhnya membelakangi saya dan dengan kaki tetap berpijak di lantai ia menelungkupkan tubuhnya di meja. Rupanya Inne ingin posisi doggy style. Saya menyambut posisi itu dengan langsung mengarahkan kontol saya ke bibir kemaluannya dan pelan-pelan menemukan lubang vaginanya. Kembali saya menggenjot tubuh Inne dari belakang. Mula-mula pelahan. Makin lama makin cepat. Inne melenguh dan merintih dengan nikmatnya. Ih, ah, uh terlontar dari bibir Inne. Sesekali saya membungkukkan tubuh saya, rambut Inne saya jambak ke belakang dan bibir ranum Inne saya lumat dengan nafsu. Innepun membalas dengan nafsu yang tak kalah besar.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sekitar 10 menitan menggenjotnya, Inne tiba-tiba menjerit. Walaupun ia berusaha menahan, namun jeritan itu tetap saja keluar. Inne kelihatan berusaha sekuat tenaga menahan diri agar tidak bersuara, namun rasa yang menguasai tubuhnya tak tertahankan. Kembali Inne mendapatkan orgasme, saya tandai dari tubuhnya yang kejang-kejang secara ritmis. Itu berlangsung kurang lebih lima detik. Saya masih tetap meneruskan kayuhan kontol saya maju-mundur dengan cepat dan bertenaga. Vaginanya yang makin basah akibat orgasme membuat suara pada saat kontol saya bergesekan dengan dinding vagina.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tidak berapa lama kemudian, sekitar 10 menitan, Inne menjerit dan mengejang lagi. Tubuhnya bergerak-gerak secara ritmis selama 10 detik. Inne mengalami orgasme beruntun, dan yang kedua kelihatannya lebih kuat dibandingkan yang pertama. Suara-suara yang keluar dari bibirnya yang sensual benar-benar membuat saya ingin cepat-cepat merasakan orgasme juga. Saya makin percepat gerakan ayun saya. Makin cepat makin kuat sampai saya merasa saatnya akan datang bagi saya. Saya hampir sampai di puncak kenikmatan.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tanpa kusadari, hampir sejam sudah saya menggauli Inne. Saat saya sedang asyik menimbang-nimbang apakah sperma akan saya keluarkan di dalam vaginanya atau di luar, kami mendengar pintu masuk ruang divisi terbuka dan kedengaran ada langkah seseorang. Sialan… pikir saya. Baru saja mau dapat orgasme, nggak jadi deh. Dengan secepat kilat tanpa suara, kami segera membenahi pakaian kami masing-masing. Untung baju-baju kami terbuat dari bahan anti wrinkle jadi tidak ada bekas kusut. Inne segera merapikan rambutnya. Sementara otak saya berputar mencari cara bagaimana agar kami tidak tertangkap basah oleh siapapun orang yang memasuki ruang divisi kami.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Terdengar gumam, “U-uh, si Inne mana yah….?” Suara suami Inne, Harry. Saya berunding secara berbisik-bisik dengan Inne bagaimana kami bisa keluar dari ruangan tempat saya dan Inne berada secara bergantian tanpa kecurigaan suami Inne. Saya memutuskan keluar terlebih dahulu sambil memikirkan cara Inne keluar dari situ dengan aman. Bagian selanjutnya akan sangat tergantung dari improvisasi saya dan Inne.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah Inne berada di balik pintu, dan kami saling menilai pakaian dan keadaan kami sudah tidak mengundang kecurigaan, saya dengan hati-hati memutar anak kunci tanpa suara dan langsung membuka pintu ruangan kepala divisi, keluar dari ruangan itu dengan langkah yang saya usahakan sewajar-wajarnya. Pintu ruang otomatis menutup sendiri.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pura-pura saya terkejut dan berkata, “Eh, Mas Harry. Cari Inne yah. Wah, Inne tadi katanya ke lantai 4 mengambil print out data.”<br />
“Oh, ya?” kata Harry datar.<br />
“Mau dicari, Mas? Mari saya temani. Saya sebenarnya juga ingin mengambil hasil download data”, saya berharap Harry mau ikut saya dan Inne bisa keluar dengan selamat tanpa ketahuan. Tapi..</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Enggak usah, deh. Saya tunggu saja di sini, nanti Inne khan ke sini, janjiannya khan saya jemput di sini. Kalo nanti saya ke bawah malah bisa jadi seperti main petak umpet”, jawaban Harry memupuskan harapan saya. Saya harus cari jalan lain. Sejalan saya telah mengatakan akan ke lantai 4, saya berarti harus meninggalkan ruang ini.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saya meninggalkan ruang itu sambil berpikir keras dan mencari jalan keluar dari ‘big problem’ secara mulus. Was-was juga saya. Jangan sampai Harry iseng membuka pintu ruang kepala divisi. Aduh jangan deh. Di lantai 4, dengan tanpa harapan saya memandang ke luar ke pelataran parkir. Saya melihat mobil Inne parkir di tempat yang agak gelap. Timbul ide nakal saya. Saya telepon satpam lantai 6 tempat ruangan saya dan saya katakan saya satpam lantai dasar, minta tolong dia untuk mencari pemilik mobil Mazda familia merah, mobil Harry, yang ada di ruang system analis untuk memindahkan mobilnya ke tempat yang lebih aman dekat lobi. Untungnya satpam yang saya telepon percaya. Saya menunggu sampai akhirnya melihat Harry berjalan ke mobilnya. Langsung saya bergegas ke lantai 6.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sampai di sana saya langsung membuka ruang kepala divisi, Inne terkejut dan pucat, tapi begitu sadar yang membuka pintu adalah saya dan saya memberikan isyarat aman, ia langsung bertanya, “Gimana, Er?”<br />
“Udah. Entar kalo Harry datang lagi ke sini. Kompak saja kita bilang tadi ketemu di lantai 4, dan kamu baru saja ambil report di mainframe”, jawab saya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kami berdua langsung mengatur posisi duduk di ruang kerja masing-masing. Di saat genting itu Inne masih sempat mencium bibir saya dan meremas kontol saya. Sialan nih orang. Enggak tahu keadaan gawat. Harry datang lagi. Kelihatannya ia tidak curiga karena Inne langsung menyambut dengan mesra. Syukurlah. Mereka berbenah, dan pamit kepada saya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Er, saya duluan, yah. Eh, pekerjaan kamu yang tadi belum selesai, yah, nanti deh saya bantu menyelesaikannya”, Inne berkata begitu kepada saya sambil menatap penuh arti, tapi mimiknya membuat saya mengerti arti kata-katanya.<br />
“No problem. Masih panjang kok waktunya. Thanks”, jawab saya sekenanya sambil tersenyum. Duh, Inne memang menyukai menyerempet bahaya rupanya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Ketika saya tinggal sendirian di ruangan. Saya kembali ingat istri saya. Lagi-lagi saya tak mampu menahan hasrat ini. Inne menggairahkan sekali. Saya teringat pesan salah satu direksi saat saya mau menikah dan memutuskan untuk tinggal terpisah dengan istri saya. Katanya yang namanya suami istri itu haruslah jadi satu. Bahaya jika terpisah jauh. Suami istri adalah satu kesatuan. Jika salah satu lebih dekat dengan pihak ketiga, di situ pasti muncul masalah.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Mungkin beliau paham bahwa lelaki seperti saya adalah lelaki yang mudah tergoda dengan wanita lain. Atau sebaliknya, saya adalah saya adalah tipe lelaki idaman para wanita, dengan wajah saya yang cukup tampan, dan postur tubuh saya yang ideal, tinggi, tegap, kekar dan berisi, serta memiliki ukuran kejantanan di atas rata-rata orang Asia. Saya kini telah membuktikan kebenaran kata-katanya.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">VCD yang saya putar di komputer di telah habis. Saya merenung, inikah yang kehidupan yang saya pilih. Saya benar-benar tidak bisa melepaskan diri dari Inne. Secara seksual kami saling membutuhkan. Tidak lebih dari itu. Saya yakin di antara kami berdua tidak ada perasaan ingin memiliki. Hanya nafsu belaka. Kami berselingkuh untuk mengisi waktu saja. Kebetulan saja, kami merasa cocok satu sama lain, sehingga hubungan cabul ini terus berjalan. Selain itu, kami juga memiliki keluarga sendiri-sendiri, dan kami tidak ingin merusak segala yang ada, semuanya terlalu mahal untuk dipertaruhkan.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saya putar CD di komputer saya, lagu milik Tom Grant mengalun dengan lembut dan manis. Sementara pikiran saya makin tidak tenang, “Bagaimana saya bisa menatap wajah istri saya di akhir minggu ini?”</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Namun di antara rasa menyesal dan bersalah yang saya alami saat ini, saya akui ada fakta yang menyenangkan dalam affair ini. Rekor seks saya selama ini berhasil terpecahkan. Untuk pertama kalinya saya sanggup bercinta lebih dari 30 menit, tanpa keluar seperti sebelumnya. Modal yang bagus pikir saya, untuk membuat daya tahan seksual saya lebih meningkat di masa yang akan datang.</span></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Apapun konsekuensinya nanti dalam hubunganku dengan istriku, hubungan intim kami yang belum tuntas tadi, harus terpuaskan esok hari. Saya tersenyum membayangkan apa yang akan terjadi besok, jika kami berduaan lagi seperti tadi. Tentu saja tanpa gangguan sang suaminya yang bodoh itu. Saya pun yakin, permainan seksual kami akan lebih lama dan lebih nikmat lagi dari sebelumnya…</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://luxuryhotelandresort.blogspot.com/2011/12/kruger-national-park-hotels.html"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><img border="0" height="246" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMQSfTDxIHXH99ueBg25T_74g6QlYuo1e9QMvTx01rpz59DuDzt9MVuaG23MurtB516SJNH1O4t9EGTEuQiQLvQyzXBc3cCLhUUiZOox0OgGUX5yAF6kEd4uZv23z9WT11EC-gRqoIq-0/s320/bispak.gif" width="320" /></span></a></div><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #444444; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; margin-bottom: 1.4em; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: -webkit-auto; vertical-align: baseline;"><br />
</div></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-69093199907661845932011-12-08T10:47:00.000-08:002011-12-08T10:47:08.013-08:00Tubuh Mungil Regina.. ngentot abis<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px;">Ini adalah cerita tentang pengalamanku saat berhubungan seks dengan sahabat baikku, Regina H. Dharmawan. Pagi ini, aku kembali mendapat kuliah sore hari. Ah, daripada iseng, lebih baik aku ke rumah Regina. Sekalian dari sana pergi ke kampus bersama. Aku memarkir mobil di depan pintu pagar rumah Regina. Rumahnya tampak sepi. Jangan-jangan ia tak ada di rumah. Aku tekan bel pintu. Tak lama kemudian pembantunya keluar. “Ada perlu apa, Non?” tanyanya. “Ng.. Gina ada, Mbak?” “Ada, tunggu sebentar ya.” Sang pembantu masuk ke dalam rumah kembali. “Kata Non Gina, Non Irene disuruh langsung masuk saja. Non Gina lagi ada di kamarnya.” “Baiklah, Mbak.” Pembantu itu mengantarkan aku ke depan pintu kamar tidur Regina. Setelah pintu dibuka dari dalam aku segera masuk. Si pemilik kamar sedang duduk di atas tempat tidur seraya membaca buku. Astaga! Ia telanjang bulat. Tubuhnya yang indah itu tidak ditutupi oleh selembar benang pun. Tampaklah payudaranya yang montok dan padat. Ditengah-tengahnya terdapat puting susu yang tinggi, yang dikelilingi oleh lingkaran coklat, sementara bagian kemaluannya ditumbuhi rambut- rambut tipis.</span></span><br />
<a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"> Pahanya yang putih dan mulus menantang setiap lelaki untuk menjamahnya. “Ren, duduk di sini dong. Jangan bengong saja.” “Lho, kamu lagi ngapain, Gin?” tanyaku. “Rasanya hari ini aku lagi malas kuliah nih, Ren.” “Kenapa?” “Nggak tahu tuh. Pokoknya lagi malas.” “Tapi kamu nggak usah telanjang bulat kayak begitu dong”, kataku sambil menyodorkan kaus singlet kepadanya. Regina bukannya menerima pemberianku, namun ia malah menyeret tanganku sehingga aku jatuh telentang di atas kasur. Tiba-tiba Regina mencium bibirku, sementara tangannya meremas-remas payudaraku yang tidak begitu besar. “Gin! Aduh, kok kamu begini sih?! Jangan ah!” kataku sambil berusaha melepaskan diri. Akan tetapi Regina lebih kuat. Tubuhnya yang bugil menindih tubuhku. Akhirnya aku pasrah saja. Dengan perlahan-lahan Regina menanggalkan kaus oblong yang kukenakan.<span id="more-522" style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"> Ia menyelipkan tangannya ke balik mangkuk behaku lalu meremas payudaraku. Aku menggerinjal-gerinjal dibuatnya. Kemudian ia melepaskan beha yang kupakai sehingga terbukalah payudaraku yang kencang menantang. “Ya ampun, Ren. Buah dada kamu bagus amat. Biar nggak besar, tapi kencang dan kenyal lho”, kata Regina sambil mempermainkan puting susuku dengan jari- jemarinya yang lentik sehingga membuatku kegelian. Aku hanya tersenyum saja. Lalu ia meremas-remas payudaraku. Terasa kenyal dan ketat baginya. Aku semakin menggerinjal-gerinjal. Setelah itu mulutnya menghisap, mengulum, dan menyedot payudaraku. Lidahnya pun mempermainkan puting susuku yang mulai menegang. Kemudian ia menghisap-hisapnya laksana seorang bayi yang kehausan air susu ibunya. Setelah puas merambah payudaraku, Regina membuka celana panjangku. Tangannya meraba pahaku yang mulus. Lalu ia menurunkan celana dalamku, sehingga kami berdua bugil bagai dua orang bayi yang baru saja dilahirkan. Kemudian ia menyuruhku duduk. Ia menyodorkan payudaranya ke mulutku dan aku menerimanya. Aku lumat payudara yang kenyal itu dengan mulutku, sedangkan lidahku yang menyambar-nyambar seperti lidah ular, bergoyang-goyang mempermainkan puting susunya yang tinggi menggiurkan. Aku hisap puting susu itu yang semakin lama semakin menegang saja. Regina semakin memelukku dengan erat. “Ouuhh.. Irene.. ouuhh!” Aku dan Regina saling berpelukan. Kedua pasang payudara kami saling bersentuhan. Sejenak ada perasaan aneh yang menjalar ke seluruh tubuhku merasakan payudaranya yang kenyal. Demikian pula Regina yang merasakan payudaraku. Ia menggesek-gesekkan puting susunya ke puting susuku, sehingga kami berdua sama-sama mendesah. “Ouuhh.. ouuhh..” aku menjerit kecil tatkala lidah Regina mulai menjilati kemaluanku dan kemudian masuk menyusuri liang vaginaku. Ia menjilat-jilat bagian dalam “daerah terlarang”ku yang mulai basah itu. Aku menjerit lagi, ketika ujung lidahnya mempermainkan daging kecil yang menempel pada kewanitaanku itu. Lalu aku berdua berbuat serupa. Akhirnya kami berdua sama-sama kelelahan dan tergolek begitu saja di atas kasur. Tak lama kemudian, Regina bangkit. Ia mengambil es jeruk yang ada di meja di samping tempat tidurnya. Lalu ia menuangkan es jeruk itu ke kemaluanku. Aku menjerit kecil kedinginan. Sementara ia juga menuangkan es jeruk yang tersisa ke dalam kemaluannya sendiri. Tubuh Regina menindihku. Kepalanya menghadap ke selangkanganku. Demikian pula kepalaku menghadap ke selangkangannya. Lidahnya mulai menjilati kemaluanku. Ia menikmati er jeruk yang sudah mulai masuk ke dalam liang vaginaku. Lidahnya mengikuti aliran air jeruk itu sampai masuk ke dalam “gua keramat”ku itu. Dijilatinya dinding vaginaku, membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian. “Ouuhh.. Gina.. teruskan..!” desisku bernafsu. Regina melanjutkan penjelajahannya. Sementara itu di sisi lainnya, lidahku pun berbuat hal yang sama pada kemaluannya. Kami berdua dengan garang mempermainkan daging kecil yang berada di dalam liang kewanitaan lawan masing-masing. Kami berdua menggerinjal-gerinjal keras, sampai-sampai tubuh kami berdua jatuh ke lantai. Beberapa detik kemudian, tubuh kami berdua tergeletak di lantai berdampingan dalam keadaan loyo. Lelah memang, namun penuh dengan kenikmatan yang tak terhingga. Regina tersenyum. Tiba- tiba tangannya kembali meraih tubuhku dan mendekapku. Kembali payudara kami bersentuhan, sementara mulut kami saling melumat satu sama lain. Kami berbaring berhadap-hadapan, dengan kedua kakiku dan kakinya saling berselisipan dan kedua selangkangan kami saling menempel. Kemudian Regina menggesekkan kemaluannya pada kemaluanku berulang-ulang hingga kami berdua puas. TAMAT</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #f3f3f3;"><br />
</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://luxuryhotelandresort.blogspot.com/2011/12/luxury-hotels-class-apart.html"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><img border="0" height="246" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcQGTwaWeEvi4Mft7mpb6EpzHbhySeM9wm7KVbyblrnGU-lWTu0TJvSeZWG8nZ_toYbz_nxBlXwcMCbit2QY6XwfIMv_G74ASjoFrGUg2h2dQ_tjLKcEQ7MVUaPp2tpGBT99xT2KIIw2k/s320/bispak-bandung.gif" width="320" /></span></a></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br />
</span></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-48306950149927658972011-12-08T10:44:00.000-08:002011-12-08T10:44:55.125-08:00Nikmatnya meremas payudara bunga<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Namaku boy,aku tinggal di medan. Aku mau menceritakan pengalaman seksku dirumahku sendiri. Kejadian ini baru terjadi dua bulan yang lalu. Aku mempunyai seorang kakak,namanya dewi. Kak dewi orangnya cantik. Dia mempunyai tinggi badan 171cm,kulit putih bersih,dadanya kira2 36 dan pantatnya sangat montok. Aku sangat terangsang jika melihatnya. Suatu hari,tepatnya malam minggu.Waktu itu mama dan papaku sedang pergi.Aku sendiri juga lagi malas dirumah.Lalu aku pergi kerumah teman kuliahku.Jadi dirumah hanya kak dewi sendirian yang lagi nungguin pacarnya.Tapi dasar sial temanku juga lagi keluar.Lalu untuk ngilangin suntuk aku mutar-mutar(jalan2) sendirian.setelah puas jalan jalan aku pun pulang.sampai dirumah kulihat ada kenderaan pacar kak dewi didepan rumah.”aduh..jagain orang pacaran nih..”pikirku.Aku langsung masuk keteras.Tapi aku terkejut.Kulihat kak dewi sedang ditunggangin oleh pacarnya(ngentot).Kubatalkan niatku dan aku terus mengintip permainnan mereka.Aku benar2 terangsang melihat adegan tersebut.</span></div><a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Apalagi melihat kak dewi yang sedang bugil dan mendesah desah.Aku memperhatikan mereka dan mengelus-elus penisku.Terpaksa aku bersolo seks dan memuntahkannya di pot bunga.Lalu aku pergi lagi meninggalkan mereka berdua.setengah jam kemudian aku kembali dan kulihat mereka sedang duduk mesra diruang tengah.Kutegur mereka dan aku langsung masuk kekamarku.dikamar aku terus membayangkan kak dewi.selang beberapa menit aku keluar kamar dan kulihat cowoknya sudah pulang.Kulihat kak dewi masuk kekamarnya.lalu aku duduk sendirian di ruang tengah.Aku benar benar terangsang. Aku lalu bangkit dan masuk kekamar kak dewi. Rupanya kak dewi sedang ganti baju.Dia terkejut melihatku.”ngapain kamu?”tanyanya. “tadi kakak ngapain sama cowok kakak?”aku balik bertanya. Dia hanya diam.”emang kamu tahu?”tanyanya lagi. Aku hanya mengangguk. “Jangan bilang siapa-siapa ya..!”katanya lagi. “oke…tapi kakak harus mau begituan juga sama aku!”ujarku. “kamu mau juga ya…”katanya manja Dia lalu menarikku ketempat tidur. Dibukanya bajunya,lalu dibukanya juga bajuku.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Langsung dilumatnya penisku. Rasanya enak sekali. Diisapnya penisku sampai kusemprotkan spermaku didalam mulutnya. Aku cukup puas atas perlakuannya.Lalu dia menyuruhku menjilati vaginanya .oohh.. ahh.. erangnya. Lalu aku pindah meremas dan menjilati payudaranya. mmhh.. terus…. nggh.. Kujilati payudaranya, perutnya sampai kujilati lagi vaginanya. oh… ah…ena..k… erangnya. Nafsuku naik lagi. Penisku mulai berdiri lagi. Masu..kin aja… pintanya. Lalu kumasukin penisku dan memompanya. Rasanya enak sekali,penisku dijepit oleh otot vaginanya. ahh…. terus…. sayang…. jeritnya. Lalu dibaliknya tubuhku. Dengan posisi diatas,dia menggoyangkan pantatnya turun naik. Tangan ku meremas pantatnya yang montok. Payudaranya bergoyang-goyang. Aku mau keluar… erangku. Tahann… sayang…. ujarnya. Lalu ahh…. agh…. oh… kak dewi mengerang panjang pertanda orgasme. Dia terus bergoyang dan crot.. crot… crot… kusemburkan spermaku didalam vaginanya. Lalu dia mencium bibirku. Kami pun tergeletak bersampingan.<span id="more-519"></span></span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">”maksih kak.. betul-betul nikmat”ujarku sambil meremas payudaranya. “iya…. kamu hebat juga”katanya “maukan kakak beginian lagi..?”tanyaku “Kapan aja kamu pengen”ujarnya sambil tersenyum. Aku langsung keluar dan masuk kekamarku.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aku senang sekali.Aku terus minta jatah sama kak dewi.Kapan ada kesempatan kami pasti melakukannya dengan berbagai macam gaya. Aku juga sudah merasakan pantatnya yang montok. Waktu itu kak dewi lagi haid,jadi kusorong aja pantatnya.Rasanya sama-sama enak kok. Sampai pada suatu hari, Waktu itu aku pulang kuliah,kulihat pintu kamar kak dewi terbuka dan dia berbaring mengenakan handuk. Aku terangsang melihatnya. Aku masuk dan kubuka bajuku lalu kupeluk dan kucumbu.ah… jangan sekarang ! ada mama tuh! Ujarnya. Tapi aku tak perduli dan terus merangsangnya. Akhirnya dia pasrah. Kubuka handuknya dan kujilati payudaranya.Kak dewi mendesah. Lalu dia bangkit,menimpaku sambil berbalik.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kami melakukan gaya 69, Dikocoknya dan diisapnya penisku .Aku pun menjilati vaginanya sambil meremas pantatnya. Lagi asyik menjilat,tiba2 pintu kamar dibuka. Kami sangat terkejut.Ternyata mama sedang memergoki kami berbuat mesum. Mama masuk dan menutup pintu. Muka mamaku tampak marah melihat perbuatan kami. Aku dan kak dewi hanya bisa terdiam. Matanya menatap kami tajam. ”maafin kami ma!, ini salah boy. Boy yang ngajak kak dewi. Soalnya boy lagi terangsang! ujarku. “Kenapa harus kak dewi ?”tanya mamaku. “Daripada dengan psk lebih baik dengan aku ma!” sambung kak dewi “Lagi pula aku juga mau kok”ujar kak dewi membelaku. “terserah mama mau marah,kami kan udah gede dan punya hasrat seks yang harus disalurkan”ujarku. Mamaku terdiam sejenak “ya..udah terserah kalian.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tapi perbuatan kalian jangan sampai ketahuan papa!”ujarnya. “satu hal lagi boy,jangan sampai kak dewi hamil”katanya sambil menatapku. “ya…udah sebagai hukumannya mama mau lihat bagaimana kalian melepaskan hasrat seks kalian itu”ujarnya lagi.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aku dan kak dewi saling pandang.Lalu kami lanjutkan permainan kami.Aku mulai merangsang kak dewi lagi.Kujilati payudaranya.Lalu kujilati vaginanya.Ah…ssst..mmmh..desahnya. Tanpa lama2 kumasukkan penisku keliang vaginanya dan kugoyang. Akkh…ohh…ngghh…ah..ah…desahnya.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aku makin mempercepat kocokanku. Dan akhhhhhhh……ahhhhh ….akhhkhhh….jeritnya panjang. Kurasakan kak dewi sudah mencapai orgasme. Semakin cepat goyanganku.ck.ckk..ck…suara kocokan penisku divaginanya yang sudah basah bercampur cairan orgasmenya. ”mau keluar nih..”jeritku “dimulut ku aja!”ujarnya sambil menahan sodokan penisku Kucabut penisku. Kak dewi langsung menggenggam penisku dan mengocoknya dalam mulutnya.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Crott..crot…crot…crot kusemburkan spermaku kemulutnya sebanyak 8 kali. Mulutnya penuh dengan spermaku. Sampai menetes keluar dari sela mulutnya. Dan ditelannya semua. Aku terbaring puas,dan kak dewi menjilati penisku membersihkan sisa sperma. Kulihat mama menggelengkan kepalanya. Lalu mama pergi keluar dari kamar. Aku dan kak dewi hanya tersenyum. Kami akan lebih bebas melakukannya dirumah,walaupun mama mengetahuinya. Kami saling berpelukan dan berciuman. Aku lalu berpakaian dan masuk kekamarku.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dikamar aku masih memikirkan kejadian tadi. ”Mama tidak melarang aku ngeseks dengan kakakku sendiri. Berarti aku juga bisa ngeseks dengan mama”pikirku. Lagian body mama masih sip abis. Soalnya mamaku ikut fitnes. Walaupun usianya udah 44 tahun tapi masih oke(bukan membanggakan).Lagi pula mama pasti lebih berpengalaman. Aku berpikir lama mengenai ide gilaku ini. Kuputuskan,aku harus bisa merasakan ngeseks dengan mamaku sendiri.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Lalu aku keluar dan masuk kekamar mamaku.Kulihat mamaku berbaring membelakangiku. Kulihat pantatnya yang montok dan pahanya yang mulus. Kubuka bajuku semuanya. Dan sambil menelan ludah aku naik ketempat tidur dalam keadaan bugil. Kupeluk mamaku dari belakang dan kugesek penisku yang sudah tegang. Tiba2 mama terbangun “ngapain kamu,boy?”tanyanya. “pengen ngeseks sama mama”jawabku manja Aku langsung memeluknya dan menciumnya. Mamaku diam saja. Kubuka kimononya. Wow ..mama tidak pakai bh dan cd. Payudaranya besar(lebih besar dari kak dewi.kak dewi aja 36B) dan masih kencang.Vaginanya merah merekah. Pantas papa sayang terus sama mama.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aku langsung meremas payudaranya,menjilatinya dan menggigitnya. Mama hanya mendesah kecil. “jilatin anu mama ya….kayak kak dewi tadi…”pintanya sambil meraba vaginanya. Aku lalu menjilati vagina mama sambil memainkan klitorisnya dengan gigi dan lidahku.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Ahh…terus….sayang….okh..e.na.k……desah mama.Kepalaku dijepitnya dengan kedua pahanya dan rambutku dijambaknya.Agar aku terus menjilati vaginanya.10 menit lidahku menari divagina mamaku akhirnya mamaku orgasme juga.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kurasakan cairan hangat di lidahku.Lalu mama bangkit dan menyuruhku telentang.Mama lalu mengambil baby oil dan mengoleskan kepenisku.Lalu dikulumnya penisku dengan nikmat.ohhh…rasanya benar2 nikmat sampe ubun2. Isapan mama jauh lebih enak dari kak dewi. Aku merasakan kenikmatan yang dahsyat. Mama mengulum semua penisku beserta bah zakarku.Yang paling sensasi kurasakan saat mama mengocok penisku sambil menjilati lubang duburku.Wow benar2 asik dan nikmat.Aku sampai merinding kenikmatan.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sekitar 10 menitan kesemprotkan spermaku di depan wajah mamaku.Mama ku sibuk menjilati spermaku yang muncrat kemana mana. “wah..benar-benar nikmat ma…”ujarku. “mama jago istong(isap totong)”pujiku “Kamu juga jago jilatannya,mama sampe merinding”ujarnya “Papa kalo jilat kurang nikmat,lagian papa jarang mau jilat”ujarnya lagi “Gimana, mau dilanjutkan?”tanya mamaku “iya dong…aku kan mau ngerasain anunya mama!”ujarku sambil melihat vaginanya. “mama juga mau ngerasain sodokan penismu!”jawabnya manja. Lalu mama mengajakku kekamar mandi,untuk membersihkan vaginanya dan penisku.Kuhidupkan air dibathtub setinggi mata kaki. Kami berdua masuk dan kucumbu mama,kucium bibirnya dan kuremas-remas payudaranya. Kami berdua sangat bernafsu,terutama aku. Padahal aku sudah main sebelumnya dengan kak dewi.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aku sudah gak tahan untuk memasukkan penisku kevagina mama. Kutusukkan penisku dan bless..amblas semuanya terbenam. Kurasakan jepitan liang surga mama masih kuat. Kupompa penisku menghujam vagina mama. Kaki mama menjepit sisi bathtub.Ohhh…yeahh….ahhh….jerit mama.Sekitar 3 menit mama minta ganti posisi nyamping dengan posisi kaki belipat kearah samping dan aku menggoyang dari atas menyodok vagina mama. Mama tampak sangat menikmatinya. Lalu mama minta gaya doggie style. Kami bangkit dan mama nungging bertumpuan dengan sisi bathtub.Kusodok vagina mama dari belakang.Mama mendesah campur menjerit kecil. Pantatnya yang montok beradu dengan pangkal pahaku.Kupeluk mamaku dari belakang sambil terus bergoyang perlahan.meremas payudaranya.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">”Ma…masukin ke lubang anus ya…”bisikku “pelan2 mama belum pernah ….”jawabnya Kucabut penisku dan kumasukkan pelan pelan kelubang anus mamaku. Mamaku merintih kecil menahan sakit. Lubang anus mama memang belum pernah dijamah. Masih terasa ketat. Kugoyang perlahan-lahan sambil tanganku mengusap-usap bibir vaginannya dari belakang .Oh… ahhhk…… oh… nikmat… mama mendesah.Sekitar 4 menit kucabut penisku kubalikkan tubuh mama dan satu kakinya kuangkat dan kuletakkan diwashtafel.Kumasukkan penisku lagi dan kugoyang lagi.sekitar 1 menit,kuangkat mama dan kutidurkan di lantai kamar mandi.Kakinya mengangkang dan aku mulai mengenjotnya lagi. ahh.. ohhh…. akhh….. mama terus menjerit merasakan nikmatnya.Dan ohhh….. ahh……. mama melenguh sambil memejamkan matanya menikmati orgasmenya.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aku terus bergoyang.Lalu aku mengakhiri permainanku dengan semprotan spermaku didalam rahim mama tempat aku dikandung dulu.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aku benar-benar puas. Aku mencium mama. “makasih ma…. permainan mama sangat hebat”pujiku “mama mau kan…ngeseks sama boy lagi…?”tanyaku mamaku tersenyum dan mengangguk “asal… jangan tahu papa ya…..!”katanya Aku Cuma tersenyum. Lalu kami mandi bersama dalam bathtub.Malamnya aku terlelap tidur. Esok paginya,aku bangun pukul 7 pagi dan bersiap mandi.Kulihat papa dan kak dewi sedang sarapan,sedangkan mama sedang didapur.Kudatangi mama dan kuremas pantatnya. “aduh…. kamu nakal ya…”ujarnya. Kubuka celanaku dan kukelurkan penisku yang tegang.Kugesekkan ke pantat mamaku.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“ma…ayo.. dong…”bujukku “gak..ah…ntar dilihat papa!”tolaknya “please…..”rayuku “isap aja ya….”tawar mamaku “ya..deh..!”sahutku lalu mama jongkok dan mengisap penisku.Mataku meram melek menahan nikmatnya.Sampai kusemburkan lahar hangat kemulut mama.Lalu aku mandi dan berangkat kuliah.Dikampus aku rasanya pengen cepat pulang. Pukul 2 siang aku tiba dirumah.Kupanggil kak dewi dan mama kekamarku. “Gimana….kalo kita main bertiga”usulku “hah..!!!”jawab mama dan kak dewi serentak.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Aduh.. nih…anak.. nafsu amat ya…”ujar mamaku “kayaknya asyik juga tuh.”sahut kak dewi Kak dewi langsung membuka bajunya.Dan menimpaku.Bibirku dilumatnya sambil tangannya melucuti pakaianku. Mama akhirnya membuka bajunya dan ikut bergabung. Mama langsung mengisap penisku sambil menjilatinya.S edangkan aku menjilati vagina kak dewi.Lalu kusuruh mama tidur telentang sambil mengangkang.Kujilati vagina mama dan kak dewi menjilati dan meremas remas payudara mama. sssst….. enaaak…. ahhh….. erang mama.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Lalu gantian,kujilati vagina kak dewi dan mama menjilati payudara kak dewi. Aku mulai memasukkan penisku kevagina kak dewi dan memompanya. Sedangkan mama menjilati payudara kak dewi sambil menggosok2 vaginanya sendiri.aahhh…ohhh..oh….kak dewi menjerit kecil berbarengan dengan deru napasnya yang tidak teratur.Kupercepat goyanganku.Aku harus membuat kak dewi orgasme terlebih dahulu .</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Beberapa saat kemudian kak dewi mengerang puas ah.a.h..ah.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">ah.ah.ahhhhhhhhhhhh.. ha.. sambil nafasnya agak tersenggal.Penisku terasa dijepit otot vagina kak dewi yang yang berkontraksi.Kucabut penisku dan kutarik mamaku.Lalu kumasukkan penisku ke liang surganya dan kugoyang.Mama ku hanya mendesah kecil.Aku menikmati goyanganku.Aku lalu membalikkan tubuh mama keatas.Mama bergoyang bagai menaiki kuda.Tanganku meremas-remas pantat mama dan membantunya turun naik. oooo… ahhhh….. yehhh…… erang mama sambil memejamkan matanya.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Payudaranya bergantung dan bergoyang. ohhhhh…ahhhhhhhhh….. kudengar erangan mamaku sambil memejamkan mata dan menahan ludah.Kurasakan mama sudah orgasme.Kupeluk mama dan kubalikkan badannya.Kak dewi langsung mendekat dan menjilati payudara mama.Aku langsung menggenjot mamaku lagi dengan posisi mama telentang.Sekitar dua menitan, kurasakan aku mau mencapai puncak.Langsung kucabut penisku dan kusemburkan ke mulut kak dewi dan mama.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Mereka berebutan.spermaku muncrat kewajah mereka berdua.Aku lalu terduduk lemas.Kulihat mama dan kak dewi saling menjilati spermaku yang muncrat kewajah mereka.Setelah 10 menit kak dewi keluar dari kamarku.Dan aku memainkan satu ronde lagi dengan mamaku.Dan kuakhiri dengan semburan sperma didalam lubang anusnya.Setelah itu mama keluar dan mandi.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sekarang aku benar-benar betah dirumah,kapan saja ada saja yang melayaniku(mama dan kak dewi).Hampir tiap pagi aku mendapat jatah istong dari mama.Tapi semua udah kuatur.Kalo siang aku mainnya sama mama,dan kalo malam malam lagi pengen,aku mainnya sama kak dewi.Tapi kadang ngak tentu juga,yang mana aja.Kalo papa gak ada kami main bertiga.Apalagi kalo papa keluar kota kami makin bebas tidur sama.Bahkan aku pernah bolos kuliah karena kecapekan melayani mama dan kak dewi.Kejadian ini membuatku betah dirumah.Rumahku bagaikan surga bagiku.</span></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://luxuryhotelandresort.blogspot.com/2011/12/luxury-hotels-class-apart.html"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7abUYb-EjU3RA6cDsdOzqH6o42Lac8AoypzLsmb_YOEvk0gD_QRrO6ZBBusRaFLSp4ezbxxTBvhEsrpaMQIkhGR7omI0iqR3gDPl_Uxjs5LrhWACoqE4SCq14XEuoL6X2SDNXNW5GZUU/s1600/4ed62ead3b1e2-iyiooj.jpg" /></span></a></div><div style="font-family: 'Lucida Grande', Verdana, Arial, sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;"><br />
</div></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-19382630712321402782011-11-29T09:25:00.000-08:002011-11-29T09:25:37.075-08:00Birahi Tante Semok<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px;">Apa yang akan kuceritakan ini terjadi beberapa tahun yang lalu, sewaktu aku masih kuliah sebagai mahasiswa teknik di Bandung tahun 90-an. Kejadiannya sendiri akan kuceritakan apa adanya, tetapi nama-nama dan lokasi aku ubah untuk menghormati privasi mereka yang terlibat. Menginjak tahun kedua kuliah, aku bermaksud pindah tempat kos yang lebih baik. Ini biasa, mahasiswa tahun pertama pasti dapat tempat kos yang asal-asalan. Baru tahun berikutnya mereka bisa mendapat tempat kos yang lebih sesuai selera dan kebutuhan. Setelah “hunting” yang cukup melelahkan akhirnya aku mendapatkan tempat kos yang cukup nyaman di daerah Dago Utara. Untuk ukuran Bandung sekalipun, daerah ini termasuk sangat dingin apalagi di waktu malam. Kamar kosku berupa paviliun yang terpisah dari rumah utama. Ada dua kamar, yang bagian depan diisi oleh Sahat, mahasiswa kedokteran yang kutu buku dan rada cuek. Aku sendiri dapat yang bagian belakang, dekat dengan rumah utama. Bapak kosku, Om Rahmat adalah seorang dosen senior di beberapa perguruan tinggi. Istrinya, Tante Nita, wanita yang cukup menarik meskipun tidak terlalu cantik. Tingginya sekitar 163 cm dengan perawakan yang sedang, tidak kurus dan tidak gemuk. </span></span><br />
<a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Untuk ukuran seorang wanita dengan 2 anak, tubuh Tante Nita cukup terawat dengan baik dan tampak awet muda meski sudah berusia di atas 40 tahun. Maklumlah, Tante Nita rajin ikut kelas aerobik. Kedua anak mereka kuliah di luar negeri dan hanya pulang pada akhir tahun ajaran. Karena kesibukannya sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi, Om Rahmat agak jarang di rumah. Tapi Tante Nita cukup ramah dan sering mengajak kami ngobrol pada saat-saat luang sehingga aku pribadi merasa betah tinggal di rumahnya. Mungkin karena Sahat agak cuek dan selalu sibuk dengan kuliahnya, Tante Nita akhirnya lebih akrab denganku.<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; text-align: -webkit-auto;"> Aku sendiri sampai saat itu belum pernah berpikir untuk lebih jauh dari sekedar teman ngobrol dan curhat. Tapi rupanya tidak demikian dengan Tante Nita…. “Doni, kamu masih ada kuliah hari ini?”, tanya Tante Nita suatu hari. “Enggak tante…” “Kalau begitu bisa anterin tante ke aerobik?” “Oh, bisa tante…” Tante Nita tampak seksi dengan pakaian aerobiknya, lekuk-lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas. Kamipun meluncur menuju tempat aerobik dengan menggunakan mobil Kijang Putih milik Tante Nita. Di sepanjang jalan Tante Nita banyak mengeluh tentang Om Rahmat yang semakin jarang di rumah. “Om Rahmat itu egois dan gila kerja, padahal gajinya sudah lebih dari cukup tapi terus saja menerima ditawari jadi dosen tamu dimana-mana…” “Yach, sabar aja tante.. itu semua khan demi tante dan anak-anak juga,” kataku mencoba menghibur. “Ah..Doni, kalau orang sudah berumah tangga, kebutuhan itu bukan cuma materi, tapi juga yang lain. Dan itu yang sangat kurang tante dapatkan dari Om.” Tiba- tiba tangan Tante Nita menyentuh paha kiriku dengan lembut, “Biarpun begini, tante juga seorang wanita yang butuh belaian seorang laki-laki… tante masih butuh itu dan sayangnya Om kurang peduli.” Aku menoleh sejenak dan kulihat Tante Nita menatapku dengan tersenyum. Tante Nita terus mengelus-elus pahaku di sepanjang perjalanan. Aku tidak berani bereaksi apa-apa kecuali, takut membuat Tante Nita tersinggung atau disangka kurang ajar. Keluar dari kelas aerobik sekitar jam 4 sore, Tante Nita tampak segar dan bersemangat. Tubuhnya yang lembab karena keringat membuatnya tampak lebih seksi. “Don, waktu latihan tadi tadi punggung tante agak terkilir… kamu bisa tolong pijitin tante khan?” katanya sambil menutup pintu mobil. “Iya… sedikit- sedikit bisa tante,” kataku sambil mengangguk. Aku mulai merasa Tante Nita menginginkan yang lebih jauh dari sekadar teman ngobrol dan curhat. Terus terang ini suatu pengalaman baru bagiku dan aku tidak tahu bagaimana harus menyikapinya. Sepanjang jalan pulang kami tidak banyak bicara, kami sibuk dengan pikiran dan khayalan masing-masing tentang apa yang mungkin terjadi nanti. Setelah sampai di rumah, Tante Nita langsung mengajakku ke kamarnya. Dikuncinya pintu kamar dan kemudian Tante Nita langsung mandi. Entah sengaja atau tidak, pintu kamar mandinya dibiarkan sedikit terbuka. Jelas Tante Nita sudah memberiku lampu kuning untuk melakukan apapun yang diinginkan seorang laki-laki pada wanita. Tetapi aku masih tidak tahu harus berbuat apa, aku hanya terduduk diam di kursi meja rias. “Doni sayang… tolong ambilkan handuk dong…” nada suara Tante Nita mulai manja. Lalu kuambil handuk dari gantungan dan tanganku kusodorkan melalui pintu sambil berusaha untuk tidak melihat Tante Nita secara langsung. Sebenarnya ini tindakan bodoh, toh Tante Nita sendiri sudah memberi tanda lalu kenapa aku masih malu-malu? Aku betul-betul salah tingkah. Tidak berapa lama kemudian Tante Nita keluar dari kamar mandi dengan tubuh dililit handuk dari dada sampai paha. Baru kali ini aku melihat Tante Nita dalam keadaan seperti ini, aku mulai terangsang dan sedikit bengong. Tante Nita hanya tersenyum melihat tingkah lakuku yang serba kikuk melihat keadaannya. “Nah, sekarang kamu pijitin tante ya… ini pakai body- lotion…” katanya sambil berbaring tengkurap di tempat tidur. Dibukanya lilitan handuknya sehingga hanya tertinggal BH dan CD-nya saja. Aku mulai menuangkan body- lotion ke punggung Tante Nita dan mulai memijit daerah punggungnya. “Tante, bagian mana yang sakit…” tanyaku berlagak polos. “Semuanya sayang… semuanya… dari atas sampai ke bawah. Bagian depan juga sakit lho…nanti Doni pijit ya…” kata Tante Nita sambil tersenyum nakal. Aku terus memijit punggung Tante Nita, sementara itu aku merasakan penisku mulai membesar. Aku berpikir sekarang saatnya menanggapi ajakan Tante Nita dengan aktif. Seumur hidupku baru kali inilah aku berkesempatan menyetubuhi seorang wanita. Meskipun demikian dari film-film BF yang pernah kutonton sedikit banyak aku tahu apa yang harus kuperbuat… dan yang paling penting ikuti saja naluri… “Tante sayang…, tali BH-nya boleh kubuka?” kataku sambil mengelus pundaknya. Tante Nita menatapku sambil tersenyum dan mengangguk. Aku tahu betul Tante Nita sama sekali tidak sakit ataupun cedera, acara pijat ini cuma sarana untuk mengajakku bercinta. Setelah tali BH-nya kubuka perlahan-lahan kuarahkan kedua tanganku ke-arah payudaranya. Dengan hati-hati kuremas-remas payudaranya… ahh lembut dan empuk. Tante Nita bereaksi, ia mulai terangsang dan pandangan matanya menatapku dengan sayu. Kualihkan tanganku ke bagian bawah, kuselipkan kedua tanganku ke dalam celana dalamnya sambil pelan-pelan kuremas kedua pantatnya selama beberapa saat. Tante Nita dengan pasrah membiarkan aku mengeksplorasi tubuhnya. Kini tanganku mulai berani menjelajahi juga bagian depannya sambil mengusap-usap daerah sekitar vaginanya dengan lembut. Jantungku brdebar kencang, inilah pertamakalinya aku menyentuh vagina wanita dewasa… Perlahan tapi pasti kupelorotkan celana dalam Tante Nita. Sekarang tubuh Tante Nita tertelungkup di tempat tidur tanpa selembar benangpun… sungguh suatu pemandangan yang indah. Aku kagum sekaligus terangsang. Ingin rasanya segera menancapkan batang kemaluanku ke dalam lubang kewanitaannya. Aku memejamkan mata dan mencoba bernafas perlahan untuk mengontrol emosiku. Seranganku berlanjut, kuselipkan tanganku diantara kedua pahanya dan kurasakan rambut kemaluannya yang cukup lebat. Jari tengahku mulai menjelajahi celah sempit dan basah yang ada di sana. Hangat sekali raanya. Kurasakan nafas Tante Nita mulai berat, tampaknya dia makin terangsang oleh perbuatanku. “Mmhh… Doni… kamu nakal ya…” katanya. “Tapi tante suka khan…?” “Mmhh.. terusin Don… terusin… tante suka sekali.” Jariku terus bergerilya di belahan vaginanya yang terasa lembut seperti sutra, dan akhirnya ujung jariku mulai menyentuh daging yang berbentuk bulat seperti kacang tapi kenyal seperti moci Cianjur. Itu klitoris Tante Nita. Dengan gerakan memutar yang lembut kupermainkan klitorisnya dengan jariku dan diapun mulai menggelinjang keenakan. Kurasakan tubuhnya sedikit bergetar tidak teratur. Sementara itu aku juga sudah semakin terangsang, dengan agak terburu-buru pakaiankupun kubuka satu-persatu hingga tidak ada selembar benangpun menutup tubuhku, sama seperti Tante Nita. Kukecup leher Tante Nita dan dengan perlahan kubalikkan tubuhnya. Sesaat kupandangi keindahan tubuhnya yang seksi. Payudaranya cukup berisi dan tampak kencang dengan putingnya yang berwarna kecoklatan memberi pesona keindahan tersendiri. Tubuhnya putih mulus dan nyaris tanpa lemak, sungguh-sungguh Tante Nita pandai merawat tubuhnya. Diantara kedua pahanya tampak bulu- bulu kemaluan yang agak basah, entah karena baru mandi atau karena cairan lain. Sementara itu belahan vaginanya samar- samar tampak di balik bulu-bulu tersebut. Aku tidak habis pikir bagaimana mungkin suaminya bisa sering meninggalkannya dan mengabaikan keindahan seperti ini. “Tante seksi sekali…” kataku terus terang memujinya. Kelihatan wajahnya langsung memerah. “Ah.. bisa aja kamu merayu tante… kamu juga seksi lho Don… lihat tuh burungmu sudah siap tempur… ayo jangan bengong gitu… terusin pijat seluruh badan tante….,” kata Tante Nita sambil tersenyum memperhatikan penisku yang sudah mengeras dan mendongak ke atas. Aku mulai menjilati payudara Tante Nita sementara itu tangan kananku perlahan-lahan mempermainkan vagina dan klitorisnya. Kujilati kedua bukit payudaranya dan sesekali kuhisap serta kuemut putingnya dengan lembut sambil kupermainkan dengan lidahku. Tante Nita tampak sangat menikmati permainan ini sementara tangannya meraba dan mempermainkan penisku. Aku ingin sekali menjilati kewanitaan Tante Nita seperti dalam adegan film BF yag pernah kutonton. Perlahan-lahan aku mengubah posisiku, sekarang aku berlutut di atas tempat tidur diantara kedua kaki Tante Nita. Dengan perlahan kubuka pahanya dan kulihat belahan vaginanya tampak merah dan basah. Dengan kedua ibu jariku kubuka bibir vaginanya dan terlihatlah liang kewanitaan Tante Nita yang sudah menanti untuk dipuaskan, sementara itu klitorisnya tampak menyembul indah di bagian atas vaginanya. Tanpa menunggu komando aku langsung mengarahkan mulutku ke arah vagina Tante Nita. Kujilati bibir vaginanya dan kemudian kumasukkan lidahku ke liang vaginanya yang terasa lembut dan basah. “Mmhhh.. aahhh” desahan nikmat keluar dari mulut Tante Nita saat lidahku menjilati klitorisnya. Sesekali klitorisnya kuemut dengan kedua bibirku sambil kupermainkan dengan lidah. Aroma khas vagina wanita dan kehangatannya membuatku makin bersemangat, sementara itu Tante Nita terus mendesah-desah keenakan. Sesekali jari tanganku ikut membantu masuk ke dalam lubang vaginanya. “Aduuh.. Donii… enak sekali sayang… iya sayang… yang itu enak.. emmhh .. terus sayang… pelan- pelan sayang… iya… gitu sayang… terus.. aduuh.. aahh… mmhh..” katanya mencoba membimbingku sambil kedua tangannya terus menekan kepalaku ke selangkangannya. Tidak berapa lama kemudian pinggul Tante Nita mulai berkedut- kedut, gerakannya terasa makin bertenaga, lalu pinggulnya maju-mundur dan berputar-putar tak terkendali. Sementara itu kedua tangannya semakin keras mencengkeram rambutku. “Doni.. Tante mau keluaar… aah.. uuh..aahh…oooh…. adduuh… sayaaang… Doniiii…. terus jilat itu Don… teruus… aduuuh… aduuuh…tante keluaaar…” bersamaan dengan itu kepalaku dijepit oleh kedua pahanya sementara lidah dan bibirku terus terbenam menikmati kehangatan klitoris dan vaginanya yang tiba-tiba dibanjiri oleh cairan orgasmenya. Beberapa saat tubuh Tante Nita meregang dalam kenikmatan dan akhirnya terkulai lemas sambil matanya terpejam. Tampak bibir vaginanya yang merah merekah berdenyut-denyut dan basah penuh cairan. “Doni.. enak banget…. sudah lama tante nggak ngerasain yang seperti ini…” katanya perlahan sambil membuka mata. Aku langsung merebahkan diri di samping Tante Nita, kubelai rambut Tante Nita lalu bibir kami beradu dalam percumbuan yang penuh nafsu. Kedua lidah kami saling melilit, perlahan-lahan tanganku meraba dan mempermainkan pentil dan payudaranya. Tidak berapa lama kemudian tampaknya Tante Nita sudah mulai naik lagi. Nafasnya mulai memburu dan tangannya meraba- raba penisku dan meremas-remas kedua buah bola pingpongku. “Doni sayang… sekarang gantian tante yang bikin kamu puas ya…” katanya sambil mengarahkan kepalanya ke arah selangkanganku. Tidak berapa lama kemudian Tante Nita mulai menjilati penisku, mulai dari arah pangkal kemudian perlahan-lahan sampai ke ujung. Dipermainkannya kepala penisku dengan lidahnya. Wow.. nikmat sekali rasanya… tanpa sadar aku mulai melenguh-lenguh keenakan. Kemudian seluruh penisku dimasukkan ke dalam mulutnya. Tante Nita mengemut dan sekaligus mempermainkan batang kemaluanku dengan lidahnya. Kadang dihisapnya penisku kuat- kuat sehingga tampak pipinya cekung. Kurasakan permainan oral Tante Nita sungguh luar biasa, sementara dia mengulum penisku dengan penuh nafsu seluruh tubuhku mulai bergetar menahan nikmat. Aku merasakan penisku mengeras dan membesar lebih dari biasanya, aku ingin mengeluarkan seluruh isinya ke dalam vagina Tante Nita. Aku sangat ingin merasakan nikmatnya vagina seorang wanita untuk pertama kali…. “Tante… Doni pengen masukin ke punya tante… ” kataku sambil mencoba melepaskan penisku dari mulutnya. Tante Nita mengangguk setuju, lalu ia membiarkan penisku keluar dari mulutnya. “Terserah Doni sayang… keluarin aja semua isinya ke dalam veggie tante… tante juga udah pengen banget ngerasain punya kamu di dalam sini….” Perlahan kurebahkan Tante Nita disebelahku, Tante Nita langsung membuka kedua pahanya mempersilahkan penisku masuk. Samar-samar kulihat belahan vaginanya yang merah. Dengan perlahan kubuka belahan vaginanya dan tampaklah lubang vagina Tante Nita yang begitu indah dan menggugah birahi dan membuat jantungku berdetak keras. Aku takut kehilangan kontrol melihat pemandangan yang baru pertama kali aku alami, aku berusaha keras mengatur nafasku supaya tidak terlarut dalam nafsu…. Perlahan- lahan kupermainkan klitorisnya dengan jempol sementara jari tengahku masuk ke lubang vaginanya. Tidak berapa lama kemudian Tante Nita mulai menggerak- gerakkan pinggulnya, “Doni sayang.. masukin punyamu sekarang, tante udah siap…” Kuarahkan penisku yang sudah mengeras ke lubang vaginanya, aku sudah begitu bernafsu ingin segera menghujamkan batang penisku ke dalam vagina Tante Nita yang hangat. Tapi mungkin karena ini pengalaman pertamaku aku agak kesulitan untuk memasukkan penisku. Rupanya Tante Nita menyadari kesulitanku. Dia memandangku dengan tersenyum….. “Ini pengalaman pertama ya Don….” “Iya tante….” jawabku malu-malu. “Tenang aja… nggak usah buru-buru… tante bantu…” katanya sambil memegang penisku. Diarahkannya kepala penisku ke dalam lubang vaginanya sambil tangan yang lain membuka bibir vaginanya, lalu dengan sedikit dorongan ke depan…masuklah kepala penisku ke dalam vaginanya. Rasanya hangat dan basah…. sensasinya sungguh luar biasa. Akhirnya perlahan tapi pasti kubenamkan seluruh penisku ke dalam vagina Tante Nita, aah.. nikmatnya. “Aaahh… Donii.. eemh…” Tante Nita berbisik perlahan, dia juga merasakan kenikmatan yang sama. Sekalipun sudah diatas 40 tahun vagina Tante Nita masih terasa sempit, dinding-dindingnya terasa kuat mencengkeram penisku. Aku merasakan vaginanya seperti meremas penisku dengan gerakan yang berirama. Luar biasa nikmat rasanya…. Perlahan kugerakkan pinggulku turun naik, Tante Nita juga tidak mau kalah, pinggulnya bergerak turun naik mengimbangi gerakanku. Tangannya mencengkeram erat punggungku dan tanganku membelai rambutnya sambil meremas-remas payudaranya yang empuk. Sementara itu bibir kami berpagutan dengan liar…. Baru beberapa menit saja aku sudah mulai merasa seluruh tubuhku bergetar dijalari sensasi nikmat yang luar biasa… maklumlah ini pengalaman pertamaku… kelihatannya tidak lama lagi aku akan mencapai puncak orgasme. “Tante… Doni sudah hampir keluar…. aaah…uuh…” kataku berusaha keras menahan diri. “Terusin aja Don… kita barengan yaa…. tante juga udah mau keluar… aahh… Doni… tusuk yang kuat Don… tusuk sampai ujung sayang… mmhh….” Kata- kata Tante Nita membuatku makin bernafsu dan aku menghujamkan penisku berkali-kali dengan kuat dan cepat ke dalam vaginanya. “Aduuh…Doni udah nggak tahan lagi…” aku benar-benar sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi, pantatku bergerak turun naik makin cepat dan penisku terasa membesar dan berdenyut-denyut bersiap mencapai puncak di dalam vagina Tante Nita. Sementara itu Tante Nita juga hampir mencapai orgasmenya yang kedua. “Ayoo Don… tante juga mau…ahhhh…ahhh kamu ganas sekali……. aaaahhh…. Doniii…. sekarang Don…. keluarin sekarang Don… tante udah nggak tahan… mmmhhh”. Tante Nita juga mulai kehilangan kontrol, kedua kakinya dijepitkan melingkari pinggulku dan tangannya mencengkeram keras punggungku. Dan kemudian aku melancarkan sebuah tusukan akhir yang maha dahsyat… “Tante…aaaa… aaaagh….Doni keluaaaar…..aagh..” aku mendesah sambil memuncratkan seluruh spermaku ke dalam liang kenikmatan Tante Nita. Bersamaan dengan itu Tante Nitapun mengalami puncak orgasmenya, “Doniii…. aduuuh……tante jugaa….aaaah… I’m cumming honey… aaaahh…..aah….” Kami berpelukan lama sekali sementara penisku masih tertanam dengan kuat di dalam vagina Tante Nita. Ini sungguh pengalaman pertamaku yang luar biasa…. aku betul-betul ingin meresapi sisa-sisa kenikmatan persetubuhan yang indah ini. Akhirnya aku mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, seluruh persendianku terasa lepas dari tempatnya. Kulepaskan pelukanku dan perlahan-lahan kutarik penisku yang mulai sedikit melemah karena kehabisan energi. Lalu aku terbaring lemas di sebelah Tante Nita yang juga tergolek lemas dengan mata masih terpejam dan bibir bawahnya sedikit digigit. Kulihat dari celah vaginanya cairan spermaku meleleh melewati sela-sela pahanya. Rupanya cukup banyak juga spermaku muntah di dalam Tante Nita. Tak lama kemudian Tante Nita membuka matanya dan tersenyum padaku, “Gimana sayang…enak?” katanya sambil menyeka sisa spermaku dengan handuk. Aku hanya mengangguk sambil mengecup bibirnya. “Tante nggak nyangka kalau kamu ternyata baru pertama kali “making- love”. Soalnya waktu “fore-play” tadi nggak kelihatan, baru waktu mau masukin penis tante tahu kalau kamu belum pengalaman. By the way, Tante senang sekali bisa dapat perjaka ting-ting seperti kamu. Tante betul- betul menikmati permainan ini. Kapan- kapan kalau ada kesempatan kita main lagi mau Don…?” Aku hanya diam tersenyum, betapa tololnya kalau aku jawab tidak. Tante Nita membaringkan kepalanya di dadaku, kami terdiam menikmati perasaan kami masing-masing selama beberapa saat. Tapi tidak sampai 5 menit, energiku mulai kembali. Tubuh wanita matang yang bugil dan tergolek dipelukanku membuat aku kembali terangsang, perlahan- lahan penisku mulai membesar. Tangan kananku kembali meraba payudara Tante Nita dan membelainya perlahan. Dia memandangku dan tersenyum, tangannya meraih penisku yang sudah kembali membesar sempurna dan digenggamnya erat-erat. “Sudah siap lagi sayang…? Sekarang tante mau di atas ya…?” katanya sambil mengangkangi aku. Dibimbingnya penisku ke arah lubang vaginanya yang masih basah oleh spermaku. Kali ini dengan lancar penisku langsung meluncur masuk ke dalam vagina Tante Nita yang sudah sangat basah dan licin. Kini Tante Nita duduk diatas badanku dengan penisku terbenam dalam-dalam di vaginanya. Tangannya mencengkeram lenganku dan kepalanya menengadah ke atas dengan mata terpejam menahan nikmat. “Aahh… Doni… penismu sampai ke ujung… uuh…. mmhh… aahhh” katanya mendesah-desah. Gerakan Tante Nita perlahan tapi penuh energi, setiap dorongannya selalu dilakukan dengan penuh energi sehingga membuat penisku terasa masuk begitu dalam di liang vaginanya. Pantat Tante Nita terus bergerak naik turun dan berputar- putar, kadang-kadang diangkatnya cukup tinggi sehingga penisku hampir terlepas lalu dibenamkan lagi dengan kuat. Sementara itu aku menikmati goyangan payudaranya yang terombang-ambing naik- turun mengikuti irama gerakan binal Tante Nita. Kuremas-remas payudaranya dan kupermainkan pentilnya sehingga membuat Tante Nita makin bergairah. Gerakan Tante Nita makin lama makin kuat dan dia betul-betul melupakan statusnya sebagai seorang istri dosen yang terhormat. Saat itu dia menampilkan dirinya yang sesungguhnya dan apa adanya… seorang wanita yang sedang dalam puncak birahi dan haus akan kenikmatan. Akhirnya gerakan kami mulai makin liar dan tak terkontrol… “Doni… tante sudah mau keluar lagi…. aaah… mmmhh.. uuuughhh…” “Ayoo tante… Doni juga udah nggak tahan…” Akhirnya dengan sebuah sentakan yang kuat Tante Nita menekan seluruh berat badannya ke bawah dan penisku tertancap jauh ke dalam liang vaginanya sambil memuncratkan seluruh muatan… Tangan Tante Nita mencengkeram keras dadaku, badannya melengkung kaku dan mulutnya terbuka dengan gigi yang terkatup rapat serta matanya terpejam menahan nikmat. Setelah beberapa saat akhirnya Tante Nita merebahkan tubuhnya di atasku, kami berdua terkulai lemas kelelahan. Malam itu untuk pertama kalinya aku tidur di dalam kamar Tante Nita karena dia tidak mengijinkan aku kembali ke kamar. Kami tidur berdekapan tanpa sehelai busanapun. Pagi harinya kami kembali melakukan persetubuhan dengan liar… Tante Nita seolah-olah ingin memuaskan seluruh kerinduannya akan kenikmatan yang jarang didapat dari suaminya. Semenjak saat itu kami sering sekali melakukannya dalam berbagai kesempatan. Kadang di kamarku, kadang di kamar Tante Nita, atau sesekali kami ganti suasana dengan menyewa kamar hotel di daerah Lembang untuk kencan short-time. Kalau aku sedang “horny” dan ada kesempatan, aku mendatangi Tante Nita dan mengelus pantatnya atau mencium lehernya. Kalau OK Tante Nita pasti langsung menggandeng tanganku dan mengajakku masuk ke kamar. Sebaliknya kalau Tante Nita yang “horny”, dia tidak sungkan- sungkan datang ke kamarku dan langsung menciumi aku untuk mengajakku bercinta. Semenjak berhasil merenggut keperjakaanku Tante Nita tidak lagi cemberut dan uring-uringan kalau Om Rahmat pergi tugas mengajar ke luar kota. Malah kelihatannya Tante Nita justru mengharapkan Om Rahmat sering-sering tugas di luar kota karena dengan demikian dia bisa bebas bersamaku. Dan akupun juga semakin betah tinggal di rumah Tante Nita. Pernah suatu malam setelah Om Rahmat berangkat keluar kota, Tante Nita masuk ke kamarku dengan mengenakan daster. Dipeluknya aku dari belakang dan tangannya langsung menggerayangi selangkanganku. Aku menyambut dengan mencumbu bibirnya dan membaringkannya di tempat tidur. Saat kuraba payudaranya ternyata Tante Nita sudah tidak memakai BH, dan ketika kuangkat dasternya ternyata dia juga tidak memakai celana dalam lagi. Bibir vaginanya tampak merah dan bulu- bulunya basah oleh lendir. Samar-samar kulihat sisa- sisa lelehan sperma dengan baunya yang khas masih tampak disana, rupanya Tante Nita baru saja bertempur dengan suaminya dan Tante Nita belum merasa puas. Langsung saja kubuka celanaku dan penis yang sudah mengeras langsung menyembul menantang minta dimasukkan ke dalam liang kenikmatan. Tante Nita menanggapi tantangan penisku dengan mengangkangkan kakinya. Ia langsung membuka bibir vaginanya dengan kedua tangannya sehingga tampaklah belahan lubang vaginanya yang merekah merah. “Masukin punyamu sekarang ke lubang tante sayang…..” katanya dengan nafas yang berat dan mata sayu. Karena aku rasa Tante Nita sudah sangat “horny”, tanpa banyak basa-basi dan “foreplay” lagi aku langsung menancapkan batang penisku ke dalam vagina Tante Nita dan kami bergumul dengan liar selama hampir 5 jam! Kami bersetubuh dengan berbagai macam gaya, aku diatas, Tante Nita diatas, doggy-style, gaya 69, kadang sambil berdiri dengan satu kaki di atas tempat tidur, lalu duduk berhadapan di pinggir ranjang, atau berganti posisi dengan Tante Nita membelakangi aku, sesekali kami melakukan di atas meja belajarku dengan kedua kaki Tante Nita diangkat dan dibuka lebar-lebar, dan masih banyak lagi. Aku tidak ingat apa masih ada gaya persetubuhan yang belum kami lakukan malam itu. Dinginnya hawa Dago Utara di waktu malam tidak lagi kami rasakan, yang ada hanya kehangatan yang menggetarkan dua insan dan membuat kami basah oleh keringat yang mengucur deras. Begitu liarnya persetubuhan kami sampai-sampai aku mengalami empat kali orgasme yang begitu menguras energi dan Tante Nita entah berapa kali. Yang jelas setelah selesai, Tante Nita hampir tidak bisa bangun dari tempat tidurku karena kakinya lemas dan gemetaran sementara vaginanya begitu basah oleh lendir dan sangat merah. Seingatku itulah malam paling liar diantara malam-malam liar lain yang pernah kulalui bersama Tante Nita. Petualanganku dengan Tante Nita berjalan cukup lama, 2 tahun, sampai akhirnya kami merasa Om Rahmat mulai curiga dengan perselingkuhan kami. Sebagai jalan terbaik aku memutuskan untuk pindah kos sebelum keadaan menjadi buruk. Tetapi meskipun demikian, kami masih tetap saling bertemu paling sedikit sebulan sekali untuk melepas rindu dan nafsu. Hal ini berjalan terus sampai aku lulus kuliah dan kembali ke Jakarta. Bahkan sekarang setelah aku beristri, kalau sedang mendapat tugas ke Bandung aku masih menyempatkan diri menemui Tante Nita yang nafsu dan gairahnya seolah tidak pernah berkurang oleh umurnya yang kini sudah kepala lima.</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://nursingshool.blogspot.com/2011/11/in-united-states-nursing-is-considered.html"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMTJ9gQISKsoMhHTjG_a8BzzBNUuBN0tMNrs2V91ZRJiX6bXDi5nyXREJcHznOeit_SgzvtMant08o6i29OGmpxbVJRQlOnZvtSwYH4VNAFTkHXerRs8B6UYWM9zp3IWuD-yCUUx8gn6Y/s1600/19.png" /></span></a></div><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; text-align: -webkit-auto;"><br />
</span></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-51060870591652591342011-11-29T09:22:00.000-08:002011-12-08T10:51:04.772-08:00Birahi Abang angkatku<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px;">Hujan turun dengan lebatnya. Jam menunjukkan pukul 7.00 pagi. Aku baru Saja habis mandi.. Sejuknya.. Aku syampoo rambut dan letak conditioner sekali. Fasal semalam kena hujan.. Takut pening kepala pula kalau mandi tak basah kepala. Selepas mengseterika baju, aku bersiap-bersiap untuk pergi kerja. Hujan masih turun dengan lebatnya.. Camne nak gi keje ni? Terpaksalah aku memakai payung.. Setelah siap semuanya, solek-solek dan pakai perfume JLO ku yang wangi itu, aku pun melangkah keluar meredah hujan lebat menuju ke stesen LRT. Waktu itu jam menunjukkan pukul 7.50 pagi. Aku mengambil payung Shima, sebab Shima belum balik dari kampung, bolehlah pinjam payung giordanonya. Dalam kelebatan hujan, aku meredah sambil mengangkat kain sikit takut basah kuyup pula kain nanti terkena air. Nanti orang kata aku nak tunjuk seksi pula. </span><br />
<a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Di pertengahan jalan menuju ke LRT aku singgah di gerai makcik depan umah, untuk membeli nasi lemak. Sudah lama rasanya aku tidak makan nasi lemak. Rasanya sudah lebih dari sebulan lamanya. Setelah membayar segala aku meneruskan perjalanan menuju ke stesen LRT. Akibat dari hujan lebat, jalan di depan rumah aku di penuhi dengan air yang melimpah deras memasuki longkang-longkang berhampiran, menyebabkan aku tertarik kepada sesaorang.. Betulkah aku telah menaruh minat terhadap seseorang?? Erkk.. Macam tak percaya pula.. Jarang aku meminati orang. Tapi ntah kenapa plak.. Aku terminat sorang lelaki nih. Lama sudah aku ak ambil peduli bab lelaki. Sejak aku keluar matriks masuk universiti dan kini telah bekerja. Aku hanya berminat pada seorang manusia lelaki sahaja.. First aku nampak dia semasa aku balik dari kerja. Then aku just abaikan ajer.. Cuma suka tengok gaya dia.. Ntah la ek.. Nampak macam menarik pula pada mata aku..<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; text-align: -webkit-auto;">Tapi aku hanya melihat dari jauh saja. Takdelah pula aku berhajat untuk menegurnya ke.. Then setelah beberapa bulan.. Ntah macam mana telah berlaku sesuatu yang menyebabkan aku berkomunikasi dengan dia.. Mula- mula tak sangka juga.. Aku teringatkan sesaorang.. Entah kenapa dalam hujan itu aku teringatkan dia.. Macam aku mengadmire budak lelaki ni lah.. Tapi admire ini adalah admire kali pertama aku.. Seorang wanita suci menemukan primadonanya.. Indah menarik membahagiakan.. Sungguh indah kisah cinta Yang telah aku rasa dan alami Indah dan menarik hati Takkan kulupa sampai akhir nanti.. Nak kata aku ni seksi tidak juga tapi ukuran aku adalah 36C 30 37. Payudara aku besar dan sering keras. Puting besar jari manis warna cokelat cerah. Punggung aku pejal dan mantap. Tinggi aku hanya 158 cm. Nama aku Zarina. Waktu itu aku tengah matriks. Bapa datang dengan member dia melawat aku kat kolej. Ayah mengajak aku keluar makan bersama dengan rakannya. Rakan Ayah yang jauh lebih muda dari Ayah, berusia dalam lingkungan 30 tahun. Kami makan di sebuah restoran yang Ayah bawa. Ayah dan aku berborak. Ayah memberi nasihat menyuruh aku belajar sungguh- sungguh. Dalam pada itu mata aku mengerling kat rakan ayahku yang dikenalkan sebagai Abang N. Segak orangnya, sasa tubuhnya sering senyum berkulit cerah. Dia hanya mendengar ayahku berbicara dengan aku. Dia tidak masuk campur kecuali sekali sekala sengih dan tersenyum. Orangnya tinggi, lebih tinggi dari Ayah dan bertubuh atletis. Sekali sekala aku melihat matanya menjalar ke tubuhku terasa macam dia tengah meratah tubuhku pula. Heheheh.. Aku ni perasan jerr.. Namun aku merasa tertarik dengan Abang N. Ini kali kedua Ayah membawa Abang N menemui aku di kolej. Dia hanya bercakap sepatah dua dengan aku. Bertanya kabar dan bertanya sihat atau tidak. Selainnya dia mendengar sahaja perbualan Ayah dan aku. Lagipun tidak ada apa-apa secret dalam perbualan Ayah dan aku. Bila aku balik ke kolej semula, aku melihat kad Abang N dalam dompetku. Aku melihat nombor hansetnya. Aku senyum. Aku terasa rindu pula kat Abang N. Aku mula hantar sebaris ayat melalui SMS kepadanya bertanya kabar pada satu hari. Dia membalas dan menanya perihal persekolahan aku. Dan semenjak dari itu kami selalu bersms dan sekali sekala dia menelepon aku. Aku tidak pernah menelefon dia kecuali SMS jer atau melalui SMS meminta dia menelefon aku. Aku macam syok jer kat Abang N. Rasa bangga dan bahagia bila berjalan dengan dia. Kenkadang member sound enggak.. Abang N tu segak.. Rasa bangga berbunga di hatiku. Tambah kalau aku berjalan dekat dengan dia aku rasa enggak satu macam. Terlebih lagi terhidu bau atau odor badannya. Macam wangi menusuk lubang hidungku. Aku boleh basah kat bawah. Cipap aku bukan besar sangat-setangan ajer besarnya tapi tembamlah. Selalu basah bila jalan sama dan ingatkan Abang N. “Fuyoo cantik tubuh u manja.. Lawa buah dadamu tegak mencanak.. Keras.. Mak aii Zarina sungguh tak sangka body u solid..” puji Abang N ketika mengucup leherku. Aku gugup, hati ku berdebar-debar kencang.. Tambah bila tangan N meramas buah dadaku. Ramasannya lembut dan keras, hisapannya perlahan dan kuat di putingku. Aku mula mengigil dan seluruh tubuhku rasa kaku dan ngilu bila lidahnya menjilat. Huu.. Aku ngaku yang Abang N membuat aku gilerr. Baik dari segi perasaan mahupun fizikal. Terus terang aku bahagia dengan lidahnya dan ramasannya dan sentuhan Abang N. Entah macamana aku rela dan bersedia untuk menerima Abang N dalam diriku. Macam tak caya lak aku leh terima batang zakarnya yang besar panjang dan keras tu.. Huu.. Fuyoo besar kote dia.. Bergetar jantung berdenyut rasa memandang dan memegang batang kote Abang N. Kemudian Abang N mengajarku cara menjilat kontolnya, cara mengulom kepala kotenya dan mengulum habis batang zakarnya sampai ke pangkal. “Makk.. Uuu.. Makk.. Uhh.. Abangg sedut, sedutt.. Sedapp.. Sedapp Abangg Nn.. Isap pussy I lagi lama- lama.. Bangg N,” erangku sambil memaut tengkok Abang N dan mengucup bibirnya. Lalu aku merasakan aksi lidah Abang N dalam mulutku. Aku rasa seperti fana menerima serangan dari semua arah ke tubuhku. Aku merasa diriku melayang sambil tubuhku berada di atas tilam empuk sebuah hotel ternama di bandar aku belajar itu. Abang N membawa aku ke hotel itu. Aku suka sebab aku tak mahu menghabiskan weekend di kolej. Aku perlukan satu perubahan. Rupa-rupanya inilah perubahannya. Perubahan aku menjadi seorang wanita tulen dan sejati di tangan dan kontol Abang N. “Aduii Bang.. Pelan-pelan ,” kataku ketika menerima kehadiran batang zakar Abang N ke dalam vaginaku, “Aduhh..” aku mengepit kangkanganku kerana aku berasa sakit bila kontol keras itu menujah masuk. Abang N memebelai sambil meramas dadaku perlahan.. “Relax dear..” kata Abang N sambil mengucup bibirku dan dia menjilat wajahku sambil batangnya berendam di bahagian depan lubang farajku. Aku merasa amat sakit dan menanggis. Sakit bagaikan disiat-siat. Aku tahu kat lubang faraj itu juga bayi akan keluar- besar tu.. Inikan pula batang zakar Abang N pasti boleh masuk semuanya. Aku mesti bekerjasama untuk menikmati pengambilan daraku oleh kote Abang N. Aku mula memeluk Abang N kembali. Abang N dapat merasakan yang aku mula membuka kangkangan semula. Dia melihat batang zakarnya yang berada di liang faraj aku.. Aku memusingkan punggungku dan mengangkat sedikit untuk menerima batang zakar Abang N, aku yang waktu itu berusia 19 tahun menyerahkan daraku kepada Abang N yang sudah berusia 33 tahun. Aku akhirnya menjerit sekuat hatiku.. menggigit, mengerang menanggis dan dengan megah dan kuat hati menerima batang zakar Abang N dalam lubang farajku. Aku mula belajar mengemut batang zaka yang tebal itu. Abang N mula menghenjut perlahan dan aku sudah dapat menerima gerakan dan hentakan itu walaupun aku merasai lubang faraj ku perit dan pedih dan tahu darah membecakkannya dan juga menyelaputi batang zakar Abang N. Sekali lagi aku menjerit kuat bila aku klimaks. Aku meemluk Abang N dengan erat sambil melumati bibirnya dengan kucupan dan keluhan aku. Sungguh nikmat Abang N berjaya memuaskan aku. Bunyi hon kereta membuat aku tersentak. Tesentak dari lamunan manis mengingatkan Abang N yang mengambil dara aku. Abang N yang pintar mengerudi lubang cipapku sehingga aku menjadi seorang wanita. Minggu lepas dia datang tempat aku, dan kitorang berbual-bual pasal kerja etc.. Then minggu ni pun ada jugak.. So maksudnya sudah dua kali aku berjumpa ngan dia secara face to face dan berbual- bual. Mungkin sebagai hanya seorang kawan atau rakan sejawat. Tidak sangka pula aku boleh dapat berkomunikasi dengan dia. Tak terfikir langsung. Tapi entah laa. Seronoklah dapat berbual dengan dia. Tapi walaubagaimana pun aku tak nak melayan sangat perasaan aku nih. Aku masih teringatkan Abang N. Aku tak suka meletakkan harapan. Takut nanti terkecewa.. Aku merasakan kitorang mungkin akan dapat lebih berkomunikasi dan berjumpa sebabnya dia akan selalu jumpa aku untuk bincang-bincang atau just mai tempat aku untuk saja-saja. Tetapi aku tak tahu pun berapa umur dia, aku cuma tahu nama dia saja. Dari gaya nampak macam muda atau sebaya aku. Tapi aku suka la tengok gaya dia, Nampak kemas sahaja kalau pakai jaket itam lagi phew.. Macho ajer tergoda plak aku hehe. Aku kalau admire orang jarang aku akan cakap terus terang. Tapi kalau terjadi sesuatu keadaan yang merapatkan hubungan aku dengan orang yang diadmire menambahkan peluang untuk aku mengenali diri dia dengan lebih lanjut. Buat masa sekarang aku hanya biarkan saja perasaan aku nih dan mencuba mengjauhkannya. Aku tak mau menaruh harapan, pasal aku belum mengenali diri dia yang sebenarnya. Aku kena ubahlah cara pemikiran aku, then baru mengubah perbuatan seterusnya tabiat dan karekter dan menjadi pencapaian hidup.. Hehehe.. Bersemangat plak aku bila baca motivasi ni.. Tapi memang kita sebagai manusia kena sentiasa memotivasikan diri selalu.. Kalau tidak hilanglah semangat.. Dan mengingatkan Abang N adalah satu push pada diriku. Aku rasa bersemangat semula. Aku mula merasa cipapku basah habis. Sampai ajer di pintu masuk LRT aku menunjukkan monthly card LRT yang baru aku beli semalam dengan harga 70 ringgit sekeping. Tidak sampai seminit aku tiba di platform, LRT pun sampai, lalu aku terus menaiki LRT menuju ke stesen Kelana Jaya. Sampai ajer di stesen Kelana Jaya, hujan sudah agak reda. Tidak selebat semasa aku keluar rumah tadi. Walau bagaimanapun payung masih diperlukan. Aku tidak mau basah walau pun kena setitik hujan. Sedangkan aku sudah basah mengingatkan Abang N dan bersetubuh dengannya rakus sekali dalam lamunanku. Van yang di tunggu-tunggu pun tiba, aku melangkah masuk menaiki van. Tepat pukul 8.20 van bergerak meninggalkan stesen LRT menuju ke opis aku.8 .25 van sudah sampai di pintu utama bangunan opis aku. Aku turun sambil membuka payung terlebih dahulu agar tidak basah dek ujan yang masih rintik-rintik . Setelah mengenakan name card kerja pada mesin pengimbas pintu aku pun melangkah masuk menuju ke bilik aku. Payung yang tadi basah aku bukakan agar cepat kering dan aku letakkan di sudut pintu. Kasut yang tadi basah juga aku tanggalkan dan letakkan di bawah meja. Aku hanya memakai selipar yang memang sudah sedia ada. Hanset aku buzz.. Aku capai samabil mengelus nama Abang N.. Aku senyum lalu menjawab hanset ituu.. Hatiku berdebar dan cipapku mula mengemut.. Di hujung sana suara Abang N memanggil aku sayang.. </span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://nursingshool.blogspot.com/2011/11/becoming-nurse-practitioner-ist-eine.html"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFHe2xoSVfyTufzO9nxjQbt5rQ8ZiAd2D5V7swm-216HiLzXfW9x-59gDOeniXjOIGCgKxC8Rlr02K715Ma8uNqoiVOtlUGjrpGWU1sZRrD3xUsvAnG8FAq6g2CpqNDryd7sDWW58HTLk/s1600/2.png" /></span></a></div><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 25px; text-align: -webkit-auto;"><br />
</span></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-41770680885325818132011-11-16T20:46:00.000-08:002011-11-28T18:08:58.828-08:00si janda di kota kembang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kisah ini berawal ketika saya pulang liburan akhir semester lalu dari bandung. Hampir 2 minggu saya habiskan disana dengan ‘reuni’ bareng temen-temen saya waktu SMA dulu yang kebetulan kuliah disana. Saya sendiri kuliah di kota budaya, Jogjakarta.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Waktu itu saya tiba diterminal bis di kota Bandung pukul 2 siang, meskipun bis Bandung – Jogja yang saya tumpangi baru berangkat 2 jam kemudian. Saat sedang asyik membolak-balik Taboid Olahraga kesukaan saya, tiba-tiba seorang anak kecil berusia 4 tahunan terjatuh didepan saya, sontak tangan ku menarik si gadis kecil itu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Makasih Dik, maklum anak kecil kerja nya lari-lari mulu” ungkap seorang wanita setengah baya seraya mengumbar senyum manisnya. Namun walau hampir kepala tiga, Mbak Titin, demikian dia memperkenalkan dirinya pada saya, masih keliatan seperti gadis muda yang lagi ranum-ranum nya…. dada gede (34B), pantat bahenol dibarengi pinggul seksi membuat ku terpaku sejenak memandanginya.</span></div><a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Maaf, boleh saya duduk disini” suara Mbak Titin dengan logat sundanya yang khas memecah ‘keheningan’ saya</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ssii… silakan Mbak,” balas ku sambil menggeser pantat ku dibangku ruang tunggu bis antar kota di kota kembang itu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Mau kemana mbak’”saya coba membuka pembicaraan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Anu… saya the mau ke jogja. Biasa beli barang-barang buat dagang. Adik mau kemana?”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Sama, jogja juga. Mbak sendiri?” pandangan ku melirik payudara nya yang belahan nya jelas dari kaos lumayan ketat yang dipakainya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ya, tapi ada yeyen kok” katanya sambil menunjuk si kecil yang asik dengan mainannya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Saya Andi Mbak” ucapku sambil mengulurkan tangan yang langsung disambutnya dengan ramah.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Kalo gitu saya manggilnya mas aja ya, lebih enak kedengarannya” ungkap si mbak dengan kembali mengumbar senyum manisnya. Mungkin karena ketepatan jurusan kami sama, saya dan Mbak Titin cepat akrab, apalagi apa karna kebetulan ato gimana, kami pun duduk sebangku di bis yang memang pake formasi seat 2-2 itu.</span><br />
<div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dari ceritanya ku ketahui kalo Mbak Titin janda muda yang ditinggal cerai suami sejak 2 thn lalu. Untuk menyambung hidup dia berjualan pakaian dan perhiasan yang semua dibeli dari jogja. Katanya harga nya murah. Rencananya di Jogja 2-3 hari..</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pukul 4.30 sore, bis meninggalkan terminal tersebut, sementara didalam bis kamu bertiga asyik bercengkarama, layaknya Bapak-Ibu-Anak, dan cepat akrab saya sengaja memangku si kecil Yeyen, sehingga Mbak Titin makin respek pada saya. Tak terasa, waktu terus berjaan, suasana bis begitu hening, ketika waktu menunjukkan pukul 11 malam. Si kecil Yeyen dan para penumpang lain pun sudah terlelap dalam tidur. Sedangkan saya dan Mbak Titin masih asyik dalam obrolan kami, yang sekali-kali berbau ha-hal ‘jorok’, apalagi dengan tawa genitnya Mbak Titin sesekali mencubit mesra pinggang saya. Suasana makin mendukung karna kami duduk dibangku urutan 4 dari depan dan kebetulan lagi bangku didepan,belakang dan samping kami kosong semua.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ehmm..mbak, boleh tanya ga nih, gimana dong seandainya pengen gituan kan dah 2 taon cerainya.” tanya ku sekenanya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Iiihh, si mas pikiran nya..ya gimana lagi, palingan usaha sendiri… kalo ga,ya… ini,si Yeyen yang jadi sasaran marah saya, apalagi kalo dah sampe di ubun-ubun.” jawabnya sambil tersipu malu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Masa… Ga mungkin ga ada pria yang ga mau sama mbak, mbak seksi, kayak masih gadis” aku coba mengeluarkan jurus awal.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span id="more-840" style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tiba-tiba si yeyen yang tidur pulas dipangkuan Mbak Titin, nyaris terjatuh.. sontak tangan ku menahannya dan tanpa sengaja tangan kami bertemu. Kami terdiam sambil berpandangan, sejenak kemudian tangan nya ku remas kecil dan Mbak Titin merespon sambil tersenyum. Tak lama kemudian dia menyandarkan kepalanya di bahu ku, tapi aku mencoba untuk tenang, karena ‘diantara’ kami masih ada si kecil yeyen yang lagi asik mimpi..ya memang ruang gerak kami terbatas malam itu. Cukup lama kami berpandangan, dan dibawah sorot lampu bis yang redup, ku beranikan mencium lembut bibir seksi janda cantik itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ssshhh… ahhh… mas” erangnya, saat lidah ku memasuki rongga mulutnya, sementara tangan ku, walau agak sulit, karna yeyen tidur dipangkuan kami berdua, tapi aku coba meremas lembut payudara seksi nan gede itu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Terus mas… enak….. ouhhhh” tangan nya dimasukin aja mas, gak keliatan kok’” rengeknya manja.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Adegan pagut dan remas antara kami berlangsung 20 menitan dan terhenti saat yeyen terbangun…</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Mama…, ngapain sama Om Andi” suara yeyen membuat kami segera menyudahi ‘fore play’ ini dan terpaksa semuanya serba nanggung karna setelah itu Yeyen malah ga tidur lagi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Oya, ntar di Jogja tinggal dimana Mbak” tanya ku.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Hotel Mas… Napa? Mas mau nemenin kami…???”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Bisa, ntar sekalian saya temenin belanjanya, biar gampang, ntar cari hotelnya disekitar malioboro aja.”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">=======</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pukul 7 pagi akhirnya kami tiba di terminal Giwangan, Jogja… dari terminal kami bertiga yang mirip Bapak-Ibu dan anak ini, nyambung bis kota dan nyampai dikawasan malioboro setengah jam kemudian.. setelah muter-muter, akhirnya kami mendapatkan hotel kamar standart dengan doble bed dikawasan wisata jogja itu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah semua beres, si room boy yang mengantar kami pamit.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Yeyen, mau mandi atau langsung bobo chayank?”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Mandi aja, Ma… Oya, Om Andi nginep bareng kita ya..?” si yeyen kecil menanyaiku</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ya, biar mama ada temen ngobrolnya.” jawab Mbak Titin sambil ngajak Yeyen ke kamar mandi yang ada dalam kamar. Di dalam ternyata si mbak telah melepas pakaiannya dan hanya melilitkan handuk di tubuh seksinya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dengan posisi agak nungging, dengan telaten Mbak Yeyen menyabuni si Yeyen, dan karena pintu kamar mandi yang terbuka, nampak jelas cd item yang membalut pantat seksi itu. Seperti Mbak Titin sengaja memancing naluriku, karena walau tau aku bisa ‘menikmati’ pemandangan tersebut, pintu kamar mandi tidak ditutup barang sedikitpun.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tak lama kemudian, Yeyen yang telah selesai mandi , berlari masuk ke dalam kamar..</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Gimana, Yeyen udah seger belom?” godaku sambil mengedipkan mata ke arah Mbak Titin</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Seger Om…. Om mau mandi??”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Belum sempat ku jawab…..</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ya ntar Om Mandi mandinya bareng mama, sekarang yeyen bobo ya…” celetuk Mbak Titin sambil tersenyum genit kearah ku.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Selagi Mbak Titin menidurkan anaknya, aku yang sudah masuk ke kamar mandi melepas seluruh pakaian ku dan ‘mengurut-urut’ penis ku yang sudah tegang dari tadi. Lagi asiknya swalayan sambil berfantasi, Mbak Titin ngeloyor masuk kamar mandi.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aku kanget bukan kepalang..</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Udah gak sabar ya……” godanya sambil memandagi torpedo ku yang sudah ‘on fire’</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Haa… aaa… Mbak…” suaraku agak terbata-bata melihat Mbak Titin langsung melepas lilitan handuknya hingga terpampang payudara nya yang montok yang ternyata sudah ga dibungkus BH lagi, tapi penutup bawah nya masih utuh.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tanpa mempedulikan kebengongan ku, Mbak Titin langsung memelukku.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Jangan panggil Mbak dong. Titin aja” rengeknya manja sambil melumat bibirku dan tangan kirinya dengan lembut mengelus-elus kemaluan ku yang semakin ‘on fire’.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aku sudah dirasuki nafsu biarahi langsung membalas pagutan Titin dengan tatkala ganasnya. Perlahan jilatan erotis Mbak Heny turun ke leher, perut… hingga sampe dibatang kemaluan ku.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Berpengalaman sekali dia ini…” pikirku.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Jilatan yang diselingi sedotan, kuluman dibatang kemaluan hingga buah pelir ku itu membuatku serasa terbang melayang-layang….</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ohhhh… Titin… nikkk… mat… teruss… isepppp” desahku menahan nikmatnya permainan oral janda seksi ini sambil mengelus-elus rambutnya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">15 menit lamanya permainan dahsyat itu berlangsung hingga akhirnya aku merasa sesuatu yang ingin keluar dari penis ku.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Akhh… hh… aku keulu..aaarrr…” erangku diikuti semprotan sperma ku dimulut Titin yang langsung melahap semua sperma ku persis seperti anak kecil yang melahap es paddle pop sambil tersenyum ke arahku..</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah suasana agak tenang, aku menarik tangan Titin untuk berdiri, dan dalam posisi sejajar sambil memeluk erat tubuh sintal janda seksi ini, mulutku langsung melumat mulut Titin sambil meremas-remas pantatnya yang padat. Titin membalasnya dengan pagutan yang tatkala ganas sambil tangan nya mengenggam penisku yang masih layu dan mengurut-urutnya. Dan dengan buasnya aku mengecup dan menyedot dari leher terus merambat hingga ke payudara nya yang padat berisi.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Oohhh.. Ndi…. ahhkkhh.” erangnya tatkala mulutku mulai bermain di ujung putingnya yang tegang dan berwarna coklat kemerahan. Tanpa melepas lumatan pada mulut Titin, perlahan aku mulai mengangkat tubuh sintal tersebut dan mendudukannya diatas bak mandi serta membuka lebar-lebar pahanya yang putih mulus. Tanpa dikomando aku langsung berlutut, mendekatkan wajahku kebagian perut Titin dan menjilati yang membuat Titin menggelinjang bak cacing kepanasan.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Jilatin ku terus merambat ke bibir vagina nya yang licin tanpa sehelai bulu pun. Sesaat kemudian lidahku menjilati sambil menusuk-nusuk lubang vagina Titin, yang membuatnya mengerang histeris.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ndi… sudah…. Ndi… masukinn punyamu…. aku sudah ga tahan…. ayo sayang…” pinta nya dengan nafas memburu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tak lama kemudian aku berdiri dan mulai menggesek-gesekkan penis ku yang sudah tegang dan mengeras dibibir vagina Titin yang seseksi si empunya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Sudah…. say…. aku ga ta.. hann… nnn… masukin..” rengek Titin dengan wajah sayu menahan geora nafsunya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Perlahan namun pasti penisku yang berukuran 17 cm, ku masukkan menerobos vagina Titin yang masih sempit walau sudah berstatus janda itu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Pelann… dong say.. sudah 2 tahun aku gak maen..” pinta nya seraya memejamkan mata dan menggigit bibirnya sendiri saat penisku mulai menerobos lorong nikmat itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Ku biarkan penis ku tertanam di vagina Titin dan membiarkan nya menikmati sensasi yang telah dua tahun tak dia rasakan. Perlahan namun pasti aku mulai mengocok vagina janda muda ini dengan penis ku yang perkasa. Untuk memberikan sensasi yang luar biasa, aku memompa vagina Titin dengan formasi 10:1, yaitu 10 gerakan menusuk setengah vagina Titin yang diukuti dengan 1 gerakan full menusuk hingga menyentuh dinding rahimnya. Gerakan ini ku selingi dengan menggerakkan pantatku dengan memuter sehingga membuat Titin merasa vagina nya diubek, sungguh nikmat yang tiada tara terlihat dari desisan-desisan yang diselingi kata-kata kotor keluar dari mulutnya..</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ouggghh…. kontolmu enak say… entot Titin terus say… nikmat” rintihnya sambil mengimbangi gerakanku dengan memaju-mundurkan pantatnya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tiga puluh menit berlalu, Titin sepertinya akan mencapai orgasmenya yang pertama. Tangan nya dengan kuat mencengkram punggung ku seolah meminta sodokan yang lebih dalam di vaginanya. Titin menganggkat pinggulnya tinggi-tinggi dan menggelinjang hebat, sementara aku semakin cepat menghujam kan penisku di vagina Titin…</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ooouhhh…. aaahhhh…. hhh…” erang Titin saat puncak kenikmatan itu dia dapatkan..</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sejenak Mbak Titin kubiarkan menikmati multi orgasme yang baru saja dia dapatkan. Tak lama kemudian tubuh sintal Mbak Titin ku bopong berdiri dan kusandarkan membelakangi ku ke dinding kamar mandi. Sambil menciumi tengkuk bagian belakang nya, perlahan tangan ku membelai dan mengelus paha mulus Mbak Titin hingga tangan ku menyentuh dan meremas kemaluan nya dari belakang, membuat nafsu birahinya bangkit kembali. Rangsangan ini ku lakukan hingga aku persis berjongkok dibelakang Titin. Apalagi setelah jilatan merambat naik ke vagina Mbak Titin dan mengobok-obok vagina yang semakin menyemburkan aroma khas. Tak cukup sampai disitu, wajahku ku dekatkan kebelahan pantat montok itu dan mulai mengecup dan menjilati belahan itu hingga akhirnya Mbak Titin seakan tersentak kaget kala aku menjulurkan dan menjilati lubang anus nya, sepertinya baru kali ini bokong seksi dan anusnya dijilati.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ouhh…. aakhh… ssstt…. jorok say…. apa kamu lakukan… jilat memek titin aja..” celotehnya .</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sepuluh menit berlalu, aku kemudian berdiri dan menarik pantat montok nan seksi itu kebelakang dan penisku yang semakin tegang itu ku gosok-gosokan disekitar anus Titin…</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ouh… ca… kittt… say… jangan disitu, Titin lom pernah say…” rengeknya sambil menahan saat perlahan penisku menerobos masuk anusnya. Setelah sepenuhnya penisku tertelan anus Titin, ku diamkan beberapa saat untuk beradaptasi seraya tangan ku meremas-remas kedua payudaranya yang menggantung indah dan menciumi tengkuk hingga leher belakang dan sampai ke daun telinga nya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Nikk… matt… say..” hanya itu yang keluar dari mulut seksi Titin.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Merasa cukup, aku mulai memaju mundurkan penis ku secara perlahan mengingat baru kali ini anusnya dimasuki penis laki-laki. Setelah beberapa gerakan kelihatan rasa sakit dan perih yang dirasakannya tadi sudah berganti dengan rasa nikmat tiada tara.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Perlahan Mbak Titin mulai mengimbangi gerakan ku dengan goyangan saat penis ku semakin memompa anusnya, sambil tangan kananku mengobok-obok vagina nya yang nganggur.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Aahhh… ooohhh… laur biasa say… nikmat…” Desah Titin menahan nikmatnya permainan duniawi ini. 30 menit berlalu dan aku merasa puas mempermainkan anus Mbak Titin, perlahan ku tarik penisku dan mengarahkan nya secara perlahan ke vagina, dan memulai mengobok-obok vagina itu lagi. 20 menit kemudian aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari penisku, hingga aku semakin mempercepat gerakan sodokan ku yang semakin diimbangi Titin yang sepertinya juga akan mendapatkan orgamasme keduanya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Diiringa lolongan panjang kami yang hampir bersamaan, secara bersamaan pula cairan hangat dan kental dari penisku dan vagina Titin bertemu di lorong nikmat Titin.. Nikmatnya tiada tara, sensasi yang tiada duanya..</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tak lama berselang, aku menarik penisku dan mendekatkan nya ke mulut Mbak Tiitn yang langsung dijilatinya hingga sisa-sisa sperma yang masih ada dipenisku dijalatinya dengan rakus.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Tak kusangka mas sehebat ini.. baru kali ini aku merasa sepuas ini. Badan kecil tapi tenaganya luar biasa. Aku mau mas… aku mau kamu mas…” puji Mbak Titin padaku dengan pancaran wajah penuh kepuasan tiada tara…</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sesaat kemudian kami saling membersihkan diri satu dengan lainnya, sambil tentunya sambil saling remas. Saat keluar mandi terihat Yeyen masih terdidur pulas, sepuas mama nya yang baru saja ku ‘embat’.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah Yeyen bangun, kami bertiga jalan-jalan disekitar malioboro hingga malam. Pukul 9 malam kami tiba di hotel, namun kali ini sambil memandikan Yeyen, Mbak Titin tampaknya sekalian mandi.. Saat keluar kamar mandi tanpa sungkan wanita sunda ini melepas handuknya untuk selanjutnya mengenakan daster tipis yang tadi baru kami beli dari salah satu toko di kawasan malioboro.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Mas.. mandi dulu gih..” ungkapnya saat aku mendekatkan diri dan mengecup lembut bibirnya yang langsung disambutnya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Iihh.. mama dan om Andi, ngapain..?” protes si kecil yeyen saat kami sesaat berpagutan didepan meja hias yang tersedia di kamar hotel itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah aku selesai mandi, ku lihat Titin lagi ngeloni Yeyen, dan tampaknya kedua ibu-anak ini kecapean setalah jalan-jalan disekitar malioboro.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Akhirnya ku biarkan Titin tidur dan aku gak ngantuk sama sekali mencoba mengisi waktu dengan menyaksikan live liga Inggris yang waktu itu ketepatan menyajikan big match .. Jam 12 malam lebih saat tayangan bola rampung, perlahan aku mendekati Titin dan mulai membelai-belai betis indah janda muda itu dari balik daster tipisnya hingga nyampe pangkal pahanya. Ketika tanganku mulai mengusap-usap vagina, Titin terbangun. Ku ajak dia pindah ke bed satunya, sambil ku lucuti daster tipis yang didalamnya tanpa beha tersebut. Dengan hanya menggunakan CD tipis berwarna krem, tubuh bahenol itu ku bopong dan ku lentang kan di ranjang satunya, agar kami lebih leluasa dan si Yeyen kecil bisa tidur tenang. Sambil menindihnya, ku remas dan kecup puting payudara putih dan montok itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Aahhh…. mas…” erangnya manja.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Jilatan ku terus merambah menikmati inci per inci tubuh seksi itu hingga sampe di gundukan nikmat tanpa sehelai rambut pun.. Hampir 20 menit lidah ku bermain dibagian sensitive itu, hingga akhirnya..</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ayo dong mas… cepeten masukin… dah ga tahan nih…”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Perlahan kusapukan penis ku di vagina mungil itu. kelihatan sekali Titin menahan napas sambil memejamkan mata nya dengan sayu dan menggigit bibir bawahnya. Akhirnya burung ku masuk ‘sarang’. Ku pertahankan posisi itu beberapa saat, dan setelah agak tenang aku mulai menyodok perlahan vagina yang semakin basah itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Erangan dan desahan nikmat yang keluar dari mulut seksi janda sintal ini, menandakan dia sangat menikmati permainan duniawi ini.. Tanpa malu dia mendesah, mengerang bahkan diselingi kata-kata kotor yang membangkitkan gairah.. Sementara di bed sebelahnya si kecil Yeyen masih tertidur pulas..</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Titin, si Jada seksi yang lagi, ku garap seakan tidak memperdulikan keberadaan putrinya si kecil, Yeyen..</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">25 menit-an kami ‘bertempur’ dalam posisi konvensional itu, perlahan ku angkat tubuh Mbak Titin hingga kini dia posisinya diatas. Posisi yang nikmat, karna selain menikmati memek nya aku juga bisa dengan leluasa meremas, mencium dan sesekali mengulum payudara montok yang ber-ayun dengan indah itu.. baru 15 menit,tiba-tiba tubuh Titin mengejang diikuti lenguhan panjang..</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Aaaacchh…. aauugghh… Ann.. ddii.. aakku.. kkeelluaa.. aa.. rr…”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tak lama Titin menghempaskan tubuhnya di dada ku, seraya mulut kami berpagutan mesra. 5 menit lama nya ku biarkan dia menikmati orgasme nya. Beberapa saat, karna aku belum apa-apa, aku minta Titin menungging karna aku pengen menikmati nya dengan posisi dogstyle.. Dalam posisi nungging keliatan jelas pantat indah janda kota kembang ini.. Perlahan ku kecup dan jilati belahan pantat seksi itu. Secara perlahan jilatan ku sampe ke vagina mungilnya, Titin menggelinjang dan menggelengkan-gelengkan kepalanya menahan nikmat.. disaat itu, tanpa kami sadari.. si kecil Yeyen bangun dan menghampiri kami.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Om Andi.. ngapain cium pantat mama..” selidiknya sambil terus mendekat memperhatikan memek mama nya yang ku lahap habis..</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Adek tenang aja ya.. jangan ganggu Om Andi… Mama lagi maen dokter-dokteran dengan Om Andi. Ntar mam mau di cuntik .. Yeyen diem aja ya…” Titin coba menenangkan gadis kecil itu..</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ehmm.,.. hayo Om… cuntik Mama Yeyen cekaaa.. lang Om.. dah ga tahan neh..” rengek Titin.. sedangkan si Yeyen terlihat duduk manis dipinggiran bed satunya, siap menyaksikan adegan yang semestinya belum pantas dia saksikan..</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Perlahan penis ku yang sudah on fire ku gosok-gosokkan dari lubang memek Titin hingga menyentuh anusnya, dari arah memek hingga lubang anusnya. Dan karena tak tega menyaksikan Titin semakin meracau dan merengek minta segera di ’suntik’, secara perlahan ku arahkan penis ku ke liang senggama nya yang licin oleh cairan vagina nya..</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Om, kok Mama Yeyen dicuntik pake burung Om..” protes si kecil yang belum ngerti apa-apa itu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Aauhh… ahh….. lebih dalam Mass.. sss.. Ann.. dddi..” pinta Titin dalam erangan dan desahan nikmat nya tanpa mempedulikan keberadaan Yeyen yang terlihat bingung melihat mama nya, antara kesakitan atau menahan nikmat.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">30 menit berlalu, aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari ujung penis ku. Agar lebih nikmat, ku putar tubuh sintal janda kembang ini tanpa mencabut penis ku hingga kami kembali paad posisi konvesional.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ti… tiiinn.. aku mau keluar” erang ku mencoba menahan muntahan lahar nikmat yang semakin mendesak ini…</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ntar.. Masss.. ss.. tahann… kita bareng…” Erangnya dengan mata terpejam seraya menggigit kedua bibirnya menahan genjotan ku yang semakin kencang di vaginanya..</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kedua tangan nya mencengkram punggung ku, dan dadanya diangkat membusung, seluruh badannya tegang mengencang, diikuti dengan lenguhan panjang kami berdua.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Aaaccchhh…. aaauuggghh…” Maniku dan mani nya akhirnya bertemu di lorong kenikmatan itu sementara bibir kami berpagut mesra dan tangan kanan ku meremas payudara nya yang mengecang saat kami orgasme bareng tadi. Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan itu, kami masih berciuman mesra sambil berpelukan mesra, sementara penisku masih ‘tertanam’ di memeknya. Sadar dari tadi Yeyen terus memperhatikan kami, Titin dengan wajahnya yang penuh kepuasan sejati, mengedipkan matanya seraya melihat ke arah Yeyen sambil tersenyum manis.. dan aku pun menghempaskan tubuh ku disampingnya, dan saat penis ku akan ku cabut..</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Nggak usah Mas.. biarin aja dulu di dalem..” rengeknya manja dan segera ku hadiahi ciuman mesra di keningnya.. Tak lama kemudian Yeyen mendekati kami yang baru saja permainan ranjang yang begitu dahsyat..</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Hari berikutnya selama Ibu dan anak ini di Jogja, kami terus melakukan hubungan seks ini, dengan berbagai variasi dan teknik yang lebih mesra.. bahkan kadang kami melakukan nya di kamar mandi saat mandi.. Malahan kami tak peduli lagi dengan keberadaan Yeyen. Titin juga tak segan mengoral penis ku dihadapan Yeyen..</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Liburan tahun baru lalu aku mendatangi nya di Bandung dan menginap selama se minggu lebih di rumah Janda seksi itu.. kepada tetangga sekitar dia mengenalkan aku sebagai keponakan jauhnya.. Dan yang paling penting, kami menghabiskan waktu dengan bermain seks sepuasnya, apalagi si kecil Yeyen telah dia titipkan ditempat orang tuanya di karawang, sedang selama aku disana, dia sengaja meliburkan pembantu nya..</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Begitulah kisah seks ku dengan Titin, si janda seksi.. Dan pembaca, entah kenapa, sejak saat itu, untuk urusan seks aku merasa lebih menikmati permainan dengan wanita setengah baya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><a href="http://nursingshool.blogspot.com/2011/11/becoming-nurse-practitioner-ist-eine.html"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT_EyG3R3-MD6E0RBc0rRpo2qWujOBelgZDNRUN2d3MsRR8-OmeznkqvoO23Tf5RZMqmO90oqlb-Qg6VcWBOUy2UGcRqkCHEBFTBMmzQvqIy01mkrAiM4w6SvBuoaWh5fbwnZY4ZI23ik/s1600/banner.gif" /></a></span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><br />
</div></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-40297261881894817662011-11-16T20:35:00.000-08:002011-11-28T18:09:22.591-08:00Perkosaan yang indah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #f3f3f3;">Suatu saat suamiku harus meneruskan S2-nya ke luar negeri untuk tugas perusahaan. Aku mengantar kepergian suamiku sampai di bandara. Demikian sejak itu, aku harus membiasakan hidupnya dengan jadwal tugas suamiku, suatu hari menjelang sore hari, setelah menyediakan makan malam di atas meja, yang pada saat ini harus disiapkan sendiri, sebab pembantuku sedang pulang kampung, karena mendadak ada keluarga dekatnya di kampung yang sakit berat. John teman suamiku orang Italy pada waktu mereka sekolah di Inggris bersama, sedang mendapat tugas di Indonesia sementara ini tinggal dirumah. Telah hampir satu bulan John tinggal bersama kami, istrinya tetap berada di Italy. Seperti biasanya setelah selesai makan bersama, aku kembali kekamar dan karena udara diluar terasa panas aku ingin mengambil shower lalu aku mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk berpancur. Letak kamar mandi nyambung dengan kamar tidurnya. Setelah selesai mandi, aku mengeringkan tubuhku dan dengan hanya membungkus tubuhku dengan handuk mandi, aku membuka pintu kamar mandi dan masuk ke dalam kamar tidurku.</span></span><br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Disudut seberang kamar tidur yang tidak tertutup pintunya terlihat John sedang santai dikamarnya, rupanya dia telah selesai makan dan masuk ke kamarnya untuk nonton tv memang dia lebih senang di dalam kamar yang lantainya dilapisi karpet tebal dan udaranya dingin oleh AC. Dengan masih dililit handuk, aku duduk di depan meja rias untuk mengeringkan dan bersisir rambut. Pada saat itu John kulihat dari cerminku mendadak bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mondar mandir di dalam ruangan kamarnya, terlihat malam ini John agak gelisah, tidak seperti biasa yang selalu menutup pintu kamarnya, malam ini dia mondar mandir dan sekali-sekali matanya yang biru kecoklatan melihat ke arahku yang sedang duduk menyisir rambutku. Melihat John seperti itu, aku bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu untuk menutup pintu kamarku, aku sempat melihat John tersenyum padaku sambil berkata, “Hai Ratna kau cantik sekali malam ini..!” Tiba tiba John langsung berdiri melintas kamarnya, tanpa aba-aba salah satu kakinya menahan pintu kamarku lalu tangannya yang kekar mencoba menggapai pinggangku.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tercium olehku bau alkohol dari mulutnya rupanya John baru saja minum whisky, “..John sadar.. aku Ratna istri temanmu..!” John bisa bicara Indonesia, aku mencoba berbalik dan karena eratnya pegangannya di pinggangku, aku terhuyung-huyung dan aku jatuh telentang di lantai yang dilapisi karpet tebal. Kedua kakiku terpentang lebar, sehingga handuk yang tadinya menutupi bagian bawahku tersingkap, yang mengakibatkan bagian bawahku terbuka polos terlihat bagian pahaku yang putih mulus masih agak basah karena belum sempat kering dengan betul. Rupanya minuman keras sangat mempengaruhi pikiran John yang sudah begitu lama tidak kencan dengan wanita, John dengan cepat berjalan ke arahku yang sedang telentang di lantai dan sekarang jongkok diantara kedua kakiku yang terbuka lebar itu. Dengan cepat kepalanya telah berada diantara pangkal pahaku dan tiba-tiba terasa lidahnya yang kasar dan basah itu mulai menjilati pahaku, hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli. Aku mencoba menarik badannya ke atas untuk menghindari serbuannya pada pahaku, akan tetapi tangannya begitu kekar tubuhnya terlihat besar dan atletis menahan tubuhku.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span id="more-3175" style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">John menunjukan matanya yang jalang, yang membuat aku ketakutan sehingga badanku terdiam dengan kaku. Kedua matanya melotot dengan buas melihat ke arah selangkanganku, kepalanya berada diantara kedua pahaku. Jilatannya makin naik ke atas dan tiba-tiba badanku menjadi kejang ketika bibir John itu terasa menyentuh pinggir dari belahan bibir kemaluanku dari bawah terus naik ke atas dan akhirnya badanku terasa meriang ketika lidah John yang besar basah dan kasar itu menyentuh klitorisku dan menggesek dengan suatu jilatan yang panjang, yang membuat aku terasa terbang melayang-layang bagaikan layang-layang putus ditiup angin.”Aduuuhh!” tak terasa keluar keluhan panjang dari mulutku. Tubuhku terus bergetar-getar seperti orang kena setrum dan mataku terbeliak melihat kearah lidah John yang bolak balik menyapu belahan bibir kemaluanku dan dengan tanpa kusadari kedua pahaku makin kubuka lebar, memberikan peluang yang makin besar pada lidah John bermain-main pada belahan kemaluanku. Dengan tak dapat ditahan lagi.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Cairan pelumas mulai membanjiri keluar dari dalam kemaluanku dan dari cairan ini makin membuat John makin giat memainkan lidahnya terus menyapu dari bawah ke atas, mulai dari permukaan lubang anusku naik terus menyapu belahan bibir vaginaku sampai pada puncaknya yaitu pada klitorisku. Ohhh… dengan cepat vaginaku menjadi basah kuyup oleh cairan nafsu yang keluar terus menerus dari dalam vaginaku. Sejenak aku seakan-akan lupa diri, terbawa oleh nafsu birahi yang melanda.akan tetapi pada saat berikut aku baru sadar akan situasi yang menimpaku.”Aduuuhh benar-benar gila ini, aku terbuai oleh nafsu karena sentuhan seorang laki laki asing.. aaahh.. tidak.. tidak bisa ini terjadi!”, dengan cepat aku menarik tubuhku dan mencoba bergulir membalik badan untuk bisa meloloskan diri dari John. Dengan membalik badan, sekarang aku merangkak dengan kedua tangan dan lutut dan rupanya ini suatu gerakan yang salah yang berakibat sangat sangat fatal bagiku karena dengan tiba-tiba terasa sesuatu tenaga yang besar menahan pinggangku dan ketika masih dalam keadaan merangkak itu aku menoleh kepalaku ke belakang.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Terlihat John dengan kedua tangannya merangkul pinggangku dan kepalanya mendekap punggungku tangannya mencoba menarik handuk yang hanya tinggal separoh melilit badanku, badannya yang berat itu menekan tubuhku. Aku mencoba merangkak maju dan berpegang pada tepi tempat tidur untuk mencoba berdiri, akan tetapi tiba-tiba John menekan badannya yang beratnya hampir 80 Kg itu sehingga posisiku yang sudah setengah berlutut, karena beratnya badan John, akhirnya aku tersungkur ke tempat tidur dengan posisi berlutut di pinggir tempat tidur dan separuh badan tertelungkup di atas tempat tidur, di mana badan John menidih badanku. Kedua kaki John berlutut sambil bertumpu di lantai diantara kedua pahaku yang agak terkangkang dan karena posisi badanku yang tertelungkup itu, akhirnya handuk yang setengah melilit dan menutupi badanku lepas, sehingga seluruh tubuhku terbuka dengan lebar. Terdengar John mendesah melihat pinggangku yang ramping serta bongkahan pantatku yang bulat menonjol “..Oh..Ratna tak kusangka kau begitu sexy..!” Tubuh John makin dirapatkan ketubuhku, sehingga terasa pantatku tergesek oleh kedua pahanya yang besar dan berbulu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dalam usaha merenggangkan kedua kakiku, tangan John bergerak-gerak diselangkanganku dan tanpa dapat dihindari bagian bawah vaginaku tergesek-gesek oleh jari jarinya yang besar besar itu. “Ouch..!..stop John..!” Aku mencoba menyadarinya, kedua tanganku tidak dapat digerakkan karena terhimpit diantara badanku sendiri .Tiba-tiba aku merasakan ada suatu benda kenyal, bulat panas terhimpit pada belahan pantatku dan tiba-tiba aku menyadari akan bahaya yang akan menimpaku, John rupanya sudah mulai beraksi dengan menggesek-gesekan batang kemaluannya pada belahan kenyal pantatku. “Auooohh.. John.. stop! pleasee..aach..!” dengan panik aku mencoba menyuruhnya berhenti melakukan aksinya, akan tetapi seruan itu tidak dipedulikan oleh John malahan sekarang terasa gerakan-gerakan menusuk nusuk benda tersebut pada pantatku mula-mula perlahan dan semakin lama semakin gencar saja. Aku menoleh ke kanan, ke arah kaca besar lemari yang persis berada di samping kanan tempat tidur, terlihat batang kemaluan orang asing tersebut telah tegang dan ya ampun..besar sekali..! dan terlihat batang kemaluannya yang merah berurat bagai sosis besar dengan ujungnya berbentuk agak bulat sedang menggesek gesek bagian pantatku. Rupanya Orang asing ini sudah sangat terangsang dan sekarang dia sedang berusaha memperkosaku. Aku benar-benar menjadi panik, bagaimana tidak.. aku akan disetubuhi oleh teman suamiku yang kelihatan sedang kesetanan oleh nafsu birahinya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tanpa kusadari sodokan-sodokan batang kemaluan John semakin gencar saja, sehingga aku yang melihat melalui cermin gerakan pantat bule yang bahenol pahanya yang kekar tersebut , benar-benar terpesona karena gerakan tekanan-tekanan ke depan pantatnya benar-benar sangat cepat dan gencar, terasa sekarang serangan-serangan kepala batang kemaluannya tersebut mulai menimbulkan perasaan geli pada belahan pantatku dan kadang-kadang ujung batang kemaluannya menyentuh dengan cepat lubang anusku, menimbulkan perasaan geli yang amat sangat. Terlihat kedua kakinya melangkah ke depan, sehingga sekarang kedua pahanya yang berbulu memepeti kedua pahaku dan gerakan tekanan dan cocolan-cocolan kepala batang kemaluannya mulai terarah menyentuh bibir kemaluanku, aku menjadi bertambah panik, disamping perasaan yang mulai terasa tidak menentu, karena sodokan-sodokan kepala batang kemaluan John menimbulkan perasaan geli dan mulai membangkitkan nafsu birahiku yang sama sekali aku tidak kehendaki.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Akhirnya dengan suatu gerakan dan tekanan yang cepat, John mendorong pantatnya ke depan dengan kuat, sehingga batang kemaluannya yang telah terjepit diantara bibir kemaluanku yang memang telah basah kuyup dan licin itu, akhirnya terdorong masuk dengan kuat dan terbenam separoh kedalam vaginaku, diikuti dengan jeritan panjang kepedihan yang keluar dari mulutku. “Aaduhh..!” kepalaku tertengadah ke atas dengan mata yang melotot serta mulut yang terbuka megap-megap kehabisan udara serta kedua tangan mencengkeram dengan kuat pada kasur. Akan tetapi John, tanpa memberikan kesempatan padaku untuk berpikir dan menyadari keadaan yang sedang terjadi, dengan cepat mulai memompa batang kemaluannya dengan gerakan-gerakan yang buas, tanpa mengenal kasihan pada istri temannya yang baru pertama kali ini menerima batang kemaluan yang sedemikian besarnya dalam vaginaku.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Batang kemaluannya yang baru masuk sebagian itu dengan cepat keluar masuk mengaduk-aduk lubang kemaluanku tanpa mempedulikan betapa besar batang kemaluannya dibandingkan dengan daya tampung vaginaku. Walaupun hanya sebagian dari batang kemaluan bule itu yang masuk dari setiap gerakan menyebabkan keseluruhan bibir vaginaku mengembang dan mencengkeram batangnya dan klitorisku yang sudah keluar semuanya dan mengeras ikut tertekan masuk ke dalam, di mana klitorisku terjepit dan tergesek dengan batang kemaluannya yang besar dan berurat itu,”Ooohh..aku keenakan.. ini tak mungkin terjadi!” pikirku setengah sadar. “Aku mulai menikmati disetubuhi oleh teman suamiku, bule lagi? gila!” sementara perkosaan itu terus berlangsung, desiran darahku terasa mengalir semakin cepat, pikiran warasku perlahan-lahan menghilang kalah oleh permainan kenikmatan yang sedang diberikan oleh keperkasaan batang kemaluannya yang sedang ‘menghajar’ liang kenikmatankuku.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Perasaanku seakan-akan terasa melayang-layang di awan-awan dan dari bagian vaginaku terasa mengalir suatu perasaan mengelitik yang menjalar ke seluruh bagian tubuh, membuat perasaan nikmat yang terasa sangat fantastis, membuat mataku terbeliak dan terputar-putar akibat pengaruh batang kemaluan John yang besar begitu tajam dan begitu dahsyat mengaduk-aduk seluruh bagian yang sensitif didalam vaginaku tanpa ada yang tersisa satu milipun. Keseluruhan syaraf syaraf yang bisa menimbulkan kenikmatan dari dinding dalam vaginaku tak lolos dari sentuhan, tekanan, gesekan dan sodokan kepala dan batang kemaluan John yang benar-benar besar itu, rasanya paling kurang tiga kali besarnya tapi seratus kali lebih nikmat dari batang kemaluan suamiku dan cara gerakan pantat bule perkasa ini bergerak memompakan batang kemaluannya keluar masuk ke dalam vaginaku, benar-benar fantastis sangat cepat, membuatku tak sempat mengambil nafas ataupun menyadari apa yang terjadi, hanya rasa nikmat yang menyelubungi seluruh perasaanku, membuat secara total aku tidak dapat mengendalikan diri lagi.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">aku mulai menyadari akan hebatnya kenikmatan yang sedang menyelubungi seluruh sudut-sudut yang paling dalam di relung tubuhku akibat sodokan-sodokan batang kemaluan bule dalam rongga vaginaku yang menjepit erat, “Aaahh.. !” tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang besar, benar-benar besar sedang mulai memaksa masuk ke dalam vaginaku, memaksa bibir vaginaku membuka sebesar-besarnya, rasanya sampai sebatas kemampuan yang bisa kutolerir. Aku menoleh ke arah cermin untuk melihat apa yang sedang memaksa masuk ke dalam vaginaku itu dan.., “Aaaduuuhh.. gila.. benar-benar fantastis besarnya penis bule ini” keluhku, terlihat bagian pangkal belakang batang kemaluan John sepanjang kurang lebih 5 cm membengkak, membentuk seperti bonggol, dan dari bagian tersebut sedang mulai dipaksakan masuk, menekan bibir-bibir kemaluanku dan secara perlahan-lahan menerobos masuk ke dalam lubang vaginaku . “‘Ooohh.. aaampun.. jangan John.. aku akan mati kalau engkau memaksakan benda itu masuk ke dalamku!”</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">aku memelas tak berdaya seakan-akan John akan mengerti, akan tetapi sia-sia saja, dengan mata melotot aku melihat benda tersebut mulai menghilang ke dalam kemaluanku, “Rat.. nanti kalau sudah masuk semuanya dan licin kau akan merasakan kenikmatan yang kamu belum pernah rasakan sebelumnya..!” John mencoba menenangkanku, kepalaku tertengadah ke atas dan mataku terbalik ke belakang sehingga bagian putihnya saja yang kelihatan, dan sekujur badanku mengejang, bongkahan tersebut terus menerobos masuk ke dalam lubang vaginaku, sampai akhirnya seluruh lubang kenikmatanku dipenuhi oleh kepala, batang kemaluan dan bongkahan pada pangkal batang kemaluan bule tersebut. Oh.. benar-benar terasa sesak dan penuh rongga vaginaku dijelali oleh keseluruhan batang kemaluan bule tsb. Dalam keadaan itu John terus melanjutkan menekan-nekan pantatnya dengan cepat, membuat badanku ikut bergerak-gerak karena belakang batang kemaluannya telah terganjal di dalam lubang kemaluanku akibat bongkahan pada pangkal batang kemaluannya yang besar itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Pantat John tersebut terus bergerak-gerak dengan liarnya, sambil bibirnya menciumi pundakku yang sudah tidak ditutupi handuk, terengah-engah dan mendengus-dengus, hal ini mengakibatkan batang kemaluannya dan bongkahan tersebut mengesek-gesek pada dinding-dinding vaginaku yang sudah sangat sangat kencang dan sensitif mencengkeram, yang menimbulkan perasaan geli dan nikmat yang amat sangat..sehingga kepalaku tergeleng-geleng ke kiri dan ke kanan dengan tak terkendali dan dengan histeris pantatku kutekan ke belakang merespon perasaan nikmat yang diberikan oleh John, yang tak pernah kualami selama ini.”Ooohh.. tidak..” pikirku, “Aku tak pantas mengalami ini.. aku bukan seorang maniak seks! Aku selama ini tidak pernah nyeleweng dengan siapa pun.. ta.taapii.. sekarang.. ooohh seorang bule? aduuuhh! Tapiii.. ooohh.. enaaaknya.. aghh.. akuuu.. tak dapat menahan ini.. agghh.. aku tak menyadari betapa.. nikmaaatnya penis besar dari seorang bule yang perkasa..! aaaaqhh..!”</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Akhirnya aku tidak dapat mengendalikan diriku, rasa bersalah kalah oleh kenikmatan yang sedang melanda seluruh tubuhku dari perasaan yang begitu nikmat yang diberikan John padaku, dengan tak sadar lagi aku mendesah mengerang dan mengguman, “Ooohh..John you’re cock is so biiig.. so gooood..! enaaakk.. aaaggh! teruuusss.. puasin aku.. Fuuuck meee Jooohn..” Aku benar-benar sekarang telah berubah menjadi seekor kuda liar, aku betinanya sedang ia kuda jantannya. Perkosaan sudah tidak ada lagi dibenakku, pada saat ini yang yang kuinginkan adalah disetubuhi oleh John senikmat mungkin dan selama mungkin, dan akhirnya aku mengalami orgasme yang pertama yang benar-benar dahsyat, suatu kenikmatan yang tak pernah kualami dengan suamiku selama ini.”Ooohh.. yaa Ooohh.. puasin lagi aku John Ooohh.. setubuhi aku dengan batang kemaluanmu yang begitu besar dan perkasa!..aaaagghhh…!” terasa cairan hangat terus keluar dari dalam tubuhku, membasahi rongga-rongga di dalam lubang kemaluanku. “Aaagghhh.. ooohh.. benar-benar nikmaaaaat..!”</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">keluhku tak percaya, terasa badanku melayang-layang, suatu kenikmatan yang tak terlukiskan. “Aaagghhh!” gerakanku yang liar pada saat mengalami orgasme itu agaknya membuat John merasa nikmat juga, disebabkan otot-otot kemaluanku berdenyut-denyut dengan kuat mengempot batang kemaluannya, mungkin pikirnya ini adalah kuda betina terhebat yang pernah dinikmatinya, hangat.. sempit dan sangat liar, batang kemaluan John yang besar itu mulai membengkak, sementara gerakan-gerakan tekanannya makin cepat saja, kelihatan John akan mengalami orgasme, gerakan-gerakan yang liar dari batang penisnya yang besar itu menimbulkan perasaan ngilu dan nikmat pada bagian dalam vaginaku, membuatku kehilangan kontrol dan menimbulkan perasaan gila dalam diriku, pantatku kugerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan dengan liar mengimbangi gerakan sodokan John yang makin cepat saja.”Ooohh.. aaaduuh.. aaaghh! Joooohn..aku mau keluuuuaaar laaaggiii..!!” lenguhan panjang keluar dari mulutku mengimbangi orgasme kedua yang melandaku. Badanku meliuk-liuk dan bergetar dengan hebat kedua kakiku kurapatkan erat erat , kepalaku tertengadah ke atas dengan mulut terbuka dan kedua tanganku mencengkeram kasur dengan kuat sedangkan kedua otot-otot paha mengejang dengan hebat dan kedua mataku terbeliak dengan bagian putihnya yang kelihatan sementara otot-otot dalam kemaluanku terus berdenyut-denyut dan hal ini juga menimbulkan perasaan nikmat yang luar biasa pada John karena batang kemaluannya terasa dikempot kempot oleh lobang vaginaku yang mengakibatkan dia juga mengalami orgasme dan terasa cairan hangat dan kental yang keluar dari batang kejantanannya, rasanya lebih hangat dan lebih kental dan banyak dari punya suamiku, air mani John serasa dipompakan, tak henti-hentinya ke dalam lobang vaginaku, rasanya langsung ke dalam rahimku banyak sekali.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aku dapat merasakan semburan-semburan cairan kental hangat yang kuat, tak putus-putusnya dari air maninya .memompakan benihnya ke dalam kandunganku terus menerus hampir selama 1 menit, mengosongkan air maninya yang tersimpan cukup lama, karena selama ini dia tidak pernah bersetubuh dengan istrinya yang berada jauh dinegaranya. John terus menekan batang kemaluannya sehingga clitorisku ikut tertekan dan hal ini makin memberikan perasaan nikmat yang hebat, yang tak kusangka, tubuhku bergetar lagi merasakan rangsangan dahsyat sampai akhirnya aku mengalami orgasme yang ketiga. Akhirnya aku tertidur dengan nyenyaknya karena letih. Keesokan harinya aku terbangun dengan tubuh yang masih terasa lemas dan terasa tulang-tulangku seakan-akan lepas dari sendi-sendinya, sambil melirik ke arah John yang sedang tertidur lelap kupandangi tubuhnya yang telanjang kekar besar terlihat bulu bulu halus kecoklat coklatan menghias dadanya yang bidang lalu bulu bulu tersebut turun kebawah semakin lebat dan memutari sebuah benda yang tadi malam ‘menghajar’ vaginaku, benda itu masih tertidur tetapi ukurannya bukan main seperti penis suamiku yang sudah tegang maximum. Tiba tiba darahku berdesir, vaginaku terasa berdenyut, “..Oh.. apa yang terjadi pada diriku..?”</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><a href="http://nursingshool.blogspot.com/2011/11/becoming-nurse-practitioner-ist-eine.html"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAwBd4ULNrRGpXa4UuxiywRdwaGiKAZnpMiSfnPet1f1ynlow0KRBYEhvL27-WbmHdS94en-TXucAPth2CayQb0hL1mzFXnYYnrsTvdJS8Ra5KdolGFS7Y-LeGTVYOaAIvCwklo7lkvLQ/s1600/omni-hotel.jpg" /></a></span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><br />
</div></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-57941354862198295562011-11-10T17:33:00.000-08:002011-11-28T18:10:15.661-08:00Yuk Terapi Sex ?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 21px;"><span class="Apple-style-span" style="color: #f3f3f3;">Kata orang, akulah orang yang paling bahagia di dunia. Bayangkan tinggal di Surabaya yang disebut-sebut merupakan kota besar kedua di Indonesia dengan uang banyak, memiliki puluhan perusahaan dan cabang-cabangnya di seluruh Indonesia, isteri cantik dan sexy, dan semua orang mengenalku dengan baik. Tapi dalam hati kecilku, aku merasa ada sesuatu yang kurang. Setelah menikah kurang lebih 3 tahun, kami belum dikaruniai anak. Memang kelemahannya ada pada diriku. Walaupun aku ganteng dan berbadan tinggi besar dan tegap, aku selalu mengalami kegagalan saat berhubungan intim dengan isteri. Ya, sekitar dua tahun sebelum kami menikah, aku mengalami kecelakaan lalu lintas. Motorku ditabrak dari belakang oleh sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi dan berusaha mendahului motor yang kukendarai. Saat itu ternyata ada mobil yang muncul dari arah berlawanan, sehingga untuk menghindari “adu kambing” truk itu membanting stir ke kiri dan menabrak motorku. Aku terjungkal dan terbanting ke aspal di siang bolong. Untunglah aku tidak cedera. Hanya kedua tanganku sedikit tergores dan pantatku sakitnya bukan main. Rupanya aku jatuh terduduk di pinggir jalan aspal dekat trotoar jalan. Seorang bapak yang ikut menyaksikan kecelakaan itu segera memapahku berdiri dan membawaku ke rumah sakit terdekat. Sejak itu, jika aku berhubungan dengan Lilian, isteriku, aku selalu tidak dapat melaksanakan tugasku dengan baik. Penisku tidak bisa berdiri. Kadang bisa berdiri tapi sebentar belum juga masuk dengan pas.. eh.. sudah menyemprotkan cairan mani.</span></span><br />
<a name='more'></a><br />
<div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Beberapa dokter telah kudatangi. Tapi kesembuhanku belum juga muncul. Tadinya muncul ide agar aku mencoba-coba untuk “jajan” di lokalisasi. “Ah..” pikirku lagi, “Nanti malah kena AIDS atau HIV. Lebih repot lagi kan?” Nah, suatu hari aku mendengar dari teman karibku, Hartono, bahwa di Jakarta katanya ada seorang dokter spesialis yang bisa menyembuhkan kelainan-kelainan seks dengan biaya terjangkau dan tanpa efek samping. Lalu dengan persetujuan isteriku, aku pun mengambil cuti selama seminggu untuk berangkat ke sana. Karena punya sanak famili yang tinggal di bagian barat Jakarta, aku pun tanpa kesulitan menemukan dokter yang kucari. Tempat prakteknya ternyata terletak di lantai 18 sebuah apartemen mewah di pusat kota. Aku tadinya merasa deg-degan dan agak malu untuk naik ke sana. Bagaimana kalau dokter itu menyarankan yang tidak-tidak kepadaku? Lalu.. apakah hasilnya akan maksimal seperti yang kuharapkan? Berbagai pertanyaan lain terus saja bergema dalam hati kecilku. Namun bila kuingat raut wajah Lilian yang cemberut dan penuh kekecewaan bila penisku tidak bisa tegang atau baru masuk ke permukaan vaginanya, aku sudah ejakulasi.. wah.. lebih baik aku mencoba saja ke sana deh, siapa tahu ada mujizat yang terjadi. Benar kan?</span></div><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saat aku sampai di ruangan kantor yang amat mewah itu, kulihat seorang gadis cantik yang masih berumur sekitar 22-23 tahun sedang menulis sesuatu dan kemudian memandangku dengan ramah.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Mau ikut terapi, Pak?” ia bertanya dengan seulas senyum di bibirnya yang mungil.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Ya, maaf.. Dokternya ada?” tanyaku ragu-ragu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Hari ini kebetulan Dokter Amy Yip sedang tidak ada pasien..” ujarnya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Dokter Amy Yip… Kok kayak nama bintang film mandarin sih, Mbak… apa ia berasal dari Hongkong?”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Betul sekali… Memang namanya Yip Chi Mei, ia seorang dokter spesialis terapi seksual asal Indonesia lulusan Hongkong Medical College… dan ia lebih suka dipanggil dengan nama Dokter Amy Yip.” katanya memberi penjelasan.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah mengisi formulir yang berisi data-data pribadi, aku langsung diantar ke tempat prakter dokter itu. Gadis yang belakangan kuketahui bernama Sally itu kemudian mengetuk pintu ruang praktek Dokter Amy Yip. Pintu pun dibuka dari dalam. Benar saja dugaanku. Di sana berdiri seorang wanita cantik mengenakan blazer hitam dan berumur sekitar 30 tahun. Ia berambut ikal sebahu. Oh ternyata ini dokternya!</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Maaf Dok… ini ada Bapak Kuntoro dari Surabaya ingin ikut terapi… ini data-data lengkapnya.” ujar Sally sambil memberikan formulir yang sudah kuisi dan mempersilakan aku masuk ke kantor itu. Sally pun berjalan kembali ke meja kerjanya di depan ruangan itu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Silakan masuk, Pak…” ujar dokter cantik itu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Baik, terima kasih.” jawabku singkat.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span id="more-1542" style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah kami duduk di dalam ruang praktek itu, Dokter Amy Yip kemudian mulai menanyakan beberapa hal yang amat pribadi padaku. Karena kupikir ia seorang dokter yang harus tahu benar keadaan dari kehidupan seks rumah tanggaku, aku pun membeberkan semuanya. Salah satu pertanyaannya adalah, “Kira-kira Bapak bisa tahan berapa lama dalam berhubungan intim dengan isteri?” atau, “Gaya apa yang paling Bapak sukai bila berhubungan dengan isteri?”</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Mendengar semua jawabanku, ia pun mengangguk-angguk tanda mengerti. Lalu dengan sorot mata tajam ia memandangku serta berkata, “Pak Kuntoro, saya rasa sebaiknya kita bisa mengadakan terapi seks sekarang juga. Di sebelah sana ada ranjang yang bisa Bapak gunakan untuk itu… Di sana saya akan menguji ketahanan Bapak untuk tidak berejakulasi selama beberapa menit… kalo memungkinkan nanti kita bisa berhubungan badan guna proses penyembuhan lebih lanjut. Gimana Pak.. apa Bapak setuju?”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Wah… ini toh yang namanya terapi seks. Kalau begini sih pasti aku mau sekali,” pikirku dalam hati.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tanpa pikir panjang lagi aku menyahut, “Baiklah… Terserah Dokter saja, gimana baiknya…”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dalam pikiranku tiba-tiba muncul bayangan gimana kira-kira bentuk tubuh Dokter Amy Yip ini nanti kalau ia telanjang. Pikiran seperti ini langsung saja membuat penisku tiba-tiba menegang dan keras.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kemudian kami berjalan menuju ranjang terapi yang dimaksud. Setelah aku duduk dengan bersandarkan bantal, dokter cantik itu duduk dengan santai di hadapanku. Ia kemudian dengan sengaja membuka semua baju luarnya. Akhirnya yang tertinggal hanya BH dan celana dalamnya. “Pak Kuntoro, silakan Bapak meraba-raba saya… terserah Bapak mau meraba bagian tubuh saya yang mana… nanti kita lihat berapa menit waktu yang Bapak perlukan untuk ejakulasi…” perintahnya. Tentu saja aku mau melakukannya dengan senang hati. Wong yang di depanku, tubuh dokter itu begitu mulus dan putih. Payudaranya saja begitu menonjol ke depan. Mungkin ukuran 38B, seperti hendak meloncat keluar dari penutupnya. Dengan pelan kuelus wajah dokter itu, lalu lehernya yang jenjang. Kemudian tangan kananku turun ke bukit kembarnya. Kuraba pelan dan kuremas-remas. Lalu tangan kiriku bergerak menuju CD-nya. Namun, sekonyong-konyong ada sesuatu yang mau meledak dalam tubuhku. Aku buru-buru menghentikan rabaan-rabaanku. Aku berusaha segera membuka celana panjang yang kukenakan. Namun terlambat sudah. Penis andalanku sudah menyemprot dengan derasnya. Aku hanya bisa mengepalkan tangan sambil menutup mata. “Sialan!” ujarku. Celana panjangku terutama di bagian pangkal paha tentu saja basah tidak karuan.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Cuma dua menit kurang 25 detik… saya rasa keadaan ini masih bisa disembuhkan, Pak… Sebelumnya ada pasien saya yang lebih buruk keadaannya… asal Bapak mau telaten berobat tiap hari ke sini…” Dokter Amy Yip menimpali setelah melihat arloji yang dikenakannya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Hari itu terapi seks yang harus kujalani selesai sudah. Setelah mengenakan pakaiannya kembali dan kami kembali duduk di meja kerjanya, dokter itu lalu berkata, “Mohon diingat ya, Pak… apa yang kita lakukan barusan hanyalah sebatas untuk terapi… bukan untuk dilakukan di luar jam kerja saya…” Oh, aku mengerti maksudnya. Ia tidak mau kuajak kencan di luar praktek terapinya. Itu peraturannya. Ah tidak apa-apa bagiku. Toh aku orangnya setia pada isteriku. Walau Lilian lebih galak dari dokter ini, namun ia kan isteriku dan mantan pacarku. Iya kan?</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Keesokan harinya, masih dengan terapi yang sama. Cuma Dokter Amy kini tidak mengenakan BH. Benar adanya, kedua bukit kembarnya itu begitu besar, kencang dan amat menantang. Putingnya berwarna merah kecoklatan seperti tegak siap untuk disedot. Ia berkata, “Silakan Bapak mau meremas atau mengulum atau menjilat payudara saya… terserah… saya hanya ingin tahu Bapak bisa tahan berapa lama untuk tidak ejakulasi.” Tanpa menunggu perintah selanjutnya, aku langsung saja meraba dan meremas kedua bukit kembarnya. Kemudian kuarahkan mulutku untuk merasakan nikmatnya payudara itu. Aku menghisap, menjilat dan mengulum putingnya. Ia tampak merem-melek menikmatinya. Ternyata dua menit berlalu. Dan kembali aku mengalami ejakulasi. Spermaku tersemprot hebat. Untunglah kali ini aku masih sempat membuka reitsleting celanaku dan mengarahkan penisku yang sudah tegang dan membesar itu ke ember khusus untuk hasil sperma terapi. “Dua menit lebih 5 detik… hari ini ada peningkatan, Pak…” jawabnya sambil menyunggingkan senyum setelah semuanya selesai. “Besok kita lanjutkan lagi. Jangan kuatir, Pak… Perkiraan saya pada hari keempat nanti… waktu Bapak untuk tahan tidak ejakulasi pasti lebih dari sepuluh menit. Saya jamin, Pak.” Lalu hari itu kami pun berpisah. Aku pulang ke hotel tempatku menginap dengan berbagai pikiran tentang harapan kesembuhan selanjutnya yang akan kualami serta terapi apa yang akan dilakukannya besok terhadap diriku.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Hari ketiga…</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kali ini kami berdua benar-benar telanjang bulat. Dokter Amy kini yang mengambil inisiatif. Ia sengaja yang membuka pakaian yang kukenakan sampai aku benar-benar bugil. Lalu kemudian ia membuka pakaiannya sendiri. Saat ia melakukannya, matanya tak lepas dari memandang senjataku. Entah apa yang ada di benaknya. Yang pasti saat itu senjataku belum tegang bahkan hingga ia membuka CD-nya. Ketegangan dalam diriku mungkin sedikit banyak tidak membantu dalam merangsang penis yang kumiliki. Lalu ia duduk di pinggir ranjang. Kali ini dengan sengaja ia meraih senjataku lalu dikocok-kocoknya dengan pelan tapi pasti. Sementara tanganku diperbolehkan meraba apa saja yang ada di tubuhnya. Setelah kocokannya mulai menampakkan hasil, ia pun menunduk dan mengarahkan penisku ke mulutnya. Dengan telaten ia menjilat, menghisap dan mengulum penis ajaibku. Wah… hampir saja aku ingin ejakulasi. Tapi aku berusaha untuk menahannya sebab aku ingin mengetahui rasanya bila ia terus mengobok-obok penisku.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Ia lalu menyuruhku untuk mengubah posisi. Kini aku disuruhnya untuk menghisap klitorisnya, sedangkan ia dengan penuh semangat terus menghisap dan menjilat-jilat penisku. Karena tidak tahan menghadapi kuluman dan hisapan mulutnya, aku terpaksa harus melepaskan sesuatu yang seperti akan meledak dalam diriku. Dan benar.. “Crot.. crot.. crot.. crot..” Dengan derasnya maniku tertumpah di dalam mulut dokter itu. Entah sengaja atau tidak, Dokter Amy Yip tidak mau melepaskan penisku dari mulutnya. Wah..! Setelah semprotan maniku habis, dan penisku dibersihkan dengan tisu di tepi ranjang, kembali ia memberikan evaluasi terapi yang kujalani. “Lumayan…” katanya sambil melirik jam tangan. “Sepuluh menit lebih dua detik… Bapak pasti akan sembuh… Saya rasa pada terapi kita yang terakhir akan benar-benar terbukti bahwa kondisi ketahanan penis Bapak untuk tidak terlalu cepat berejakulasi saat berhubungan intim adalah normal-normal saja. Bagaimana, Pak… apa Bapak mau melanjutkan terapi yang terakhir besok?”</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tentu saja aku mau melanjutkannya. Wong disuruh berhubungan intim dengan gratis saat terapi, siapa yang nggak mau? Aku pun kemudian mengiyakan sarannya itu. Seperti yang kuduga ternyata keesokan harinya Dokter Amy Yip tidak lagi mengenakan apa-apa di balik baju prakteknya. Aku pun segera membuka semua pakaianku. Lalu dengan ganas kuserbu tubuhnya yang sudah berbaring menantang di atas ranjang. Pertama kucium keningnya, lalu turun ke bibir, pipi, leher hingga payudaranya yang amat kenyal itu. Di sana kujilat dan kupelintir putingnya yang merah kecoklatan. Ia pun merem-melek. Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Kemudian kepalaku bergerak menuju pangkal pahanya. Di sana kembali kujilati bibir vagina dan klitorisnya. Kujulurkan lidahku ke dalam vaginanya sambil tangan kananku terus meremas-remas payudaranya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah beberapa menit, ternyata penisku sudah berdiri tegang dan mengeras. Tanpa menunggu diperintah lagi, kuarahkan penisku ke liang kewanitaannya. Dengan sekali sentak, masuklah penisku dengan mudahnya. Rupanya ia sudah tidak perawan. Tanpa susah payah aku terus menggenjot dan memompa penisku agar bisa benar-benar memuaskan dirinya. Saat itu aku lupa segalanya, terapi, isteriku yang sedang menunggu dengan harap cemas di Surabaya, pekerjaan di kantor yang menumpuk, dll. Pokoknya kesempatan ini tidak bisa dilewatkan. Sementara itu Dokter Amy Yip terus saja menggoyang-goyangkan pantatnya dengan lembut. Ia mencoba untuk mengimbangi serangan gencarku.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sekitar lima belas menit berlalu. Dan tiba-tiba saja perasaanku seperti melayang. Aku merasakan kenikmatan luar biasa. “Aku ingin keluar, Dok… sebaiknya di dalam atau…” tanyaku di tengah-tengah kenikmatan yang kurasakan. “Di dalam saja Pak… biar nikmat…” jawabnya seenaknya. Rupanya ia pun akan mengalami orgasme. Dan benar, beberapa saat kemudian ia orgasme. Kemaluanku seperti disemprot dalam liang vaginanya. Sementara itu spermaku pun dengan derasnya mengalir ke dalam liang vaginanya. Aku pun akhirnya jatuh tertidur di atas tubuhnya. Ternyata dokter itu masih ingat bahwa apa yang kami lakukan adalah terapi. Ia segera melirik arlojinya dan segera membangunkanku.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Lima belas menit sepuluh detik… selamat Pak Kuntoro… kondisi Anda kembali normal… bahkan sangat normal..” ujarnya sambil mengenakan pakaiannya kembali dan menyalamiku. Aku yang baru saja keletihan melayani nafsu seksnya tentu saja tertegun. Lima belas menit? Wah hebat. Aku sembuh, Lilian! Aku sembuh! Hampir saja aku meloncat-loncat.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah membereskan semuanya, aku pun segera pulang ke Surabaya malam itu juga. Betapa bahagianya aku sekarang. Pasti Lilian akan gembira menyambut kesembuhanku. Dan benar dugaanku. Saat ini sudah tiga bulan kejadian itu berlalu. Lilian pun mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Menstruasinya sudah terlambat seminggu. Untung ada dokter seksi Amy Yip.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><a href="http://nursingshool.blogspot.com/2011/11/becoming-nurse-practitioner-ist-eine.html"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoi-hpqDIcf3FVVEhsbvs6Ohn8o7WFvIsoZNhIcFn_DfA9Oh6lW8hdz02qxrWEpYxXsut8rLxhjzcTcazKY4FeE1EwEaO7nJ-7LN4vxBm2dqjHtYQtZ1uTfkY0aBre-QSaAPnvnCMPyzw/s1600/Colon.JPG" /></a></span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><br />
</div></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-73055755485603957062011-11-08T22:15:00.000-08:002011-11-28T18:10:58.718-08:00Ku Puaskan Nafsu Tanteku<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px;">Kejadian ini dimulai ketika saya menginap di rumah om saya di daerah depok. Om saya telah menikah dan memiliki 2 anak lelaki yang lucu umur 3 dan 5 tahun, serta memiliki istri yang cukup cantik (menurut saya) umurnya sekitar 27 tahun. Saya sendiri tinggal di depok, kurang lebih jarak tempat tinggalku dengan tante adalah 19 tahun.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Awal kejadiannya adalah pada hari sabtu malam saya mendengar pertengkaran di rumah tersebut, yang tidak lain adalah om saya dengan tante saya. Ternyata penyakit ‘gatel’ om saya kambuh lagi yaitu sering pergi ke diskotik bersama temannya. Hal tersebut sangat menyakitkan tante saya, karena di sana om saya akan mabuk-mabukan dan terkadang pulangnya bisa pada hari Minggu malam. Entahlah apa yang dilakukan di sana bersama teman-temannya. Dan pada saat itu hanya aku bertiga saja di rumah: saya, Om Pram dan Tante Sis.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Brak..” suara gelas pecah menghantam pintu, cukup membuat saya kaget, dan om saya dengan marah-marah berjalan keluar kamar. Dari dalam kamar terdengar tante saya berteriak, “Nggak usah pulang sekalian, cepet ceraikan aku.” Dalam hatiku berkata, “Wah ribut lagi.” Om Pram langsung berjalan keluar rumah, menstarter mobil Tarunanya dan pergi entah ke mana.</span><br />
<a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6111682119489752550&postID=7305575548560395706&from=pencil" name="more" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; text-align: justify; text-decoration: none;"></a><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Di dalam kamar, aku mendengar Tante Sis menangis. Aku mau masuk ke dalam tapi takut kena damprat olehnya (kesalahan Om Pram dilimpahkan kepadaku). Tapi aku jadi penasaran juga. Takut nanti terjadi apa-apa terhadap Tante Sis. Maksudku akibat kecewa sama Om Pram dia langsung bunuh diri.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya. Dan kulihat dia menangis menunduk di depan meja rias. Aku berinisiatif masuk pelan-pelan sambil menghindari pecahan gelas yang tadi sempat dilemparkan oleh Tante Sis. Kuhampiri dia dan dengan pelan.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Aku bertanya, “Kenapa Tan? Om kambuh lagi?”</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Dia tidak menjawab, hanya diam saja dan sesekali terdengar isak tangisnya. Cukup lama aku berdiri di belakangnya. Pada waktu itu aku hanya memandangnya dari belakang, dan kulihat ternyata Tante Sis mengenakan baju tidur yang cukup menggiurkan. Pada saat itu aku belum berpikiran macam-macam. Aku hanya berkesimpulan mungkin Tante Sis mengajak Om Pram, berdua saja di rumah, karena anak-anak mereka sedang pergi menginap di rumah adik Tante Sis. Dan mungkin juga Tante Sis mengajak Om bercinta (karena baju yang dikenakan cukup menggiurkan, daster tipis, dengan warna pink dan panjang sekitar 15 cm di atas lutut). Tetapi Om Pram tidak mau, dia lebih mementingkan teman-temannya dari pada Tante Sis.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Tiba-tiba Tante Sis berkata, “Om kamu kayaknya udah nggak sayang lagi sama Tante. Sekarang dia pergi bersama teman-temannya ke depok, ninggalin Tante sendirian di rumah, apa Tante udah nggak cakep lagi.” Ketika Tante Sis berkata demikian dia berbalik menatapku. Aku setengah kaget, ketika mataku tidak sengaja menatap buah dadanya (kira-kira berukuran 34). Di situ terlihat puting susunya yang tercetak dari daster yang dikenakannya. Aku lumayan kaget juga menyaksikan tubuh tanteku itu.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Aku terdiam sebentar dan aku ingat tadi Tante Sis menanyakan sesuatu, aku langsung mendekatinya (dengan harapan dapat melihat payudaranya lebih dekat lagi).</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Tante masih cantik kok, dan Om kan pergi sama temannya. Jadi nggak usah khawatir Tan!”</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Iya tapi temennya itu brengsek semua, mereka pasti mabuk-mabukan lagi dan main perempuan di sana.”</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Aku jadi bingung menjawabnya. Secara refleks kupegang tangannya dan berkata, “Tenang aja Tan, Om nggak bakal macem-macem kok.” (tapi pikiranku sudah mulai macam-macam).</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Tapi Tante denger dia punya pacar di surabaya, malahan Tante kemarin pergoki dia telponan ama cewek, kalo nggak salah namanya Sella.”</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Masak Om tega sih ninggalin Tante demi cewek yang baru kenal, mungkin itu temennya kali Tan, dan lagian Tante masih tetap cantik kok.”</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Tanpa Tante Sis sadari tangan kananku sudah di atas paha Tante Sis karena tangan kiriku masih memegang tangannya. Perlahan-lahan pahanya kuusap secara halus, hal ini kulakukan karena aku berkesimpulan bahwa tanteku sudah lama tidak disentuh secara lembut oleh lelaki.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Tiba-tiba tanganku yang memegang pahanya ditepis oleh Tante Sis, dan berdiri dari duduknya, “Saya tantemu saya harap kamu jangan kurang ajar sama Tante, sekarang Tante harap kamu keluar dari kamar tante sekarang juga!” Dengan nada marah Tante Sis mengusirku.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Cukup kaget juga aku mendengar itu, dan dengan perasaan malu aku berdiri dan meminta maaf, kepada Tante Sis karena kekurangajaranku. Aku berjalan pelan untuk keluar dari kamar tanteku. Sambil berjalan aku berpikir, aku benar-benar terangsang dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Sejak aku putus dengan pacarku, terus terang kebutuhan biologisku kusalurkan lewat tanganku.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Setelah sampai di depan pintu aku menoleh kepada Tante Sis lagi. Dia hanya berdiri menatapku, dengan nafas tersenggal-senggal (mungkin marah bercampur sedih menjadi satu). Aku membalikkan badan lagi dan di pikiranku aku harus mendapatkannya malam ini juga. Dengan masa bodoh aku menutup pintu kamar dari dalam dan menguncinya, lalu langsung berbalik menatap tanteku. Tante Sis cukup kaget melihat apa yang aku perbuat. Otakku sudah dipenuhi oleh nafsu binatang.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Mau apa kamu?” tanyanya dengan gugup bercampur kaget.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Tante mungkin sekarang Om sedang bersenang-senang bersama pacar barunya, lebih baik kita juga bersenang-senang di sini, saya akan memuaskan Tante”. Dengan nafsu kutarik tubuh tanteku ke ranjang, dia meronta-ronta, Tante Sis memiliki tinggi tubuh sekitar 165 cm dan berat kurang lebih 50 kg) aku dapat mendorongnya ke ranjang, lalu menindihnya.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Lepasin Tante, deh,” suara keluar dari mulutnya tapi aku sudah tidak peduli dengan rontaannya. Dasternya kusingkap ke atas. Ternyata Tante Sis tidak mengenakan celana dalam sehingga terpampang gundukan bukit kemaluannya yang menggiurkan, dan dengan kasar kutarik dasternya bagian atas hingga payudaranya terpampang di depanku. Dengan bernafsu aku langsung menghisap putingnya, tubuh tanteku masih meronta-ronta, dengan tidak sabar aku langsung merobek dasternya dan dengan nafsu kujilati seluruh tubuhnya terutama payudaranya, cukup harum tubuh tanteku.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Akibat rontaannya aku mengalami kesulitan untuk membuka pakaianku, tapi pelan-pelan aku dapat membuka baju dan celanaku. Sambil membuka baju dan celanaku itu, dengan bergantian tanganku mengusap bukit kemaluannya yang menurutku mulai basah (mungkin Tante Sis sudah mulai terangsang walaupun masih berkurang tetapi frekuensinya agak menurun sedikit).</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">kemaluanku telah berdiri tegak dan kokoh nafsu telah menyelimuti semua kesadaranku bahwa yang kugeluti ini adalah isteri pamanku sendiri….yaitu tanteku….</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Dengan tidak sabar aku langsung berusaha membenamkan kejantananku ke liang TANTEKU……….. ,</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Aku agak kesulitan menemukan celah kewanitaan tanteku,kadang kemaluanku meleset keatas dan bahkan kadang meleset kearah lubang anus tanteku .</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">ini disebabkan tanteku bergerak kesana kemari berusaha menghindar dan menghalangi kemaluanku yang sudah siap tempur ini……………………………………..</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“heh, jangan, aku Tantemu tolong lepasin, ampun, Tante minta ampun”. Aku sudah tidak peduli lagi Rengekannya. …….usahaku kepalang tanggung dan harus berhasil……karena gagalpun mungkin akibatnya akan sama</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">bahkan mungkin lebih fatal akibatnya…….</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Ketika lubang senggamanya kurasa sudah pas dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kewanitaannya aku langsung menghujamkan senjataku.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Auuhh, sakit, aduh.. Tante minta ampun.. tolong jangan lakukan …..lepasin Tante..” Ketika mendengar rintihannya, aku jadi kasihan, tetapi senjataku sudah di dalam, “Maaf Tante, saya sudah tidak tahan dan punyaku sudah terlanjur masuk nih…..,” bisikku ke telinganya. Tante Sis hanya diam saja. Dan tidak berkata apa-apa.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Dengan pelan dan pasti aku mulai memompa kemaluanku naik turun, ……..tanteku menggelinjang hebat…..seakan akan masih ada sedikit pemberontakan dalam dirinya….</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">ssshhhhhhhhh….tanteku hanya mendesis lirih sambil menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan tak mau menatap wajahku…….kemudian Dia hanya diam pasrah dan kulihat air matanya berlinang keluar. Kucium keningnya dan bibirnya, sambil membisikkan, “Tante, Tante masih cantik dan tetap mengairahkan kok, saya sayang Tante, bila Om sudah tidak sayang lagi, biar saya yang menyayangi Tante.” Tante Sis hanya diam saja, dan kurasakan pinggulnya pun ikut bergoyang seirama dengan goyanganku.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Kemaluanku kudorong perlahan …seakan ingin menikmati kenyamanan ini dengan waktu yang lama……..</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">cllkk….clllkkkk.cclkkkk bunyi badanku beradu dengan badan tanteku…….seirama keluar masuknya kemaluanku kedalam liang senggamanya yangbetul betul enak……</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">…</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Kira-kira 10 menit aku merasakan liang kewanitaan tanteku semakin basah dan kakinya menyilang di atas pinggulku dan menekan kuat-kuat mungkin tanteku sedang orgasme……………………………………. </span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">kudiamkan sejenak …..kubiarkan tanteku menikmati orgasmenya………kubenamkan lebih dalam kemaluanku ,sambil memeluk erat tubuhnya iapun membalasnya erat…..kurasakan tubuh tanteku bergetar…</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">kenikmatan yang dahsyat telah didapatkannya…….</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Kubalik badan tanteku dan sekarang dia dalam posisi diatas……kemaluanku masih terbenam dalam kewanitaan tanteku……tapi dia hanya diam saja sambil merebahkan tubuhnya diatas tubuhku,….lalu kuangkat pinggul tanteku perlahan…..dan menurunkannya lagi….kuangkat lagi……dan kuturunkan lagi…….kemaluanku yang berdiri tegak menyodok deras keatas …kelubang nikmatnya……</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">ahirnya tanpa kubantu ….tanteku menggoyangkan sendiri pantatnya naik turun…..</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">oooooooccchhhhhhhh…….aku yang blingsatan kenikmatan…</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">rupanya tanteku mahir dengan goyangannya diposisi atas….</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">kenikmatan maximum kudapatkan dalam posisi ini….</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">rupanya tanteku mengetahui keadaan ini …ia tambah menggoyang goyangkan pantatnya meliuk liuk persis pantat Anisa bahar penyanyi dangdut dengan goyang patah patahnya…….</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">oooooochhhhhh,…………sshhh……kali ini aku yang mirip orang kepedasan</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">aku mengangkat kepalaku…kuhisap puting susu tanteku…..</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">ia mengerang……..goyangannya tambah dipercepat….</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">dan 5 menit berjalan …….tanteku bergetar lagi……ia telah mendapatkan orgasmenya yang kedua……</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">pundakku dicengkeramnya erat……</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">ssshhhhhhh………bibir bawahnya digigit…sambil kepalanya menengadah keatas…..</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“….******* kamu…….tante kok bisa jadi gini…..ssssshhhh</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">….tante udah 2 kali kluarrrrrrrr…”…..</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">aku hanya tersenyum…..</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“tulangku rasa lepas semua to….”</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">aku kembali tersenyum…</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“tante gak pernah klimaks lebih dari 1 x kalo dengan ommu..”</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">kubalik kembali badan tanteku dengan posisi konvensional..</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">kugenjot dengan deras kewanitaannya…..</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">oooohhh oohhh….ssshhhhh</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">tanteku kembali menggeliat pinggulnya mulai bergoyang pula mengimbangi genjotanku…………..</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">aku pun sudah kepengen nyampe…….</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">dan tidak lama kemudian akupun mengeluarkan spermaku di dalam liang senggamanya.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">ssshhhhhh……aaachhhhhhh………………..</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">spermaku tumpah dengan derasnya kedalam liang senggama tanteku……..</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">mata tanteku sayu menatapku klimaks………</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">permainan panjang yang sangat melelahkan……yang diawali dengan pemaksaan dan perkosaaan yang ahirnya berkesudahan dengan kenikmatan puncak yang sama sama diraih…….</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">kulihat terpancar kepuasaan yang amat sangat diwajah tanteku…………………..</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“kamu harus menjaga rahasia ini lo…..”</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">aku hanya mengangguk….</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">dan sekarang tanteku tak perduli lagi kalau om ku mau pulang atau tidak…….</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">karena kalau om ku keluar malam maka tanteku akan menghubungiku via HP untuk segera kerumahnya……</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><a href="http://nursingshool.blogspot.com/2011/11/becoming-nurse-practitioner-ist-eine.html"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk1-87TWb2hkoiBWZr78DTYRROvlNFihDpm6T43WMzMC6ZWjxWgNC3bTy4TdANstqhU9AImecNLlSHI5rt7jenpPgmVoAzdA-_dEpLMwehAm8UgOoLrZuxA0cKUyLZdnbwFopDbHUN4KU/s1600/d5.png" /></a></span></div><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;"><br />
</span></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-48745989776875544002011-11-08T22:11:00.000-08:002011-11-28T18:11:29.547-08:00Sekretarisku Nikmat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px;">Aku tersenyum puas, aku memang nggak egois, biar Ritaku dulu yang terkulai lemas menikmati klimaksnya, aku bisa menyusul kemudian dan Rita selalu melayaniku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Kubalikkan tubuhnya, kujilati dengan kulumat lendir-lendir di vaginanya, kujilat, kugigit sayang klitoris dan vaginanya, dia menggelinjang kegelian. Kutelan semua lendir Ritaku, sementara itu penisku masih berdiri tegak.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Cepat masukin penisnya sayang, Mamah mau bobo nich.., lemas, ngantuk”, kicaunya. Setelah kubersihkan vaginanya dengan handuk kecil, kumasukkan lagi penisku, aduh ternyata lubang vaginanya menyempit kering lagi, menambah nikmat terasa di penisku.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Mmaahh, eennaak.. Maahh, oogghh, sempit lagi Maahh..” sambil terus kutekan ke atas dan ke bawah penisku.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6111682119489752550&postID=4874598977687554400&from=pencil" name="more" style="outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; text-align: justify; text-decoration: none;"></a><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Aku sedikit mengangkat badanku tanpa mencabut penisku yang terbenam penuh di vagina Rita, kemudian kaki kanan Rita kuangkat ke atas dan aku duduk setengah badan dengan tumpuan kedua dengkulku. Rita memiringkan sedikit badannya dengan posisi kaki kanannya kuangkat ke atas. Dengan posisi demikian, kusodok terus penisku ke luar dan ke dalam lubang vaginanya yang merah basah. Rita mulai melenguh kembali dan aku semakin bernafsu menusukkan penisku sampai dasar vaginanya. “Oogghh, Maahh, oogghh.. nikmat sekali sayang”, lenguhku sambil memejamkan mataku merasakan kenikmatan vagina Rita yang menyut-menyut dan menyedot-nyedot. “Paahh.. Mamah enaak lagi, oogghh.. Paahh”, dia mulai melenguh lagi keenakan. Aku semakin bersemangat menusukkan penisku yang semakin tegang dan rasanya air maniku sudah naik ke ujung penisku untuk kusemburkan di dalam kemaluan Rita yang hangat membara. Kubalikkan tubuhnya supaya tengkurap dan dengan bertumpu pada kedua dengkulnya aku mau bersenggama dengan doggy style, supaya penisku bisa kutusukkan ke vaginanya dari belakang sambil melihat pinggul dan pantatnya yang putih dan indah. Dalam posisi senggama menungging begitu, aku dan Rita merasakan kenikmatan yang sangat sempurna dan dahsyat. Apalagi aku merasakan lubang vaginanya semakin sempit menjepit batang penisku dan sedotannya semakin menjadi-jadi. “Paahh.. teruuss genjoott.. Paahh..” Rita mulai mengerang lagi keenakan dan pantatnya semakin mundur maju sehingga lubang vaginanya terlihat jelas melahap semua batang penisku. “Blleess, shhoott.. bleess.. sroott, sreett crreeckk..” gesekan penisku dan vaginanya semakin asyik terdengar bercampur lenguhan yang semakin nyaring dari dua anak manusia yang saling dilanda cinta.</span></span><br />
<a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Maahh, oogghh.. adduuhh, Yaangg.. emghh, Papah enaakk, ooghh!” aku tergoncang-goncang dan dengkulku semakin lemas menahan kenikmatan dan nafsuku yang semakin menggelegak. Sementara itu keringatku semakin bercucuran membasahi kasur meskipun AC cukup dingin di kamar hotel itu.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Paahh, oogghh, teruuss tusuuk Paahh..” Rita merintih-rintih ke asyikan, kelihatannya akan klimaks lagi. Rupanya Rita nggak mau tahu kalau posisi persetubuhan saat itu akan berakhir 2-1 untuk kemenanganku, dan entah akan menghasilkan skor berapa sampai pagi hari nanti, soalnya mumpung ketemu sebelum dia dikawinkan. Rita memintaku untuk telentang lagi dan sementara dia berada jongkok di depanku, sehingga vaginanya yang merah basah sampai ke bulu-bulunya terlihat jelas di depan mataku. Aku memberi kode agar Rita mendekatkan vaginanya ke mukaku. Sesaat kemudian vaginanya sudah ditindihkan di mulutku dan kulumat habis cairan asin bercampur manis yang ada di selangkangan dan mulut vagina dan bulunya. Kujilati habis dan kutelan dalam-dalam. Rita melenguh keasyikan sambil menggoyangkan pinggulnya ke atas ke bawah dan membenamkan vaginanya ke mukaku.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Paahh.., ooghh, Paahh.., nikmaatt, yaangg.. teruuss, aduuhh.., oogghh, eemmhh, gilaa.., emmhh”, mulai ramai lagi dia dengan lenguhannya yang semakin menambah semangatku untuk terus melumat, menjilat, menggigit-gigit kecil kemaluan dan klitorisnya, lidahku terus menggapai-gapai ke dalam kemaluannya dan sesekali menjilat lubang pantatnya, sehingga dia menggeliat dan melenguh keenakan. Lenguhan Rita kalau sedang senggama itu tak bisa kulupakan sampai saat ini.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Ritaku adalah isteriku yang sesungguhnya, meskipun secara resmi tidak dapat dilakukan karena keadaan kami masing-masing. Terkadang kami bingung apakah cinta kasih kami akan terus tanpa akhir sampai takdir memisahkan kami berdua? Rita kembali kuminta celentang, karena sudah kebiasaanku kalau aku klimaks harus melihat wajahnya dan mendengar lenguhannya di depan mataku, dan rasanya semua perasaan cintaku dan spermaku tumpah ruah di dalam vaginanya kalau aku ejakulasi sambil berada di atas tubuhnya yang mulus montok, terkadang sambil meremah buah dadanya yang putih padat.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><a href="http://www.ceritabf.info/" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; text-align: justify; text-decoration: none;"><b>Cerita Seks</b></a><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;"> - Kumasukkan lagi segera penisku yang sekeras besi dan berwarna coklat mengkilap itu kelubang vaginanya, “Blleess.” Aku sudah tak tahan lagi menahan gumpalan spermaku di ujung penisku. Kugenjot penisku keluar masuk vaginanya sampai ke ujung batang penisku, sehingga rambut kemaluan kami terasa bergesekan membuat semakin geli dan nikmat rasanya. Kuangkat kaki kanan Rita ke atas, sehingga aku semakin mudah dan bernafsu memaju mundurkan pinggulku dan penisku, Rita meringis dan melenguh keenakan. “Paahh.. teruuss Paahh.. oogghh, penis Papah eaakk.. oogghh, eemmhh.. emmhh.. aduuhh.” Keringat kami semakin bercucuran membasahi sprei, masa bodoh sudah bayar mahal ini. Aku semakin bernafsu menyodok dan menarik batang penisku dari vagina Rita yang semakin licin tapi tetap sempit seperti perawan.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Ooogghh.. Maahh.. oogghh.. Maahh.. ikut goyang dong Sayaang.., ooghh.. Papaahh maauu keluuaarr..” aku semakin gila saja dibuatnya, keringat semakin bercucuran, nikmat dan nikmat sekali setiap bersetubuh dengan Ritaku sayang. Air maniku rasanya tinggal menunggu komando saja untuk disemprotkan habis-habisan kelubang vagina Rita. “Paahh, aduuhh, bareng yuu.. Paahh.. Mamah mmoo keluaarr lagi”, Rita minta aku menindihnya dan menciumnya. Segera kutimpa dia dari atas sambil melumat mulut, bibir dan lidahnya. “Ooogghh.. yuu.. baraeeng.. Paahh.. aiiaaogghh.. aduhh.. yuu Maahh.. Paahh..” badan kami saling meregang, berpelukan erat seakan tak mau lepas lagi. Air maniku kusemprotkan dalam-dalam ke lubang vagina Rita, rasanya nggak ada lagi tersisa. Kami terkulai lemas dalam pelukan hangat dan puas sekali. Sesekali penisku kutusukan ke dalam vaginanya, Rita menggelinjang geli dan melenguh “Paahh.. udaahh.. Mamahh geli..” matanya terpejam puas. Kuciumi dia, kubersihkan lagi vaginanya dengan jilatan lidah dan mulutku, ketimbang pakai handuk. Vaginanya tetap harum, manis dan wangi laksana melati.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Sepulang dari Singapore, aku dan Rita masih selalu bertemu di beberapa motel di Jakarta dan sekitar Botabek. Aku seakan tidak rela melepas kekasihku untuk dikawinkan dengan lelaki lain. Tapi memang tidak ada jalan lain, sebab meskipun Rita telah menyatakan keikhlasannya untuk menjadi isteri keduaku, namun aku juga sangat cinta keluarga terutama anak-anakku yang masih butuh perhatian. Rita sangat maklum hal itu, namun dia juga tidak bisa menolak keinginan orangtuanya untuk segera menikah mengingat hal itu bagi seorang wanita adalah sesuatu yang harus mempunyai kepastian karena usianya yang semakin meningkat. Waktu itu Rita sudah berusia hampir 26 tahun dan untuk wanita seusia itu pantas untuk segera berumah tangga.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Tanpa terasa hari pernikahan Rita sudah tinggal tersisa satu bulan lagi, bahkan undangan pesta pernikahan sudah mulai dicetak, dan dia memberitahukan aku bahwa resepsi pernikahannya akan diselenggarakan di Balai Kartini. Hatiku semakin merasa kesepian, dari hari ke hari aku semakin sentimentil dan sering marah-marah termasuk kepada Rita. Aku begitu tak rela dan rasanya merasa cemburu dan dikalahkan oleh seorang laki-laki lain calon suami Rita yang sebenarnya tidak dia cintai. Tapi itulah sebuah kenyataan pahit yang harus kutelan. Itulah adat ketimuran kita, adat leluhur dan moyang kita. Barangkali kalau aku dan Rita hidup di sebuah negara berkebudayaan barat, hal ini tidak bakalan terjadi, sebab Rita bisa menentukan pilihannya sendiri untuk hidup bahagia bersamaku di sebuah flat tanpa bisik-bisik tetangga dan handai-taulan di sekitar kita.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Tanpa terasa pula aku sudah menjalin cinta dan berhubungan intim dengan Rita hampir empat tahun lamanya, seperti layaknya suami isteri tanpa seorang pun yang mengetahui dan hebatnya Rita tidak sampai mengandung karena kami menggunakan cara kalender yang ketat sehingga kami bersenggama jika Rita dalam keadaan tidak subur.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Pada suatu sore, Rita meneleponku minta diantarkan untuk mengukur gaun pengantinnya di sebuah rumah mode langganannya di kawasan Slipi. Kebetulan aku sedang agak rindu pada dia. Kujemput dia di sebuah toko di Blok M selanjutnya kami meluncur ke arah Semanggi untuk menuju ke Slipi. Di mobil dia agak diam, tidak seperti biasanya.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Rit, kok tumben nggak bersuara”, kataku memecah hening.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Dia menatap mukaku perlahan, tetap tanpa senyum. Air matanya terlihat samar di pelupuk matanya.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Mah, kenapa sayang? kok kelihatannya bersedih”, kataku sekali lagi.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Dia tetap menunduk dan air matanya mulai meluncur menetes di tanganku yang sedang mengelus mukanya.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Bertambah dekat hari pernikahanku, aku bertambah sedih Pah”, ujarnya.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Mamah membayangkan malam pengantin yang sama sekali tidak Mamah harapkan terjadi dengan lelaki lain. Sayang sekali kamu sudah milik orang lain. Kenapa kita baru dipertemukan sekarang?” Rita berceloteh setengah bergumam. Aku merasa iba, sekaligus juga mengasihani diriku yang tidak mampu berbuat banyak untuk membahagiakannya.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Kugenggam tangannya erat-erat seolah tak ingin terlepaskan. Tanpa terasa, mobilku sudah memasuki pekarangan rumah mode yang ditunjukan Rita. Hampir setengah jam aku menunggu di mobil sambil tiduran, mesin dan pendingin mobilku sengaja tak kumatikan. Laser disk dengan lagu “Love will lead you back” mengalun sayup menambah suasana sendu yang menyelimuti perasaanku. Aku dikejutkan Rita yang masuk mobil dan membanting pintunya. Setelah berada di jalan raya kutanya dia mau ke mana lagi dan dia menjawab terserahku. Kuarahkan mobilku kembali ke jembatan Semanggi dan belok kiri ke jalan Jenderal Sudirman dan masuk ke Hotel Sahid. Sementara aku mengurus check-in di Reception Desk, Rita menungguku di lobby hotel. Kemudian kami naik lift menuju kamar hotel di lantai dua.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Pah, Mamah serahkan segalanya untukmu, Mamah khawatir sebentar lagi Mamah dipingit, nggak boleh keluar sendirian lagi, maklum tradisi kuno kejawen masih ketat.” Tanpa malu-malu lagi karena kami memang sudah seperti suami isteri, dia membuka satu persatu pakaian yang melekat di badannya sehingga kemontokan tubuhnya yang tak bisa kulupakan terlihat jelas di hadapanku. Tanpa malu-malu pula dia mulai memelorotkan celana panjang sampai celana dalamku, sehingga batang penisku yang masih tiduran terbangun. Tanpa menungguku membuka baju dan kaus singlet, Rita sudah membenamkan batang penisku ke mulutnya dan melumatnya dalam-dalam. Aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa dan batang penisku mulai mengembang besar dan keras seperti besi.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Ogghh.. Maahh.., isep terus yaang ooghh, aduuhh.. gelli”, aku mulai melenguh nikmat dan Rita semakin cepat mengulum penisku dengan memaju-mundurkan mulutnya, penisku semakin terasa menegang dan aliran darah terasa panas di batang penisku dan Rita semakin semangat melumat habis batang penisku. “Ogghh, Paahh, enaakk asiin.. Paahh.” Wah, batang penisku makin terasa senut-senut dan tegang sekali rasanya cairan spermaku sudah berkumpul di ujung kepala penisku yang semakin merah mengkilat dikulum habis Rita. Aku minta Rita menghentikan hisapannya dulu, kalau tidak rasanya spermaku sudah mau muncrat di mulutnya.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Ooogghh, Maahh, sudah dulu doong, Papaahh moo.. keluaar!” Rita menuruti eranganku dan beranjak rebah dan telentang di tempat tidur. Aku mengambil nafas dalam-dalam untuk menahan muncratnya spermaku. Aku ikut naik ke tempat tidur dan kutenggelamkan mukaku ke tengah selangkangannya yang mulus putih tiada cela tepat di depan kemaluannya yang merekah merah. Kujulurkan lidahku untuk kemudian dengan meliuk-liuk memainkan kelentitnya, turun ke bawah menjilat sekilas lubang pantatnya. Rita melenguh kegelian dan mulai menaik-turunkan pantatnya yang putih dan gempal.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Kutarik ke atas lidahku dan kujilat langit-langit vaginanya yang mulai basah dan terasa manis dan asin. Kutegangkan lidahku agar terasa seperti penis, terus kutekan lebih dalam menyapu langit-langit vagina Rita. Rita semakin memundur-majukan pinggulnya sehingga lidahku menembus lubang vaginanya semakin dalam. Aku sebenarnya ingat bahwa hasil operasi selaput daranya tempo hari di Singapore bisa jebol lagi, tapi aku tak peduli kalau kenikmatan bersenggama dengan Rita telah memuncak ke ubun-ubunku. “Paahh.. ooghh.. woowww.. ooghh.. paahh, terus paahh.. enaakk.. paahh lidahnya kayaak kontooll..” Goyangan pinggul Rita semakin menggila, aku pun tambah semangat membabi buta memainkan lidah dan mulutku melumat habis vagina dan klitorisnya sampai cairan Rita semakin banyak mengalir. Kuhisap dan kutelan habis cairan vagina Rita yang asin manis itu sehingga lubang vaginanya selalu bersih kemerahan. Rita terus menyodok-nyodokkan vaginanya ke mukaku sehingga lidahku terbenam semakin dalam di lubang vaginanya, sampai mulai terasa pegal rasanya lidahku terus kutegangkan seperti penis. “Paahh.. sudah naik sayaang, Mamah sudah nggak tahan, masukkan penisnya sayang.” Rita menarik tanganku ke atas supaya aku segera menaikkan badanku di atas badannya.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Penisku memang sudah terasa panas dan tegang sekali. Rita tak sabar memegang penisku dan menuntunnya ke lubang vaginanya yang sudah basah karena lendir kemaluan bercampur ludahku. Maka “bleess”, “Ogghh.. Paahh.. tekan terus sayaang, Mamah udaahh rinduu.. oogghh emmgghh.. Paah.. terus goyaag sayaang.. ooghh..” Pantat Rita mulai bergerak naik turun dengan liar dan penisku sebentar masuk sebentar keluar dari lubang vaginanya yang menyedot-nyedot lagi. Kunaikkan kaki kanannya dan dengan posisi setengah miring dan posisiku setengan duduk aku sodok vagina Rita dari belakang. Aku semakin bernafsu kalau melihat pantat dan pinggul Rita yang putih. Penisku semakin ganas dan tegang menyodok mantap vaginanya dari belakang.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Rita membalikkan tubuhnya sehingga menungging membelakangiku dan penisku tak kucabut dari vaginanya. “Paahh.. teruuss doong, Mamaah nikmaa.. ogghh.. teruuss.. sodook sayaang.. ogghh.. Paahh.. aaogghh.. uugghh..” Pantatnya semakin menggila mundur maju dan aku pun semakin menggila menyodokkan penisku sampai rasanya mau patah. Memang setiap senggama sama Rita rasanya habis-habisan. Kutumpahkan semua kemampuan dan keperkasaanku untuk membahagiakan Ritaku. Dia pun demikian, tidak ada yang tersisakan kalau kami bersenggama. Harus habis-habisan supaya puas. Keringat kami membanjiri sprei hotel seperti habis mandi.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Mmaahh.. ooghh, teruuss goyaang.. oogghh.. Maahh.. Papaahh moo keluaarr.. gila Maahh.. vaginanyaa.. ooghh.. nikmaat.. sekalii..” Aku mulai ribut dan Rita melenguh semakin panjang. Mungkin tamu kamar sebelah mendengar lengkingan dan lenguhan kami.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Masa bodoh! “Pahh.. emmghh.. oogghh.. Paapaahh.. adduuhh.. Paahh.. adduuhh.. Mamaahh.. mmoo kelluuaarr.. emmgg.. adduhh.. Paahh aduuhh.. Paahh.. adduuhh”, Kugenjot terus penisku keluar masuk, vagina Rita yang semakin banjir dengan cairan vaginanya, terus kugenjot penisku sampai pegel aku tak peduli. Keringat kami terus membanjiri sprei.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Kuminta Rita telentang kembali karena dengkulku mulai lemas. Dia tersenyum sambil tetap memejamkan matanya. Oh, cantiknya bidadariku, rasanya ingin kukeluarkan seluruh isi penisku untuknya. Rita baru sadar bahwa hasil operasi selaput daranya mungkin jebol lagi. Rita bilang masa bodoh, yang penting semuanya telah diberikan buat Papah. Biar saja suaminya curiga atau marah atau bahkan kalau mau cerai sekalipun kalau tahu dia nggak perawan lagi. Kali ini kami nggak menunggu waktu ketika Rita sedang tidak subur, karena Rita ingin mengandung anakku dan orang tidak akan curiga karena Rita akan punya suami. Memang kasihan nasib suami Rita nanti, tapi bukan salah kami karena dia merebut cinta kami, ya kan?</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Cepat pah masukan lagi ach.. jangan mikirin orang lain!” Tuh kan betapa dia nggak ambil peduli tentang hari pernikahannya dan calon suaminya, sebab bagi dia akulah suami sesungguhnya dalam hati sanubarinya. Bleess.., “Ooogghh.. Paahh, enaak.. Paahh.. aaoogghh.. uuhhgg.. uughh.. genjot terus Paah”, Aku tekan penisku sekuat-kuatnya sampai tembus semuanya ke lubang paling dalam vaginanya sampai terasa mentok. “Ooogghh.. mmaahh.. nikmaatt.. istrikuu.. sayaangg.. oogghh.. aagghh.. eemmgghh..” aku setengah berdiri lagi dengan tumpuan ke dua dengkulku dan kurenggangkan kedua kaki Rita, kusodokkan terus penisku keluar masuk vaginanya, bleess.. sreett.. blleess.. sreet.., vaginanya menimbulkan suara yang semakin memancing gairah kami berdua. Rita memejamkan dan mengigit-gigit bibirnya dan mencakar-cakar punggung dan tanganku ketika mulai meregang.</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Ooogghh.. Paappaahh.. emmgg.. oogghh.. aduuhh.. Mamaah moo keeluuarr.. ooghh.. Paahh.. teruuss.. saayyaang, keluuaarriinn barreenng oogghh”,</span><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">“Hayyoo.. Maahh.. oogghh.. hayoo.. baarr.. ooghh.. reenng.. Maahh.. ooghh”, teriakanku tak kalah serunya. Kami menggelepar, meregang, mengejang bersama-sama, serasa nafasku mau copot dan Rita melenguh panjang sambil merasakan cairan air maniku tertumpah ruah di lubang kemaluannya, terasa nikmat dan hangat katanya. Biasanya sehabis merasakan klimaks yang sangat dahsyat Rita selalu memukul dan mencubit sayang badanku, terus kelelahan mau tidur sehingga terbaring lunglai dengan keringat bercucuran. Aku selalu memeluk dan menciumi keningnya, hidungnya, mulutnya, rambutnya sampai ke pantatnya, biasanya dia menggelinjang dan marah-marah karena geli. Jika Rita sudah terpuaskan dan tertidur, aku rasanya lelaki yang sangat berbahagia di dunia ini.</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><a href="http://nursingshool.blogspot.com/2011/11/in-united-states-nursing-is-considered.html"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUJJrav6tDfQopvHwGB_jF2MnIM5O_FNc_anfNPV448SmKWLsj9KZk6e0MSAfAqlzZiU1ll4ELw6S38k7_ftw2Tw3NCI3e8g8ySbo4lXyTM4XxCk3COHJV47pZL8xWa2hJ2wBI_-tT4RI/s1600/download.jpg" /></a></span></div><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;"><br />
</span></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-64621123520164721862011-11-08T22:07:00.000-08:002011-11-28T18:11:53.962-08:00Nikmatnya Jadi Instruktur Seks<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px;">Kejadian ini aku alami saat aku masih bekerja part-time di salah satu lembaga pendidikan komputer di Jakarta. Waktu itu salah seorang temanku ada yang menawarkan lowongan di tempat tersebut sebagai instruktur komputer part-time. Aku pikir boleh juga, toh mata kuliahku juga tinggal sedikit sehingga dalam seminggu paling cuma dua hari kuliah. Sisanya ya nongkrong di tempat kost atau jalan sama temen-temen.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Kira-kira di bulan ketiga aku menjadi instruktur, aku mendapat murid yang mengambil kelas privat untuk Microsoft Office for Beginner. Sebetulnya aku paling malas mengajar beginner di kelas privat. Toh kalo cuma pengenalan ngapain mesti privat. Kalo advanced sih ketauan. Hampir saja aku tolak kalau waktu itu aku tidak melihat calon muridku tersebut.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Namanya Felice, siswi kelas tiga SMU di salah satu sekolah swasta yang cukup borju di Jakarta. Secara tak sengaja aku melihatnya mendaftar diantar maminya, saat aku mau mengambil beberapa CD di ruang administrasi. Tubuh Felice terbilang tinggi untuk gadis seusianya, mungkin sekitar 168 cm (aku mengetahuinya karena saat dia berdiri tingginya kira-kira sedaguku, sementara tinggiku 182 cm) dengan berat mungkin 45-an kg. Kulitnya putih bersih, wajahnya oval dengan kedua mata yang cukup tajam, hidung yang mancung dan bibir yang mungil. Rambut coklatnya yang dihighlight kuning keemasan tergerai sebatas tali bra.</span><br />
<a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6111682119489752550&postID=6462112352016472186&from=pencil" name="more" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; text-align: justify; text-decoration: none;"></a></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Felice cukup cepat menangkap materi yang kuberikan. Materi beginner yang sedianya diselesaikan 24 session, dituntaskan Felice hanya dengan 19 session. Apa boleh buat, sisa waktu yang ada hanya bisa kugunakan untuk memberinya latihan-latihan, karena kebijakan dari lembaga pendidikan tidak memperbolehkan murid mengakhiri term meskipun materi telah selesai. Aku juga tidak diperbolehkan memberi materi yang lebih dari kurikulum yang diambil si murid. Ya sudah, aku hanya menjaga integritas saja.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Di sisa session, sambil latihan aku banyak mengobrol dengan Felice. Gadis manis itu sangat terbuka sekali denganku. Felice cerita mulai dari keinginannya kursus untuk persiapan kuliah di bidang kesekretarisan nanti, tentang pacarnya, keluarganya yang jarang memberinya perhatian karena kedua orang tuanya sangat sibuk, sampai urusan.. ehm seks. Aku cukup terkejut saat mengetahui bahwa Felice sudah mulai berhubungan seks semenjak kelas tiga SMP dengan pacarnya yang berusia 7 tahun lebih tua darinya. Semenjak itu Felice merasa ketagihan dan selalu mencari cara untuk memuaskan nafsunya. Dia pernah pacaran dengan 4 cowo sekaligus hanya untuk mendapatkan kepuasan seksnya.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Kami saling bertukar cerita. Dan Felice juga terkejut ketika mengetahui bahwa hubungan badanku yang pertama malah dengan ibu kost. Kami pun banyak bertukar pengalaman. Sampai akhirnya Felice telah menyelesaikan term kursusnya, kami tetap kontak lewat telephone.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Suatu ketika Felice memintaku untuk mengajar di rumahnya. Rupanya setelah mahir menggunakan Microsoft Office, banyak teman-teman sekolahnya yang tertarik ingin belajar juga. Felice pun menawarkan mereka untuk 'main belakang'. Karena biaya kursus di lembaga tempatku mengajar cukup mahal, Felice mengajak teman-temannya untuk membayarku mengajar di rumahnya dengan separuh harga. Sementara mereka minta kepada orang tua mereka harga kursus di lembaga.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Felice and the gank ada enam orang termasuk Felice sendiri. Dan aku baru tahu bahwa mereka korban kesibukan orang tuanya masing-masing. Yah, tipikal anak-anak metropolitan yang diberi kasih sayang hanya dengan uang. Angie, Vanya, Sisil, Lala dan Ike adalah teman-teman sekolah Felice. Seru juga ngajarin mereka. Kadang aku mesti meladeni candaan mereka, atau rela menjadi bahan ledekan (karena hanya aku yang cowo).</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Hari itu baru jam 11 ketika Felice meneleponku. Dia memintaku untuk datang lebih cepat dari waktu belajar biasanya. Aku oke-oke saja karena waktunya memang cocok. Jam 2 aku sudah berada di rumah Felice.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Tumben Fel, jam segini udah nyuruh gue dateng." tanyaku.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Iya, lagi bete.." jawabnya dengan wajah agak kusut. Aku mengacak-acak rambutnya pelan, lalu mencubit hidungnya.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Kenapa nih? Cerita dong.." Felice tersenyum sambil mencubit pinggangku. Tiba-tiba gadis itu menarik lenganku dan mengajak ke kamar tidurnya.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Hei..hei.. apa-apaan nih.." seruku.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Nggak apa-apa hihihi.." Felice terus menarikku hingga ke atas ranjangnya. Tanpa pikir panjang lagi aku segera merengkuh tubuh langsingnya yang terbungkus kaus ketat dan celana pendek. Aku lumat bibir mungilnya yang lembut.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Mmmhh.. mm.." bibir kami saling melumat. Felice kelihatan asyik sekali menikmati bibirku. Kedua tangannya sampai meremas rambutku. Sementara kedua tanganku masuk dari bawah kaus untuk merengkuh payudaranya yang masih terbungkus bra. Ugh.. bulat sekali, bentuknya betul-betul sempurna. Aku meremas-remas payudara Felice. Gadis itu semakin bernafsu. Lidahnya semakin liar menjelajahi mulutku, dan remasan tangannya semakin erat.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><a href="http://www.ceritabf.info/" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; text-align: justify; text-decoration: none;"><i><b>Cerita Seks</b></i></a><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;"> - Tanpa aku minta Felice melepas sendiri kaus yang 'mengganggunya' berikut dengan bra-nya. Hmm.. terlihat jelas sudah dua gundukan payudaranya yang bulat dan montok. Yang aku heran kenapa kedua puting susunya masih berwarna merah muda. Padahal Felice cerita bahwa dia sudah sering sekali berhubungan badan. Tanpa ampun aku langsung menyambar payudaranya dengan mulutku. Lidahku menari-nari lincah mengikuti lekukan payudaranya yang indah.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Sshh.. Riioo.. aahh.." Felice mendesah keasyikkan. Kepalaku dipeluk erat ke dadanya. Upss.. hampir aku sesak nafas dibuatnya. Lidahku terus bermain di kedua payudaranya. Juga putingnya. Hhmm.. nikmat sekali, putingnya betul-betul kenyal. Aku menggigitinya pelan-pelan untuk memberikan sensasi di puting Felice.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Aahh.. Yoo.." tubuh Felice menggelinjang menahan rasa nikmat. Kami saling berpelukan erat, dan tubuh kami bergulingan tak karuan di atas ranjang. Gairah Felice semakin memuncak. Dengan liar gadis itu mencopoti semua kancing bajuku dan menanggalkannya dari tubuhku.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Uuhh.. awas ya, sekarang gantian.." katanya. Aku diam saja ketika Felice dengan penuh hasrat melepas celana panjang dan celana dalamku. Tubuhku sudah bugil tanpa busana.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Dengan penuh nafsu, Felice langsung menyambar batang penisku yang mulai mengeras, dan mengisapnya. Aku tersenyum melihat gayanya yang buas. Aku sedikit memiringkan tubuhku agar bisa mencapai celana pendeknya. Tanpa kesulitan aku melepas celana pendeknya dari tubuh Felice, sekaligus dengan celana dalamnya. Hmm.. paha gadis itu benar-benar putih dan mulus. Aku segera merangkul kedua pahanya untuk melumat kemaluan Felice yang tersembunyi di pangkal pahanya.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Kami 'terjebak' dalam posisi 69. Dengan liar lidahku menjelajahi permukaan vagina Felice. Jemari-jemariku membantu membeleknya. Aahh.. aroma khas itu langsung tercium. Aku langsung mengulum klitoris Felice yang seolah melambai padaku.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Uughh.. aahh.. Yoo.. gila lo.. aahh.." Felice sampai menghentikan kulumannya di penisku untuk meresapi kenikmatan yang kuberikan di vaginanya. Aku tak mempedulikan desahan Felice yang keasyikan, lidahku semakin liar menjelajahi vaginanya. Klitoris Felice sampai basah mengkilat oleh air liurku.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Tak tahan oleh kenikmatan yang kuberikan lewat mulut, Felice segera bangkit dari posisinya dan memutar tubuhnya yang indah. Dalam sesaat saja tubuh putih mulus itu telah menindih tubuhku. Kedua tangannya bertumpu di ranjang mengapit leherku.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Come on Yo.. give me the real one.. sshh.." desahnya penuh nafsu sambil mendekatkan vaginanya ke batang penisku. Aku membantunya dengan menuntun penisku untuk masuk ke dalam liang kenikmatan itu. Ssllpp.. bbleess..</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Sshh.. sshh.. oohh.. Yoo.." Felice merintih keasyikan seiring dengan tubuhnya yang naik turun. Sementara kedua tanganku asyik memainkan kedua puting susunya yang kenyal. Bibir mungil Felice yang terus mendesah kubungkam dengan bibirku. Lidahku bermain menjelajahi rongga mulutnya. Tubuh Felice mulai menggelinjang menahan kenikmatan yang kuberikan dari segala arah. Pantatnya semakin cepat naik-turun.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Dengan gemas aku memeluk tubuh indah itu, dan berguling ke arah yang berlawanan. Sekarang aku yang menguasai permainan. Felice merentangkan kedua belah kakinya yang putih mulus itu. Tanpa ampun aku kembali menghujamkan batang penisku yang sudah basah ke dalam vaginanya. Felice kembali merintih tak karuan. Sementara kedua tanganku bergerilnya menjelahai pahanya yang mulus. Dengan jemariku aku berikan sensasi di sekitar paha, pantat dan selangkangan Felice. Tubuh Felice semakin menggelinjang. Gadis itu tak kuasa lagi menahan nikmat yang dirasakannya. Dinding vaginanya mulai berdenyut.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Rioo.. sshh.. aahh.." akhirnya Felice mencapai klimaksnya. Cairan kewanitaannya membanjiri penisku di dalam sana. Tubuhnya langsung tergolek pasrah. Aku tersenyum melihat ekspresinya. Tiba-tiba Felice merengkuh leherku dan mendekatkan ke wajahnya.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Awas ya, bentar lagi tunggu pembalasan gue.." desahnya dengan nada menantang.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Coba kalo bisa, gue mau liat.." jawabku balik menantang seraya mengecup bibirnya. Kemudian kami bersih-bersih bersama di kamar mandi. Aku dan Felice mengulangi lagi permainan tadi di kamar mandi, dan untuk kedua kalinya gadis manis itu mencapai klimaksnya.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Sekitar jam setengah empat sore sebenarnya waktu belajar akan dimulai, namun Felice memaksaku untuk melakukannya sekali lagi di ranjangnya. Gadis itu penasaran sekali karena aku belum mencapai klimaks. Semula aku menolak karena takut sebentar lagi yang lain datang. Namun Felice membungkam mulutku dengan puting susunya. Apa boleh buat, kami kembali melanjutkan permainan.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Benar saja, sepuluh menit sebelum jam empat tiba-tiba pintu kamar terbuka. Rupanya kami baru sadar kalau pintu depan dari tadi tidak dikunci. Sisil dan Ike yang baru saja datang langsung nyelonong ke kamar setelah tidak mendapatkan Felice di ruangan lain.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Hei.. gila lo berdua..!!" Sisil menjerit heboh. Aku dan Felice yang sedang dalam posisi doggie style terkejut dengan kedatangan mereka. Aku menatap Felice dengan bingung, tapi gadis itu tenang-tenang saja.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Aduh Fel, lo kok gak bilang-bilang sih kalo mo barbequean.. ajak-ajak dong.." cetus Ike tak kalah hebohnya. Felice menanggapi dengan tenang.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">"Udah nggak usah ribut, lo join aja langsung sini.." tanpa dikomando dua kali kedua gadis itu langsung melepas pakaiannya dan bergabung dengan aku dan Felice di ranjang. Hmm.. aroma sabun dan shampoo yang masih segar segera tercium karena mereka berdua baru saja mandi.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><a href="http://www.ceritabf.info/" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; outline-color: initial; outline-style: none; outline-width: initial; text-align: justify; text-decoration: none;"><i><b>Cerita Panas</b></i></a><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;"> - Entah kenapa hari itu Angie, Vanya dan Lala kebetulan tidak datang. Angie sempat menelpon untuk memberitahu bahwa dia harus mengantar kakaknya ke dokter. Vanya ada acara weekend dengan keluarganya, sehingga harus berangkat sore itu juga. Sedangkan Lala tidak ada kabar.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Hari itu otomatis tidak ada session. Kami berempat bersenang-senang di kamar Felice sampai menjelang malam. Aku sempat tiga kali mencapai klimaks. Yang pertama saat dengan Felice, tapi aku harus membuang spermaku di mulutnya karena Felice tidak mau ambil resiko. Klimaks yang kedua ketika Ike dan Felice melumat batang penisku berdua. Aku betul-betul tak tahan saat mulut mereka mengapit batang penisku dari sisi kiri dan kanan. Dan yang terakhir aku tuntaskan di dalam vagina Sisil. Semula aku akan mencabut penisku untuk mengeluarkan spermaku di luar. Namun Sisil yang sudah kepalang nafsu malah mempererat pelukannya di tubuhku, hingga akhirnya spermaku menyembur di dalam. Dan pada saat yang bersamaan Sisil juga mencapai klimaksnya.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Setelah makan malam, Sisil dan Ike menelpon ke rumah masing-masing untuk memberitahu bahwa mereka menginap. Dan kami pun mengulangi kenikmatan-kenikmatan itu semalam suntuk. Di rumah Felice betul-betul bebas, sehingga permainan kami berempat betul-betul variatif. Kadang di ranjang, di ruang tamu, di sofa, di meja makan, di kamar mandi, di kolam renang. Yang paling gila waktu Ike mengajakku bermain di gazebo kecil yang dibangun di halaman belakang rumah Felice. Waktu itu sudah jam 1 pagi. Asyik sekali ditemani hawa dingin kami saling menghangatkan.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Malam itu aku betul-betul akrab dengan Sisil dan Ike. Tak seperti sebelumnya, meskipun akrab namun mereka masih menganggapku seperti guru mereka, jadi masih ada rasa segan. Dari obrolan kami, aku mengetahui bahwa sebetulnya mereka berenam sama-sama pecandu seks. Felice cerita bahwa mereka sering sekali ngerjain anak-anak kelas satu yang baru di sekolah mereka. Rumah Felice ini sering sekali dijadikan ajang pesta seks mereka. Aku sampai geleng-geleng mendengar kegilaan mereka.</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;" /></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;">Hari-hari berikutnya aku jadi akrab dengan mereka berenam. Di kesempatan lain aku berhasil menikmati tubuh keenam abg itu pada hari yang sama. Hubungan aku dan mereka sempat berlangsung lama, hingga akhirnya setelah mereka lulus sekolah dan mereka saling berpencar. Vanya, Sisil dan Lala melanjutkan studi mereka ke Aussie, sedangkan Ike memilih belajar di USA, Angie dan Felice sama-sama ke Singapore. Tapi kami masih kontak via chat dan email. Beberapa bulan lagi rencananya mereka akan sama-sama pulang ke Indonesia, dan kami sudah mempersiapkan rencana pesta yang luar biasa.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><a href="http://nursingshool.blogspot.com/2011/11/in-united-states-nursing-is-considered.html"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFoSvrFGHLkWqgQctE-2PJa_tgp3NeWtJOyLbeoVvbg-mm0lVOJQINFg_0E_nLgYuxSKYYY-eBe2P-srzEhp-S3URlwUiLWcRP3lfw0bcWFQ7Damwj4BMQaQTO35DRJ8ABOuLzJE6DqZg/s1600/nusatv.gif" /></a></span></div><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 17px; text-align: justify;"><br />
</span></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-18096873072799458192011-11-07T12:17:00.000-08:002011-11-28T18:12:17.117-08:00Ikut netek ah..ough..segar<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Hampir tiap sore beberapa minggu ini, kegemaraanku untuk bersepeda ke lingkungan tempat tinggalku muncul kembali. Kesehatan memang salah satu alasan kenapa hal ini sering aku lakukan sekarang, namun ada alasan lain yang kemudian menjadi alasan utamaku yaitu seorang cewek atau lebih tepatnya seorang ibu Rumah tangga/tante di salah satu daerahku. Mbak Dewi, begitulah aku sering memanggilnya. Perawakan dengan tinggi 168 cm, berwajah khas orang kota gudeg dan padat berisi khas seorang ibu-ibu muda jaman sekarang. Aku, Dana, seorang mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi ternama di Indo. Langsung aja Ceritanya ya ?</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saat aku bersepeda, aku selalu bertemu dengan mbak dewi, dia selalu menggendong anaknya yang masih berumur 2 tahun di sebuah SD dekat rumahku sambil menyuapi makanan ke anaknya. Dan sering pula aku memergoki mbak Dewi sedang menyusui anaknya tersebut, pemandangan itulah yang membuat saya sangat betah untuk melihatnya. Mbak Dewi tanpa malu-malu menyusui anaknya di tempat umum dan dilihat olehku. Sering pas aku melihat prosesi tersebut, dia malah tersenyum kepadaku. ”Wah ada tanda-tanda sesuatu ini” pikirku</span></div><a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dasar otak ngeres, yang dipikir pasti yang itu-itu aja..hehe Malah kadang aku ngerasa dia sengaja memamerkan payudaranya kepadaku, yaitu waktu menyusui kadang dia membuka hampir separuh kancing bajunya sehingga telihat dua buah dadanya yang mengkal itu. Dan setelah beberapa lama aku baru tahu kalo ukurannya 34C. BH yang dia pakai tiap hari selalu membuatku merasa bahwa payudaranya semakin hari semakin merangsang saja. Kadang hitam, pink, merah, biru, ungu dan yang paling aku suka yaitu bentuk BH yang mempunyai renda. Hot banget rasanya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Suatu ketika, aku beranikan diri untuk berbincang dengannya. Hari itu dia sedang memakai baju seperti baju tidur berwarna biru laut dengan rok longgar berwarna putih. Masih kayak anak muda aja deh walau umurnya telah menginjak kepala 3.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">”apa kabar mbak??lagi asyik ngapain ne??” tanyaku ”ini dek, biasa nyuapin Didi sambil jalan-jalan” ”sekalian nyari udara segar sore hari”lanjutnya.. ”wah sehat banget keliatannya mbak anaknya, pasti makannya banyak ya?” ”ga juga si Dan, Cuma nyusunya itu loh, kenceng banget.” timpalnya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Otakku yang ngeres langsung de mengarah ke hal yang iya iya… ”wah susu yang mana ne mbak??” tanyaku sambil tersenyum mupeng. “ya susu botol dan susu ini.”sambil dia memegang payudaranya sendiri. “Glek, wah mau dong mbak minta susunya, biar aku juga sehat.” Hehehe sambil cengenges2an….. “wah susu yang mana ne dan, klo susu botol kan ga mungkin toh kamu uda besar.”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span id="more-1995" style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">”jangan-jangan yang ini ya??” sambil senyum juga mbak Dewi ini Wuiih…berani juga ne mbak Dewi, langsung aja de gue jawabh dengan ketawa juga ”emang bole ya mbak??” Tiba-tiba si Didi merengek dan minta susu ke Ibunya..” bentar ya Dan, Didi minta tetek ni.” sambil dia buka kancing baju 3 biji dan ngeluarin kedua teteknya yang masih terbungkus BH warna hitam berenda itu.Wah pucuk dicinta ulam pun tiba, akirnya bisa ngeliat dari dekat prosesi ini. Tetek mbak Dewi sangat indah ternyata, apalagi BH yang dipakai sangat kontras dengan kulitnya yang kuning langsat dan yang paling aku sukai ”BHnya berenda cuy”….yes yes yes</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Begitu teteknya terbuka satu, langsung de si Didi menyerobotnya dengan cepat dan menghisap dengan kencang. ”pelan-pelan sayang, nanti tersedak lho” sambil mbak Dewi mengocok-ngocok teteknya yang sudah dikenyot anaknya itu. Wah jadi mupeng ne, putingnya yang coklat dan agak besar sempat terlihat sekilas oleh mataku. ”Dedek yang dibawah sudah mulai berontak ne, gawat” batinku Waktu itu kami berada di pinggir lapangan sebuah SD, tepatnya di tempat duduk di luar kelas yang terletak dipojokan gedung. Mbak dewi tiba-tiba meminta anaknya untuk berganti posisi agar anaknya mengenyot tetek yang satunya. (uda abis mungkin yang kiri??) Tetek yang uda selesai diisep anaknya dibiarkan menggantung bebas, ”Duh otong uda ga kuat ne, uda berdiri tegak didalam celana dan membuat aku jadi salting. Mbak dewi ternyata melihat gelagat anehku ini.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">”Kamu kenapa Dan??” tanyanya Dengan terkaget aku menjawab “anu..emm..eh ngga papa kok mbak.” “jangan bohong kamu Dan, kamu pengen ya??” Duh makin tegang aja dengan pertanyaan seperti ini. Tapi karena amin telah mengalahkan iman maka akupun jawab ”emangnya bole ya mbak? Nanti ada yang marah?” ”ya asal ga rebutan sama Didi ya ga papa.” Wah bener-bener beruntung ne hari ini….”maksudnya Mbak?”sok sok belagak bego ne gue. Sambil memutar-mutar teteknya yang sebelah kiri dia bilang ”ayo sini aja, masih ada satu kok.” ”tapi pelan pelan ya, si Didi mau tidur ni kayaknya” lanjutnya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Langsung aja gua deketin mbak Dewi, pertama-tama gue masih ragu, namun dia terus menarik tanganku untuk menyentuh bukit yang indah itu. ”jangan malu Dan…”sambil menyentuhkan tanganku ke buah dadanya itu.. Ku elus-elus tetek itu dengan lembut, seru juga ya mainin tetek cewek yang menyusui sambil ada anaknya yang sedang netek. (ukurannya itu lho, manteb gan!!) Waduw kayak threesome aja, tapi yang satu masi anak-anak. Lama kelamaan remesanku terhadap teteknya ternyata membuatnya ON, terus gue beranikan untuk mencium putting yang imut itu. “mas di sebelah sana aja yuk?”dengan menunjuk sebuah pelataran kecil di pojok gedung dengan lokasi agak ke belakan.wah seru juga ne tempatnya.. “ayo mas dilanjut lagi.” Ajaknya “mbak dibuka aja de bajunya, biar lebih leluasa.”pintaku Akirnya dia membuka baju itu dengan mudah karena tinggal beberapa kancing saja yang belum terbuka. Dengan BH yang masih menempel diatas teteknya, aku mulai mengisap, memilin, menjilat dan memainkan dengan lidahku.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tanganya mulai bereaksi terhadapku, menelusurlah tangan kirinya ke selangkanganku. Mulailah dia mengelus dari luar, kemudian tak berapa lama telah masuk ke dalam celana kolorku. Di tempat itu, terdapat sumur dengan sedikit lantai kering berbahan beton yang hangat karena terkena sinar matahari seharian. Dengan perlahan aku rebahkan dia di lantai tersebut dengan Didi masih mengenyot teteknya yang kanan tanpa terusik sedikitpun. Dia memintaku melepas celana dan baju yang kupakai sehingga hanya tertinggal celdam GTman ku yang menempel. Langsung akupun rebahan di samping mbak Dewi sambil saling berciuman. Ganas juga ciumannya, lidah kami saling bertemu, mulut pun beradu sambil tangan kiriku bergerilya di dalam roknya. Bergantian aku mencium bibir dan teteknya itu sambil tangan kiri mengelus gundukan selangkangannya. Tangan kananku tak mau kalah mulai melepas kaitan BH yang masih menempel itu. Mbak Dewi juga makin liar mengelus dedekku dari luar celana dalam, kemudian karena tidak puas dia masuk ke dalam celana dalmku dan mengelus+mengocok dedekku..mantap bener rasanya, namanya juga uda pengalaman kali ya?</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">”Dan, mbak ga bisa bangun ne, jadi tolong bukain celana dalammu ya?” Langsung kubuka celana dalamku sambil berdiri. Kulihat dia tersenyum menatapku, ketika terlepas, menyembullah dedek yang sudah tegang ini. ”gede banget Dan?punya suami mbak aja kalah” Dedek ku masih standar dengan ukuran 17cm, namun gendut dari pangkal ke ujung. ”masak si mbak?”tanyaku.. ”mbak, aku bole minta diemut ga dedeknya?”</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sambil senyum dia mengangguk tanda mengiyakan. Aku arahkan dedekku ke mulutnya, dan langsung dijilati pelan-pelan sampai dia menelannya. Tanganku tak mau menganggur, aku raih tetek yang kanan dan dengan sedikit susah payah aku jangkau celana dalamnya yang berwarna hitam berenda pula, kemudian aku lepaskan namun dengan rok yang masih terpakai. Sambil terus menjilat dan mengulum dedekku, aku terkagum melihat vaginanya yang tercukur mulus dengan bibir merah dan sedikit menjulurkan kulitnya keluar, langsung saja aku memposisikan diri membentuk angka 69. dengan perlahan aku menjilat bibir vaginanya, aku julur-julurkan lidah ini kedalamnya secara perlahan. Sengaja aku memancing nafsunya agar terus naik, terlihat dari cara dia mengulum dedekku yang semakin liar. Disedot-sedot dengan kenceng ddedek ini sampai tertelan semuanya, ”wah hebat ne, dedekku sampai bisa ditelan abis” pikirku.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Jariku mulai ikut campur dengan lidahku, mulai aku masukkan sedikit ujung telunjukku ke miss V nya dengan terus menjilat, aku ga mau merusak vagina yang indah ini dengan tanganku. Hanya dedekku yang hanya boleh masuk lebih dalam lagi. Lenguhan mbak dewi yang terangsang dengan aksiku terdengar cukup keras, untung daerah tersebut sepi dan jarang dilewati orang. Anaknya, Didi, gak merasa terganggu dengan lenguhan mamanya itu namun tetap tertidur, mungkin ngantuk berat kali??hehehe tanpa terasa vaginanya uda basah banget dan tak berapa lama cairan benih agak putih keluar dari lubang surga tersebut, tubuh mbak Dewi agak terhentak dan mulutnya terasa sedikit menggigit dedekku. ”Pasti dia uda sampai duluan ni?” pikirku dalam hati. Aku hentikan aksiku dan aku cabut juga dedekku dari mulutnya, mbak Dewi terlihat sedikit lemas namun tetap tersenyum penuh gairah terhadapku. Aku sudah sangat terangsang dan pengen memasukkan dedek ini ke sarangnya, begitu juga mbak Dewi yang begitu terangsang melihat dedekku. ”mbak, aku bole masukin ne?”tanyaku</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dia hanya mengangguk dan tersenyum padaku. Aku lebarkan pahanya itu, dengan agak menindih aku masukkan sedikit demi sedikit dedekku ini. Aku resapi tiap jengkal kenikmatan surga ini, belum sampai setengah mbak dewi terlihat sedikit meringis. ” Pelan-pelan Dan…agak sesak ne rasanya..” ”Dan…besar sekali punyamu, tapi nikmat banget Dan!” ”terus Dan…..”sambil menggigit bibirnya Setelah masuk seluruhnya, aku genjot dia dengan posisi MOT dan sambil aku push-up mantep banget, rasanya dalem banget dedek ini menusuknya. Mulutku tak mau kalah, mencium dan mengemut teteknya secara bergantian. Hampir 15 menit kami dalam posisi seperti ini, karena sedikit lelah akupun berubah posisi. Aku cabut dengan cepet dedekku, serr sensasinya ruaar biasa. Kemudian aku rebahkan badan ku disampingnya dan miring kekanan, aku angkat kaki kirinya ke atas kemudian dari samping aku masukkan dedekku lagi. BLESSS….dedek ini telah tenggelam lagi kedalam lubang surgawi, aku goyang pelan, sedikit bertenaga dan kenceng…. sambil mulut ini beradu dan tangan kiriku meremas puting tetek sebelah kiri.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Lagi asik-asiknya tiba-tiba anaknya terbangun. ”Duh gawat ne?” kataku dalam hati. Namun mbak Dewi langsung mengelus anaknya dan mendekapnya agar tetap diam dan akirnya Didipun tertidur kembali sambil netek. Wah lengkap sudah yang mbak Dewi rasakan, uda yang bawah diganjal ama dedekku, kedua teteknya ada yang ngenyot dan mulut juga bergantian aku lumat. Erangannya semakin kuat hampir menuju puncaknya, akupun merasakan ada sesuatu yang mau menyembur dari ujung dedekku. Semakin ku percepat gerakan dedekku ke dalam vaginanya, semakin liar juga kami berciuman dan semakin ganas tanganku meremas teteknya. Setelah hampir 20 menit dalam posisi tersebut tiba-tiba aku ngerasa uda hampir sampai. ”Mbak aku mau keluar ne..” ”aku juga Dan, bareng ya…”pintanya Aku terus mnggoyangkan dedekku dengan makin cepat, 5 menit kemudian aku sudah tak tahan lagi. ”Mbak….k…k….aku keluarrrrrrr”</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">”aku juga dek…k..k…” Crot..Crot..Crot…Crot…tumpahlah semua maniku ke dalam vaginanya.ahhh…..nikmat banget rasanya, sampai ke ubun-ubun rasa nikmat itu. Tapi walau uda keluar aku tetap membiarkan dedekku di dalam vaginanya. Kami masih saling berpagutan lembut menikmati tiap centi kenikmatan yang telah kami lewati., tanganku juga masih mengelus teteknya, anaknya juga masih mengenyot tetek yang satunya secara perlahan. ”Makasih ya Dan….sensasi ini belum pernah aku dapatkan.” ”sama sama mbak, makasih juga uda diberi kehormatan mencicipi tubuh mbak.” ”udah lama aku pengen ama mbak setiap kulihat mbak neteki disini” ”nakal kamu ya Dan!!”</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">”mbak juga sengaja si ngeluarin tetek kok sampe dua duanya. Hehehehe” Aku cabut dedekku, ”Ploop..” bunyinya. Setelah itu aku bangun dan memakai semua bajuku, aku kenakan lagi celana dalam mbak Dewi sambil aku berikan kecupan kecil di bibir vaginanya. ”uhh…..”lenguh mbak Dewi. Diapun mengaitkan Bhnya tanpa memakai dulu karena Didi masih netek. Kamipun masih berbincang, dan aku masih merasa pengen menghisap teteknya. Mbak Dewi mempersilahkan aku untuk tetap mencium teteknya…sampai menjelang senja akirnya kami keluar dari SD tersebut dengan Didi yang mulai terbangun. Kami pun berjanji akan mengulangnya kembali. Sungguh sensasi yang luar biasa dari seorang wanita menyusui.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><a href="http://nursingshool.blogspot.com/2011/11/in-united-states-nursing-is-considered.html"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhajcKmeyeGcz1k-cMgcq8zE_-YFRCg0RdJNPCpMKgK9q_J20HHbJYC146n6YM38s3kX9PAF60xWNfkJxeFKqFVasTeX2wUwS8eIpsi2DnxnX7OLhFErqK1QrgqbIa3PzMJbcXwGJr9kKM/s320/newtube.gif" width="316" /></a></span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><br />
</div></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-90522076332581884862011-11-07T12:14:00.000-08:002011-11-28T18:12:42.110-08:00Sms Nyasar Berujung Ngentot<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Perkenalkan, namaku adalah Alex (bukan nama asli tentunya). Aku lulusan sebuah perguruan tinggi ternama di Bandung. Bagiku, seks adalah hal yang tabu, yang benar-benar tak terjamah. Terpikirkan pun tidak, sampai kisah ini aku alami. Apalagi saat kuliah dulu aku adalah salah seorang akTVis kerohanian.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kisah ini dimulai dari salah SMS. Saat itu, aku berniat mengirim SMS ke seorang teman (wanita) lama yang kukenal. Karena sudah tidak lama berhubungan, dan aku tidak punya catatan tentang nomor HP temanku tersebut, maka aku menuliskan nomor HP dengan agak mereka-reka. Segera kukirimkan SMS tersebut, berisi pesan yang kira-kira menyatakan bahwa aku kangen dan ingin bertemu dengannya.</span></div><a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><br />
</span><br />
<div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Satu kali SMS kukirim kepadanya, dia tidak menjawab. “Aneh”, pkirku. Tak mungkin temanku itu tidak membalas kalau tahu SMS tersebut dariku. Kemudian kukirimkan sekali lagi, dan kucantumkan namaku. Tak lama kemudian, ia membalas dengan miss call. Karena saat itu aku sedang sibuk, kubalas saja miss call nya dengan pesan SMS yang menyatakan bahwa aku akan meneleponnya sore nanti.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sore, pukul 17.00. Segera kutelepon temanku itu, seperti yang kujanjikan. “Halo, Nadia?”, tanyaku sejenak, ragu. “I think you’ve called a wrong number”, begitu tanggapan lawan bicaraku. “Oh, maaf. Saya pikir anda adalah teman saya. Memang saya tidak ingat betul nomor HP-nya. Maaf kalau telah mengganggu”, jawabku sambil menahan malu. “Oh, tidak apa-apa”, jawab lawan bicaraku lagi. Saat itu juga hendak kumatikan teleponku, namun lawan bicaraku segera bertanya. “Memang yang mau kamu telepon ini siapa sih? Kok pake kangen2 segala?”, ungkapnya, menggoda. Lalu kujawab bahwa Nadia adalah teman lamaku, dan kami telah berkawan selama 6 tahun. Singkat kata, akhirnya kami berkenalan. Dari telepon itu, aku tahu bahwa nama wanita tersebut adalah Mia.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Sejak saat itu, kami sering berkirim SMS. Kadang-kadang aku malah menelponnya. Namun, tidak ada niat sedikitpun dalam diriku untuk menemuinya, atau melihat wajahnya. Toh tidak ada maksud apa-apa, pikirku. Dua bulan berjalan sejak perkenalan itu, entah mengapa, isi pesan SMS berubah menjadi hal-hal yang agak menjurus ke seks.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tiga bulan berjalan sejak perkenalan kami lewat telepon. Tiba-tiba, Mia mengirim SMS yang menyatakan ingin bertemu. “Mengapa tidak”, kupikir. Toh tidak ada ruginya untukku. Saat itu pikiranku belum berpikir jauh sampai ke seks. Kami janjian sore pukul 17.00. Kebetulan hari itu hari libur. Setelah tiba di tempat yang dijanjikan, aku segera meneleponnya. “Gua pake sweater pink”, kata Mia. Segera kutemui Mia yang sedang berdiri menunggu. “Hai, Mia ya?”, tanyaku. Mia segera tersenyum. Wajahnya memang tidak cantik, tubuhnya pun tidak aduhai seperti poster swimsuit di majalah Popular. Namun, aku memang tidak terlalu mempermasalahkan penampilan fisik. Segera kuperkenalkan diriku. “Gua Alex”, kataku. Memang pergaulanku dengan wanita tidak intens, sehingga saat itu aku sedikit gugup. Namun, segera kututupi kegugupanku dengan sedikit jaim (jaga image). Kami segera menjadi akrab. Kami berbicara sebentar sambil menikmati makanan di sebuah food court.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Lex, suka nyanyi-nyanyi gak?”, tanya Mia setelah kami selesai makan. “Suka, tapi tidak di depan umum”, begitu jawabku. “Sama dong. Kalo gitu, mau gak kamu saya ajak utk nyanyi di karaoke? Kita bisa pesan private room kok, jadi tidak ada orang lain.” tanya Mia. Kupikir, asyik juga ya, untuk melepas lelah. Segera kami meluncur ke sebuah karaoke terdekat menggunakan mobilku.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><span id="more-1727" style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setibanya di sana, kami memesan tempat untuk dua orang. Kami segera dituntun masuk oleh seorang wanita. Ruangannya agak remang-remang, dan ditutupi gorden, jadi memang tidak akan terlihat dari luar. Sambil waitress menyiapkan ruangan, kami memesan minuman. Mia permisi kepadaku untuk ke toilet. Tepat setelah waitress menyiapkan ruangan dan minuman, Mia kembali. Kurasa agak aneh waktu itu karena aroma wewangiannya kian tajam. Namun, tidak kupedulikan.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Segera kami mulai memasang lagu kesukaan kami, dan kami bernyanyi-nyanyi. Sampai tibalah kami di lagu yang kelima. Mia memesan lagu yang lembut, dan agak romantis. Sebelum lagu tersebut dimulai, tak sengaja punggung tanganku menyentuh punggung tangan Mia. “Halus sekali”, pikirku. Sayang sekali tanganku untuk berpindah dari punggung tangannya, sehingga kubiarkan saja di situ. Mia pun diam saja, tidak berusaha melepaskan sentuhan tangannya dari tanganku. “Dingin ya?”, tanya Mia, kepadaku, sambil melihat tanganku. “Iya”, jawabku mengangguk lemah. Segera Mia mendekatkan tanganku ke tangannya. Tanganku segera menggenggam jari-jarinya. Kami bernyanyi sambil menikmati kehangatan tersebut. Pelan-pelan, naluriku mulai berjalan. Ingin sekali aku mengelus pipinya yang lembut, namun aku agak takut-takut. Perlahan-lahan Mia mendekatkan bahunya ke bahuku sehingga kami duduk sangat dekat.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Wangi aroma tubuh Mia segera membius diriku. Tak kupedulikan lagi ketakutanku. Segera kubelai pipi dan kening Mia. Ia menatapku. Aku balas menatapnya. Lalu kuusap lembut rambutnya. Darah kelelakianku segera berdesir. Kukecup keningnya. Mia diam saja. Kukecup rambut dan pipinya, segera aroma tubuhnya kembali membius diriku. Mia benar-benar kuperlakukan seperti pacarku sendiri. Tiba-tiba timbul gelora yang besar untuk memeluknya. Mia sepertinya mengerti karena dia segera mengubah posisi duduknya sehingga memudahkanku untuk memeluknya. Segera kupeluk Mia dengan rasa sayang.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tiba-tiba Mia menarik tanganku ke dada kirinya. Segera kurasakan bagian lembut kewanitaannya tersebut. Nikmat sekali, namun dengan rasa agak takut. Pelan-pelan kusentuh buah dadanya yang lembut itu. Mia diam saja. Aku mulai berani. Ku elus-elus buah dadanya, perlahan-lahan, dengan gerakan memutar, tanpa menyentuh bagian putingnya. Aku semakin berani. Tangan kananku kumasukkan ke dalam sweater merahnya. Segera ku elus bukit lembut tersebut di bagian pinggirannya. Ku putar-putar tanganku mengelilingi putingnya. Setelah beberapa saat, kusentuh putingnya. Ternyata putingnya sudah mengeras. Lalu kuremas dengan lembut. Mia mendesah. “Ssshh”, desahnya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kulanjutkan penjelajahanku ke dada kanannya. Kuulangi hal yang sama. Lagi-lagi Mia mendesah. Segera ia memagut bibirku, dan melumatnya. Saat kujulurkan lidahku, segera dihisapnya kuat-kuat. “Oh, nikmat sekali berciuman seperti ini”, pikirku karena memang aku belum pernah berciuman dengan wanita. Badanku bergetar hebat, karena aku belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Kami lanjutkan permainan kami beberapa saat. Setelah itu, kami berhenti untuk menikmati minuman kami. Kusodorkan sedotan minumanku untuk diminum terlebih dulu oleh Mia. Kemudian kami lanjutkan nyanyian kami sambil berpelukan. Nyaman sekali rasanya saat itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kuteruskan permainan tanganku dengan lembut, mengelus dan meremas dengan lembut buah dada Mia. Mia kembali memagut bibirku. Kami berciuman hebat. Tiba-tiba Mia menarik tanganku, dan memasukan tanganku ke dalam celana panjangnya. Segera terasa bulu-bulu halus kemaluannya tersentuh oleh tanganku. Pelan-pelan kudorong tanganku ke bawah, menuju organ intimnya. Segera terasa tanganku menyentuh vaginanya yang hangat dan basah. “Montok kan punya gua?”, begitu ungkap Mia saat tanganku mengelus lembut vaginanya. Segera kuiyakan pertanyaannya itu, padahal aku tidak bisa membedakan seperti apa vagina yang tidak montok. Kuusap terus vaginanya, seraya desahan Mia mengiringi gerakanku. “Sssh.. Oh, Alex. Baru kamu laki-laki yang bisa memperlakukanku dengan lembut”, begitu terus desahnya. Tersanjung juga aku dipuji dirinya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kami terus bercumbu sampai tak terasa dua jam berlalu. “Lex, kamu jangan pulang dulu ya. Aku ingin dikelonin sama kamu. Temani sebentar aku di hotel ya?”, tanya Mia kepadaku. Saat itu, aku agak takut. Takut aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tidur dengannya. Segera kuingat ajaran2 agama yang melarangku melakukannya. Namun sepertinya Mia mengerti ketakutanku. “Aku cuma minta dibelai kok. Tidak lebih. Ya, Lex?”, tanyanya dengan mata memohon. Berat sekali rasanya untuk mengiyakan permintaannya. Di satu sisi, aku takut sekali melanggar ajaran agama. Lagipula, aku banyak tugas yang malam itu harus kuselesaikan. Namun sisi kemanusiaanku membuat aku tidak tega menolaknya. “Baiklah, tapi tidak lebih dari itu ya?”, jawabku. “Iya, gua janji deh”, kata Mia lagi.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kami segera keluar dari ruangan, membayar ke kasir, dan meluncur ke sebuah hotel menggunakan mobilku. Mia menjadi penunjuk jalan. Setelah membayar uang deposit di kasir hotel, kami segera melenggang ke dalam kamar. Di dalam kamar, aku menyalakan televisi. Sejenak kami menikmati sebuah film. Tak lama kemudian, Mia membentangkan tubuhnya di kamar tsb. “Lex, sini dong”, kata Mia. Aku mengubah posisi duduk ku di ranjang mendekati Mia. Aku dalam posisi duduk, sementara Mia sudah telentang. “Lex, belai aku lagi ya”, kata Mia. Segera tanganku mengelus dahi Mia. Kuelus-elus dahinya beberapa lama, turun ke pipi, lalu ke rambutnya yang panjang.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Mia menikmati gerakanku sambil menutup mata. Lalu kusandarkan tubuhku ke ranjang, kukecup lembut kening dan dahinya. Mia membuka matanya, tersenyum. Lalu kucium kelopak matanya. Mia benar-benar menikmati perlakuanku. Perlahan kukecup lembut bibirnya. Aku hanya menyentuhkan bibirku di bibirnya. Namun segera Mia menjerat bibirku di bibirnya. Dilumat bibirku dengan bergairah, sementara tangannya dengan kuat memelukku. Kujulurkan lidahku untuk menyentuh bibir bawahnya, namun Mia segera menghisap bibirku tersebut. Segera kuarahkan ciumanku ke bagian telinganya, dan kujilat bagian dalam daun telinganya dengan lidahku.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Mia meronta-ronta dan mendesah. “Aduh Lex, geli sekali. Teruskan Lex”, katanya. Kucumbu Mia terus di telinganya. Kemudian kuarahkan cumbuanku ke lehernya. Mia mendesah hebat. “Ssshh.. sshh.. ohh”, desah Mia. Aku tidak bisa menahan diriku lagi. “Mia, boleh kubuka bajumu?”, tanyaku pelan kepada Mia. Mia mengangguk, tersenyum. Perlahan-lahan kubuka kancing bajunya. Terlihatlah tubuhnya yang putih mulus, dengan bra berwarna biru. Kulanjutkan ciumanku di seputar dadanya. Tak lupa kukecup pelan ketiaknya yang bersih tanpa bulu. Mia mengerang. “Lex, buka beha gua dong”, pinta Mia. Segera kuarahkan tanganku ke punggungnya untuk membuka behanya. Sulit sekali membuka behanya. Maklum, belum pernah aku membuka beha wanita.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Setelah terbuka, pelan-pelan kutanggalkan behanya. Segera tampak bukit indahnya yang putih bersih, tanpa cacat, dengan puting kecoklatan. Indah sekali, pikirku. Ingin sekali aku menciumnya. Kupindahkan behanya dan bajunya ke meja supaya tidak kusut. Lalu, pelan-pelan kubasahi buah dadanya dengan lidahku. Kuputar wajahku memutari payudaranya. Mia mendesah lagi. Gerakan itu terus kuulang beberapa kali, lalu berpindah ke payudara kanannya. Di sana kuulangi lagi gerakanku sebelum akhirnya lidahku tiba di puncak payudaranya. Kubasahi putingnya dengan lidahku, kumain-mainkan, kukulum, dan kuhisap. Mia mengerang-ngerang. “Aduh, Lex..ssh..ssh. . geli sekali. Terus Lex..”. Sambil mengulum putingnya, pelan2 kuelus bagian perutnya. “Auw.. enak Lex..”, Mia menekan wajahku ke dadanya. Kira-kira 15 menit Mia kuperlakukan seperti itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Lex, bukain celana panjangku dong..”, pinta Mia. Segera kubuka kancing celananya, dan kupelorotkan ke bawah. Terlihatlah pahanya yang putih bersih, dan kewanitaannya yang masih tertutupi CD. Masih mengulum putingnya, segera kuarahkan tanganku ke selangkangannya. Kuelus-elus perlahan. Kugerakan tanganku dari dekat lututnya, terus bergerak sedikit demi sedikit ke arah pangkal pahanya.”ohh. .”, rintih Mia menahan kenikmatan yang kuberikan. Kuelus vaginanya yang masih tertutupi CD. Ternyata CD-nya sudah basah. Kubelai pelan-pelan bagian tersebut. Mia meronta-ronta, dijepitnya tanganku dengan kedua belah pahanya. “Oh.. ohh..” ronta Mia. Gantian tangan Mia yang masuk ke celana dalamku. Dipegangnya kemaluanku, lalu dikocok pelan-pelan. Uuh, nikmat sekali rasanya.. “Lex, buka celana dalam gua..”, pinta Mia. “Jangan Mia, gua gak berani melakukan itu..” kataku.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aku bukan bermaksud munafik, tapi aku memang benar-benar takut saat itu, karena belum pernah melakukannya. “Tak apa-apa, Lex, tidak usah dimasukin. Gua cuma minta diciumi aja”, pinta Mia memohon. Akhirnya kubuka celana dalam Mia. Kunikmati pemandangan indah dihadapanku. Oh, indah sekali makhluk bernama wanita ini, pikirku. “Elus lagi, Lex..”, pinta Mia. Perlahan-lahan, tanganku mulai mengelus bibir vaginanya yang sudah basah. Kuputar-putar jariku dengan lembut di sana. Lagi-lagi Mia meronta.” Ohh..ohh. Ke atas lagi Lex. Elus klitorisku”, begitu desahnya perlahan. Aku tidak tahu persis di mana klitoris. Aku terus mengelus bibir vaginanya. Segera tangan Mia membimbing tanganku ke klitorisnya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Baru sekali itu aku tahu bentuk klitoris. Mungil dan menggemaskan. Dengan lembut kuputar-putar jariku di atas klitorisnya. Setiap 5 putaran, Mia langsung mengepit tanganku dengan pahanya. Sepertinya ia benar2 menikmati perlakuanku. “Lex, tolong hisap klitorisku, yah?”, pinta Mia. Aku sedikit ragu, dan jijik. “Pake tangan aja yah, Mia..”, aku berusaha menolak dengan halus. “Tolong dong, Lex. Sekali ini saja. Nanti gantian deh “, pinta Mia. Aku masih berat hati menghisapnya. “Mia, maaf ya. Tapi kan itu kemaluan. Apa nanti..”. Belum selesai aku bicara, Mia segera memotongku. “Kemaluanku bersih kok, Lex. Aku selalu menggunakan antiseptik. Tolong ya.. sebentar saja, kok”, pinta Mia lagi.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Perlahan-lahan kudekatkan mulutku ke kemaluan Mia. Segera tercium aroma yang tidak bisa kugambarkan. Perlahan-lahan kujulurkan lidahku ke klitorisnya. Aku takut sekali kalau rasanya tidak enak atau bau. Kukecap lidahku ke vaginanya. Ternyata tawar, tidak ada rasa apa-apa. “Terus, Lex..ohh.. enak sekali”, desah Mia. Kuulangi lagi, pelan-pelan. Lama-lama rasa takut dan jijikku hilang, malah berganti dengan gairah. Kuulang-ulang menjilati vaginanya. Mia makin mendesah. “ooh.. oohh.. ohh.. ohh”. Mia menggenggam jari telunjukku, lalu memasukkan ke dalam liang kemaluannya. “Kamu nanti tidak kesakitan?”, tanyaku kepadanya. Ia menggeleng pelan. Lalu, kuputar-putar jariku di dalam vaginanya. “Ahh..”, Mia menjerit kecil. Kuputar jariku tanpa menghentikan jilatanku ke vaginanya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saat kuarahkan jariku ke langit-langit kemaluannya, terasa ada bagian yang agak kasar. Kuelus pelan bagian tersebut, berkali-kali. ‘Ya, terus di situ Lex.. ahh.. enak sekali..” Kuteruskan untuk beberapa saat. Mia makin membuka lebar-lebar pahanya. Tiba-tiba Mia menggerakkan pantatnya ke atas dan bawah, berlawanan dengan arah jilatanku. “Ah Lex.. aku mau keluaar..” erang Mia. Mia makin mempercepat gerakannya, dan tiba-tiba gerakan pantatnya dia hentikan, lalu dikepitnya kepalaku dengan pahanya. “Ahh.. Lex..aku keluar”, desahnya. Segera kupeluk tubuh Mia, dan kugenggam tangannya erat. Kubiarkan Mia menikmati orgasmenya. Setelah beberapa saat, kuelus-elus dahi dan rambutnya. “Lex, enak sekali”, kata Mia. Aku diam saja.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Sekarang gantian, ya”, kata Mia. Aku mengangguk pasrah, antara mau dan takut. Diputarnya tubuhku sehingga tubuhnya menindih tubuhku sekarang. Dibukanya celana dan celana dalamku. Malu sekali rasanya saat itu. Segera kututupi kemaluanku yang masih terduduk lemas. Sepertinya Mia mengerti perasaanku. Ia segera mematikan lampu kamar. Aku merasa lebih tenang jadinya. Lalu, dibukanya pahaku yang menutupi kemaluanku. Mia segera meraba-raba kemaluanku. Oh, geli sekali rasanya. Rasa geli itu membuatku secara refleks menggelinjang. Mia tertawa. “Enak kan, Lex?” tanyanya menggodaku. Sial nih orang, pikirku. Dikerjain gua. “Mau diterusin gak, Lex?” tanya Mia sambil menggoda lagi. Aku hanya mengangguk.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Saat itu kemaluanku belum berdiri. Aneh sekali. Padahal biasanya kalo melihat adegan yg sedikit porno, punyaku langsung keras. Akhirnya Mia mendekatkan mulutnya ke kemaluanku. Dikecupnya ujung kemaluanku perlahan. Ada getaran dashyat dalam diriku saat kecupannya mendarat di sana. “Lex, punya kamu enak. Bersih dan terawat”, ujar Mia. Geer juga aku dipuji begitu. Dipegangnya gagang kemaluanku, lalu Mia mulai menjilati kemaluanku. Ya ampun, pikirku. Geli sekali.. Secara reflek aku meronta, melepaskan kemaluanku dari mulut Mia. “Kenapa, Lex?”, tanya Mia. “Gua gak tahan. Geli banget, sih?”, kataku protes. “Ya udah, pelan-pelan aja, ya?”, kata Mia. Aku mengangguk lagi. Mia mulai memperlambat tempo permainannya. Rasa geli masih menjalari tubuhku, tapi dengan diikuti rasa nyaman.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Kuperhatikan Mia menjilati kemaluanku, tak terasa kemaluanku segera mengeras. Mia senang sekali melihatnya. Segera dilahap kembali kemaluanku itu, kali ini sambil dikocok-kocok dengan tangannya. Sekali lagi aku disiksanya dengan rasa geli yang amat sangat. Kunikmati permainannya, tak terkira nikmatnya. Ya ampun, baru sekali ini kurasakan kenikmatan yang tiada tara seperti ini. “Ah..”, tak kuasa aku menahan desahanku. “Lex, kumasukan ya punyamu?”, tanya Mia. “Nanti kamu sakit, gak?”, tanyaku. Aku sudah tak bisa menguasai diri lagi. Ingin sekali rasanya kemaluanku dikepit oleh vaginanya. “Ya, kalau aku yang ngontrol sih, gak sakit”, kata Mia. “Ya udah, kamu yang di atas aja”, kataku kepadanya.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Mia segera mengubah posisi tubuhnya. Ia kangkangkan pahanya di atas tubuhku, lalu pelan-pelan dibimbingnya penisku menuju liang kemaluannya. Ditekannya sedikit, masuklah sedikit ujung kemaluanku ke dalam. Terasa sedikit basah dan licin kemaluannya. Didiamkan punyaku di sana utk beberapa saat. Aku diam menunggu. Lalu ditekannya sedikit lagi. Kali ini punyaku masuk lebih dalam dan makin terasa cairan pelicin kemaluannya. Sudah sepertiga dari panjang kemaluanku yang berada dalam vaginanya. Dia diamkan lagi penisku di sana beberapa saat. Ia sedikit mengernyit. “Sakit?”, kutanya. “Iya, tapi gak apa2. “, jawab Mia. Kemudian ia mendorong penisku makin dalam, hingga akhirnya semua penisku tertelan di dalam vaginanya. Terasa basah dan hangat vaginanya. Nikmat dan geli sekali rasanya. Setelah beberapa saat, Mia mulai menggerakkan pinggulnya naik dan turun. Ahh.. enak sekali menikmati penisku terjepit dalam vagina Mia.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Gerakan pantat Mia membuat penisku terkocok, dan segera aku merasakan kenikmatan yang tiada tara. Mia pun seakan-akan begitu. “Ohh.. ohh.. ohh.. ohh”, Mia mengerang-ngerang. Mia terus menggerakan pinggulnya naik dan turun selama beberapa saat dengan diiringi desahan. Tiba-tiba ia berhenti. Entah mengapa tiba-tiba ada perasaan kesal dalam diriku. Namun, ternyata Mia tidak berhenti begitu saja. Kini pinggulnya digerakan tidak naik-turun lagi, tapi maju mundur, dan terkadang berputar. Sepertinya Mia sangat menikmati gerakan ini, terbukti erangannya semakin sering. “Ah.. ah.. ahh.. ahh..”, desahnya terus, tanpa henti. Kuremas dengan lembut payudaranya, Mia makin merintih. “Sssh.. ssh.. sshh.. enak Lex” .</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Makin lama gerakan Mia makin cepat. “Lex, aku mau keluar lagi, Lex..” rintihnya. Aku pun merasa penisku berdenyut kencang. “Mia, tolong lepaskan, aku mau keluar”, kataku. Aku takut sekali kalau sampai Mia hamil. Tapi Mia tidak mau melepaskan penisku. Ditekannya kuat tanganku dengan kedua tangannya sehingga aku tidak bisa melepaskan diri darinya. Tiba-tiba kurasa penisku menyemburkan cairan kuat di dalam vaginanya. “Aduh, Mia, jangan.. nanti kamu hamil..”, teriakku, sesaat sebelum cairanku keluar. Tapi semua sudah terlambat. Semua cairanku sudah keluar dalam vaginanya. Nikmat sekali rasanya, namun terasa lemas tubuhku sesudahnya. Segera otot-otot penisku mengerut, dan menjadi kecil kembali.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Mia dengan kecewa melepaskan penisku. “Mia, kalo kamu hamil gimana”, tanyaku dengan setengah takut. “Tenang aja, Lex. Gua pake alat kontrasepsi kok. Kamu gak perlu takut, ya?”, kata Mia menenangkan diriku. Kemudian, Mia segera memijat-mijt penisku. Dielus, dan di kulum lagi seperti tadi. Tak lama, penisku segera mengejang lagi. Segera penisku dimasukan lagi oleh Mia ke vaginanya. Kembali Mia melakukan gerakan maju mundur tadi. “ohh.. ohh.. ohh.. oohh”, erangnya. Kuremas lembut payudaranya. “Ssshh.. sshh.. sshh”, begitu terus rintihannya. Selama beberapa saat Mia mengocok penisku dengan vaginanya, sampai akhirnya ia berteriak. “Lex, aku hampir keluar”, desah Mia. Segera Mia mempercepat gerakannya. Aku pun membantunya dengan menggerakan pinggulku berlawanan dengan arah gerakannya. “Ahh.. Lex, aku keluar”, desahnya agak keras. Sejenak ia menikmati orgasmenya, sebelum rubuh ke dalam pelukanku. Kubiarkan ia menikmati orgasmenya, kuelus rambutnya, dan kukecup keningnya. Kami berpelukan, dan tidur tanpa busana sampai pagi hari.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><a href="http://nursingshool.blogspot.com/2011/11/in-united-states-nursing-is-considered.html"><img border="0" height="201" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghQrFXZ7BGdSdn9p1rzXGM5x3oErrccc_qtotdt8uCfu-Wume8jp9vBc1-gihKW1r6vkBnllI8dSathpY0xfx1LWniJPVcfxGhnXRNrkg4jAJq_lteOO2vt7o3vtoruBv_CTQHQ3y7ucI/s320/8.gif" width="320" /></a></span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><br />
</div></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6111682119489752550.post-64567549986902129132011-11-06T08:08:00.000-08:002011-11-28T18:13:06.378-08:00Ngentot Nikmat..ah..ahh puas<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Waktu itu aku bersama teman-teman kantor berlibur ke Pangandaran, kami pergi berempat.. Aku, Lina, Mita dan cowoknya Mita.. Edy namanya. Setelah menempuh perjalanan lebih dari 5 jam, akhirnya kami tiba di Pangandaran.. Dan kami langsung menyewa satu bungalow yang terdiri 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan 1 dapur. Karena kami tiba sudah larut malam, maka setelah menurunkan barang-barang.. Kami pun langsung masuk ke kamar masing-masing, aku satu kamar bersama Lina, sedangkan Mita satu kamar bersama cowoknya, kamar yang aku tempati terdiri atas dua ranjang yang terpisah, sebuah lemari pakaian dan meja rias dengan kacanya yang besar dan jendela yang menghadap ke laut. Karena capek, lelah dan ngantuk.. Kami pun langsung tidur tanpa ganti baju lagi. Keesokan harinya aku bangun jam 10 pagi dan aku melihat Lina sudah tidak ada ditempat tidurnya, aku pun langsung bangun dan menyisir rambutku yang panjang (sebahu lebih) dan keluar kamar, ternyata tidak ada siapa-siapa..”Wah pada kemana mereka..” pikirku, tetapi tiba-tiba HP ku berbunyi, ternyata Lina menelpon.</span></div><a name='more'></a><br />
<div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Sudah bangun non..” serunya. “Kalian lagi dimana sih?” seruku. “Oh iya.. Sorry, kita lagi pergi cari film nih.. Tadi enggak tega bangunin kamu..” seru Lina. “Yaa.. sudah.. Titip makanan yaa..” sahutku “Okey non” lalu hubungan terputus. Kini aku sendirian di bungalow itu, lalu aku pun segera mandi.. Dan menikmati segarnya guyuran air dari shower, setelah mandi akupun memakai CD dan BH warna pink (aku suka yang satu warna) dan memakai kimono, setelah itu aku duduk-duduk disofa tamu sembari mengeringkan rambutku dengan handuk, tiba-tiba aku melihat secarik kertas diatas meja, disitu tertulis ‘menyediakan jasa pijat, urut dan lulur’ dan dibawahnya ada nomor teleponnya. “Ah betapa enaknya dipijat.. Kebetulan badan lagi pegel..” pikirku sembari membayangkan dipijat oleh si mbok dirumah, lalu aku menelphon nomor itu dan diterima oleh seorang wanita disana, setelah mengutarakan maksudku, akhirnya wanita itu bilang.. Tidak lama lagi akan datang pemijat ke kamar aku, setelah itu akupun duduk menanti.. Tak lama kemudian pintu diketuk dari luar, segera aku bangkit dan membuka pintu.. Dan..</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Terkejutlah aku, karena tampak seorang pria dengan baju putih berdiri diambang pintu, lalu. “Selamat siang neng.. Anu.. Tadi manggil tukang pijat yaa?” seru pria itu. Tampak pria itu berumur kira-kira 45-an, tidak terlalu tinggi tapi kekar dan berkulit coklat. “Eh.. nggak.. Anu.. Iya pak..” sahut aku, “Anu.. Bapak tukang pijatnya..?” tanyaku. Pria itu tersenyum lalu, “Iya neng”. Wah.. Kini aku rada sedikit panik, tidak menduga kalau tukang pijatnya seorang pria, tapi tanpa aku sadari aku malah mempersilahkan bapak itu masuk, setelah masuk. “Mau dipijat dimana Neng?” tanyanya. “Ngk.. Di.. Kamar aja pak” sahutku, lalu aku membiarkan bapak itu mengikutiku menuju kamar, tiba didalam kamar, bapak itu segera dengan cekatan membereskan ranjang tidurku, lalu menyuruhku untuk tengkurep diatas ranjang. Aku mengikutinya, dan berbaring tengkurep diatas ranjang.. Lalu terasa tangan si bapak itu yang kasar itu mulai memijat-mijat telapak kaki dan kedua betisku, aku benar-benar merasakan nikmatnya pijatan bapak itu, kemudian.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Maaf neng.. Kimononya dibuka yaa” serunya, Aku hanya diam saja ketika kimonoku dibuka dan diletak diranjang satunya lagi, kini hanya tinggal CD dan bra saja, setelah memijat betis dan bagian paha.. Si bapak beralih ke punggungku, memang terasa enak pijatan si bapak ini, setelah itu aku merasakan si bapak menuangkan oil ke atas punggungku dan mulai mengosoknya, lalu. “Maaf yaa Neng” serunya sembari melepas tali BHku, aku hanya diam saja, kedua tanganku aku taruh dibawa bantal sementara kepalaku menoleh ke arah tembok, terasa geli juga ketika si bapak mulai mengurut bagian samping tubuhku. Lalu terasa tangan si bapak mulai mengurut kebagian bawah dan menyentuh CD ku, lalu “Maaf yaa neng..” serunya sembari tangannya menarik CDku kebawah, aku terkejut tapi anehnya aku membiarkan si bapak itu melorotkan CD ku hingga lepas, kini si bapak dengan leluasa mengurut tubuhku bagian belakang yang sudah telanjang itu, lalu si bapak mengosokan oil ke seluruh tubuhku bagian belakang dari pundak sampai ketelapak kaki dan dibawah sinar lampu kamar, aku yakin tubuhku akan tampak mengkilap karena oil itu.</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color: #f3f3f3;"><span id="more-1404" style="background-color: black; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></span></span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Aku hanya berdiam diri saja.. Dan membiarkan si bapak mengurut bagian dalam pahaku, kedua kaki ku direnggangkan.. Oouhh.. Pasti sekarang dibapak dapat melihat kemaluanku dari belakang.. Pikirku, tapi aku hanya diam saja.. Dan diam-diam merasakan nikmat ketika tangan dibapak menyentuh-nyentuh bibir vaginaku, lalu dibapak naik ke atas tempat tidur dan duduk berlutut diantara kedua paha ku, aku hanya bisa pasrah saja ketika si bapak merenggangkan kedua pahaku lebih lebar lagi dan membiarkan kedua tangan si bapak mengurut-urut bagian pinggir vaginaku.. Gilaa.. Aku terangsang hebat.. Dan setiap jari-jari si bapak menyentuh bibir vagina ku.. Akupun mengelinjang.. Setelah cukup lama, akhirnya si bapak menuangkan oil ke atas pantatku.. Terasa cairan oil itu merambat melewati anus dan terus sampai ke vaginaku, kemudian dengan kedua tangannya.. si bapak mulai mengurut bongkah pantatku, dan aku benar-benar merasakan nikmat dan membiarkan si bapak membuka bongkah pantatku dan pasti dia dapat melihat bentuk kemaluanku dengan jelas dari belakang berikut anus ku.. Oohh</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tiba-tiba terasa jari-jari si bapak mengusap-usap anus ku.. Gilaa.. Aku terangsang hebat.. Apalagi terasa sedikit demi dikit jari telunjuk dibapak itu dicolok-colok ke dalam anus ku.. Bergetar hebat tubuhku.. Dan tanpa aku sadari aku mengangkat pantatku hingga setengah menungging, tiba-tiba kedua tangan si bapak memegang pangkal paha ku dan mengangkat pantatku ke atas, aku menurut saja.. Hingga akhirnya aku menungging dihadapan si bapak itu, kepala ku.. kubenamkan ke atas bantal.. Dan membiarkan si bapak mempermainkan vaginaku dengan jari-jarinya.. Tiba-tiba.. Ooouuhh.. Aku mengeluh panjang ketika terasa jari si bapak menyusup masuk ke dalam anusku.. Terasa sedikit mules ketika jari telunjuk si bapak itu di sodok-sodok keluar masuk lobang pantatku, oohh.. Aku hanya bisa meringis saja dan akupun mengelinjang hebat ketika tangan si bapak yang satunya menyusupkan jarinya ke dalam liang vaginaku.. Gilaa.. Aku merasakan nikmat luar biasa.. Aku hanya pasrah saja dan membiarkan si bapak mengocok-ngocok vagina dan anusku dengan jari-jarinya,</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Tanpa sadar aku meluruskan kedua tanganku untuk menopang tubuhku.. Hingga kini posisiku seperti orang merangkak, sementara si bapak tetap duduk berlutut dibelakang. Cukup lama juga jari-jari si bapak menyodok-nyodok liang vaginaku dan lobang pantatku.. Dan aku benar-benar menikmati.. Sehingga tanpa sadar vaginaku sudah basah bercampur dengan oil.. Tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang menempel dimulut vaginaku, ternyata si bapak telah mengarahkan batang kemaluannya ke bibir vaginaku, aku hanya pasrah dan membiarkan ketika secara pelan-pelan batang kemaluan si bapak mulai ditekan masuk ke dalam vaginaku.. Oohh.. Nikmat.. Tanpa disadari.. Aku mengerak-gerakan pinggulku juga, tubuhku terguncang-guncang ketika si bapak mulai menyodok-nyodok vaginaku dengan batang kemaluannya.. Aahh.. Nggkk.. Ohh.. Aku benar-benar merasakan nikmat.. Dan diam-diam aku mencapai klimaks tanpa sepengetahuan si bapak itu, tiba-tiba si bapak mencabut batang kemaluannya dari vaginaku.. Lalu oohh.. Gilaa.. Terasa ujung batang kemaluan si bapak ditempelkan ke anusku.. Wah dia mau menyodomi aku.. Pikirku memang aku pernah melakukan anal sex.. Tapi ini..</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Lalu si bapak menarik kedua tanganku kebelakang dan menyuruh aku membuka belahan pantatku dengan kedua tanganku sendiri.. Kemudian terasa jari-jari si bapak mengolesi anusku dengan oil.. Dan kadang-kadang menyusupkan satu dua jari nya ke dalam.. Kemudian terasa pelan-pelan batang kemaluan si bapak menerobos masuk ke dalam anus ku.. Aakk.. Nggkk.. Aku mengeluh.. Rada sakit dikit.. Tapi setelah semua batang kemaluan si bapak amblas.. Dan ketika si bapak mulai menyodok-nyodok keluar masuk.. Ahh.. Nikmatnya.. Terasa sedikit mules tapi aku benar-benar enjoy anal sex ini.. Tetapi kini aku merasakan kenikmatan yang.. Tidak klimaks-klimaks.. Sampai basah tubuh ku dengan peluh.. Tetapi si bapak tidak kunjung klimaks juga, rasa nikmat.. Mules.. Campur aduk.. Aku hanya bisa meringis-ringis sembari memejamkan mata saja, tetapi akupun tidak tinggal diam.. Jika si bapak menghentikan gerakannya, maka aku langsung mengerakan pinggulku maju-mundur sehingga batang kemaluan si bapak tetap keluar masuk lobang pantatku hingga akhirnya lama kelamaan gerakan si bapak semakin cepat.. Dan terdengar nafasnya yang semakin memburu, rupanya si bapak sudah mau klimaks..</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">Dan Akupun membuka belahan pantatku semakin lebar dengan kedua tanganku, lalu terdengar si bapak mengerang aahh.. Nggkk.. Lalu ia menjabut batang kemaluannya dari lobang pantatku lalu disemburnya airmaninya kepunggungku crot.. crot.. Terasa ada cairan kental dan hangat membasahi punggungku.. Sampai kerambutku dan akupun seketika rebah telungkup.. Dengan nafas masih memburu.. Dan masih merasakan nyeri di duburku. Setelah itu si bapak.. Pergi ke kamar mandi.. Akupun segera mengambil CD ku dan mengelap air mani si bapak yang belepotan dipunggung ku.. Tiba-tiba aku mendengar suara pintu dibuka.. Akupun segera mengenakan kimonoku dan berjalan keluar kamar.. Ternyata si bapak itu sudah tidak ada.. Loh gimana sih ini orang.. Pikirku.. Ah.. Biar aja kalau enggak mau dibayar.. Lalu akupun menuju kamar mandi.. Terasa lengket punggung ku karena oil tadi, tetapi tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.. Akupun segera merapihkan kimonoku dan berpikir.. Pasti si Lina dan kawan-kawan sudah pulang, ketika pintu aku buka tampak seorang ibu-ibu dengan kebaya berdiri diluar.. Lalu…</span></div><div style="font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 1.8em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;">“Selamat siang neng.. Neng yang.. Mau dipijet kan?” seru ibu itu. “Iya.. Ibu siapa” tanyaku “Saya tukang pijatnya neng” sahutnya.. Gilaa.. Siapa dong bapak tadi.. Walaupun aku terkejut.. Tetapi jujur.. Aku enjoy sekali dengan permainan si bapak itu.. Tapi.. Andaikan tunangan kutahu.. Ah.. Jangan sampailah.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="background-color: black; color: #f3f3f3;"><a href="http://nursingshool.blogspot.com/2011/11/in-united-states-nursing-is-considered.html"><img border="0" height="201" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCZnPDLQBB4fNnfZqIj93JwzRt3TtODG36VyGTL67q6WihkaieVm9yDpxgOZ2fviI1dsYflCvKcZni9Zf_R0DZurA7hzO5-ofNFXk3WqIzivRTb_U8HUQT3LhE-fiSUJE9dYtPjZ6_eIs/s320/8.gif" width="320" /></a></span></div></div>newszonehttp://www.blogger.com/profile/04573005779683799742noreply@blogger.com